Tuesday, December 23, 2008
Veni, vidi, Visa: I came, I saw, I bought
Until I discovered how to shop online. There are some online shops which sell used items for a bargain. It opens 24 hours per day and 7 days per week. No annoying shop assistant, no buss pass needed, no worry whether it's raining and you will wet all your stuffs on the way back home, no heavy bags that you have to carry around. No kidding.
It started this Christmas. I feel like buying few Christmas presents for family and friends. Due to my long working hour, it is quite impossible for me to shop during day time in workdays. Shops are closed at 5 pm in winter and I am too lazy to spend my day off only for shopping (in my opinion, shopping is a hard work. Imagine how to make your little money stretch for buying your thousands necessities. How to compare price. How to know that things you buy is a good value of money. How to be a decision maker. Really hard work!). It took a considerable amount of time for me only to decide. To buy or not to buy that is the question.
That's why I can't shop with my female friends. Firstly, they will affect my judgement. Secondly, they are very good supporters for the whole consumerism in the world. They love me buying things: "It looks good on you," "It's like made for you," "You are very lucky to have that size," "It is so you, I can't believe it,"(I wonder where they learn all of this remarks, I bet they worked at the shop discreetly). Thirdly, they will lend me cash if I get short. See, this is how the world starts to get into recession. You spend more than you earn. But I would not fall to those tricks. I always believe that neither a borrower nor a lender be. I'm too stingy to be a happy-go-lucky shopaholic girl. Until.
Christmas was approaching and I hadn't got a single present. I had no time to go out to a shop and regarding my slow movement in drawing my cash from my wallet, it was quite impossible to buy something before Christmas. I was free from 9 pm and all I did is reading a book, went to a drink with friends or watched an old movie in the sitting room. No time to shop. But there was always time to get online. In amazon (it's similar to e-Bay), you can get practically anything with a single click. And the price is amazing. Because they don't have to pay for displaying items and paying tax and rent for shops or hiring a shop keeper, they can sell stuff with incredibly reasonable price. For instance, A Khaled Hoseini book, A Thousand Splendid Suns in hard cover, costs 2.90 pounds. Compare with its price in Waterstone, it's near to nothing regarded that you still have to go to the shop and you have to be there at their opening time. So I sat in front of my computer, did bargain hunting and "windows shopping" until I realised that I had fallen to the trick.
You spend a lot of money online because you don't really feel that you keep withdrawing from your account. And also you have to pay the shipping/packaging price per item, which sometimes is quite expensive when you add them up. Even if the shipping is free, you are still entitled to buy something expensive (to cover the shipping price). And there is one most horrible fact that we should be aware of : our card's details now has gone online. Although it is secure, it is almost like internet banking. Risky business.
Although there is, of course, the best part of it. Receiving a package feels like receiving present. When you see this beautiful package sitting in your mailbox, you feel excited. But then it wasn't a surprise at all because you know exactly what it is, even the size and the colour. And most of all, you know exactly the price (and shipping price). Online or not online, that is not the question. The addiction to shopping is not very good, especially if your salary is so small that you can't see it with the naked eye. So then my new year resolution is: stop being a member of amazon and start being a member of "ending the poverty" organisation, which remind you that there are billions of people struggle for water and food. Not because I want to be a hero and save them, but merely because I don't want to join them. At the end of the day, a desire to buy things is like a sin, just like Kristina said, greed. After a while, I think it's quite good to have Christmas only with friends and a cup of tea. Merry Christmas everybody. Don't shop! (say what you want to a friend, they may give it to you as Christmas present, ^_^)
One can not build life from refrogerators, politics, credit statements and crossword puzzles. That is impossible. Nor can one exist for any length of time without poetry, without colour, without love. Antoine de Saint-Exupéry
Friday, December 19, 2008
Diet Lagi...Lagi-lagi Diet
Dulu waktu kecil badanku amat sangat mungil..sampai SD juga aku masih tergolong langsing. Namun waktu SMP tiba2 badanku menjadi melar sampe2 yang paling menohok adalah pada waktu pelajaran olah raga, guruku bilang kalo perutku itu buncit banget. Jadi sejak itu aku terobsesi untuk menurunkan berat badan sampe mencoba berbagai macam diet. Kalo dipikir2 mungkin badanku menjadi melar karena waktu aku mens pertama kali, mamiku ga nyuruh aku minum jamu kunir asem. Itu sebagai pelajaran buat ibu2 nanti kalo anaknya mens pertama kali harap diajarin untuk minum kunir asem supaya tubuhnya tidak melar. Berikut adalah pengalaman dietku yang tidak sukses:
1. Waktu aku SMA aku semakin menyadari bahwa fisik itu sangat penting bagi seorang wanita. Karena cowok2 itu lebih memilih cewek yang wajahnya biasa2 aja tapi langsing daripada cewek yang cantik tapi bomber. Jadi untuk mengurangi kebomberanku aku berusaha mengurangi berat badan dengan tidak makan nasi sama sekali. Mamiku sampai marah2 kalo aku diet karena tetangganya ada yang meninggal karena kebanyakan minum obat diet. Dan ada juga model kakak beradik (lupa namanya) yang meninggal karena anorexia. Namun mamiku tidak usah kawatir anaknya kena anorexia karena nafsu makanku baek2 saja bahkan melebihi normal. Jadi hasil dari aku tidak makan nasi adalah aku jadi makan cemilan, gorengan, kue dan lain2 karena makan sayur saja masih tetap lapar. Alhasil berat badanku tidak turun walaupun aku puasa makan nasi.
2. Waktu kuliah aku pernah ditawarin produk MLM tertentu (tidak boleh disebutkan namanya) yang harganya 300rb (menghabiskan gaji asistenku sebulan) dan katanya bisa melangsingkan. Aku sempet membeli sekali dan memang manjur karena temen2ku sempet berkata kalo aku keliatan lebih langsing. Namun karena harganya mahal aku tidak bisa meneruskan untuk membeli obat pelangsing itu. Jadi seperti bunga yang layu sebelum mekar, tubuhku kembali gendut sebelum sempat memecahkan rekor kelangsingan.
3. Sewaktu aku menjadi auditor dan ditugaskan ke Malang, sebagai anak kost yang jarang makan enak kemudian bisa gratis makan apa aja yang aku suka, tentu saja aku tidak menyia2kan rejeki nomplok ini. Jadi aku mulai makan gila2an bersama temen2ku yang lain tentunya. Rekorku adalah makan batagor 2 piring, bakso presiden 13 biji, minum jus 2 macam, malam2 makan indomie dan camilan yang tiada habisnya. Akibatnya setelah selesai tugas di sana, berat badanku dari 45 (boong ding) melonjak drastis menjadi 57 jadi bisa dibayangkan aku seperti buntelan karung yang dilipet2. Karena shock, aku berkeras untuk berdiet yaitu dengan cara makan nasi uduk tiap hari (karena murah..jadi diet sekalian berhemat). Bukannya bertambah kurus, wajahku malah jadi penuh jerawat karena nasi uduk ga ada sayurnya dan mengandung santan.
4. Yang paling gres aku lakukan adalah diet ala Meity yang dikirim jauh2 resepnya dari Holland lewat email. Diet ini harus dilakukan selama 2 minggu dan ada jadwalnya apa aja yang harus dimakan. Aku ga ingat urutannya namun pernah sehari itu makan anggur aja or makan brokoli rebus dan nanas, makan pepaya dan nanas saja, ayam rebus tanpa kulit dan makanan yang tidak berperi "carnivora" an. Pertama2 aku masih tahan karena aku ingin langsing. Namun memasuki minggu kedua aku jadi lemas dan aku tidak tahan godaan karena waktu itu ada yang pesan bakso goreng (my favourite) ga halal di kantor jadi aku tergoda untuk makan bakso goreng 5 biji, gede2 lagi. Jadi dietnya tidak pernah selesai.
5. Minum teh hijau sebanyak2nya. Ini tidak membuat langsing malah membuatku langsung...langsung beser maksudnya. Tiap beberapa jam sekali (or beberapa menit sekali ya) harus ke WC karena teh hijau ada efek "diuretik" (kalo ga salah) nya alias bikin pengen pipis terus.
6. Diet kuantitas bukan kualitas. Ini aku baca di Gramedia. Kata buku itu, diet selama ini adalah diet kualitas misal ga boleh makan lemak, karbohidrat, dll yang bikin gemuk namun boleh makan buah dan sayuran sebanyak2nya. Itu tidak membuat kurus karena liat aja kuda nil dan gajah yang tetap gemuk walaupun makanannya tumbuhan sebakul. Jadi diet ini boleh makan apa aja tapi sedikit2 aja supaya kapasitas perut mengecil sehingga kalo makan apa2 cepet kenyang. Trus kalo makan ga boleh langsung minum supaya perut tidak mengembang. Diet ini coba aku praktekan tapi kok belum ada hasilnya. Mungkin karena makanku emang sedikit2 tapi sering.
Itu baru bebarapa macam diet yang aku ingat pernah aku lakukan. Dari semua itu tidak ada yang sukses jadi mendingan aku menikmati hidup aja deh daripada stres. Lagian aku bukan model yang harus diharapkan mengurangi berat badan beberapa kilo. Saranku buat yang pengen diet, segala hal kalo berlebihan itu kurang baek (kecuali uang tentu saja) jadi kalo mo makan janganlah berlebihan, secukupnya saja jadi tidak akan membuat badan jadi bomber. Ingatlah di film Seven (Brad Pitt), salah satu dari 7 dosa besar adalah Greed alias rakus.
Namun aku tidak menutup kemungkinan ada teman2 yang mau menyumbangkan resep diet lho...^_^
Sunday, December 14, 2008
Money Eye
Ada alasan kenapa Kristina menjulukiku Miss Money Eye. Setelah aku ingat-ingat sendiri, memang kadang-kadang aku agak sedikit kelewatan dalam mengirit uang. Ini karena keluargaku selalu mendidikku dengan prinsip KERAMAT (kere-kere hemat) sejak kecil. Berikut beberapa bukti kepelitanku:
- Dulu, sebelum punya sepeda aku langganan becak sama sepupu-sepupuku. Sebenernya tukang becakku itu cukup kasian karena nggenjot penumpang tiga orang dan salah satu sepupuku tergolong tidak terlalu langsing. Trus kita patungan bayar becaknya dibagi 3. Nah kalo ada keperluan lain misalnya mau beli makanan trus jalurnya belok dikit dari rute biasa, pak becaknya minta nambah. Sebelnya, nggak peduli siapa yang butuh, tambahan ini dibagi tiga. Waktu itu aku agak gak rela karena aku jarang ada keperluan lain (karena ogah nambah) dan aku kan badannya paling kecil jadi selalu duduk di tengah dengan pantat separuh dan kalo pas turun kakiku biasanya kesemutan sebelah. Jadi menurutku agak wajar kalo aku sedikit misuh-misuh kalo disuruh nambah. Sekarang aku nyadar bahwa aku tuh perhitungan banget ya waktu itu...
- Waktu baru lulus SMP, aku harus minta surat keterangan dari Dinas Pendidikan di Batang, kota kabupatenku, buat daftar SMU. Waktu itu aku ditemenin temen SMPku Heni Ferawati. Aku inget banget kita naik bis omprengan dari Limpung trus penumpangnya nggak cukup buat lanjut terus ke kota jadi kita diturunin di pasar Batang. Nah kantornya Depdikbud ini agak sedikit di luar kota, dan persis di pinggir jalur pantura! Artinya jalan yang kita lewati bakalan dilewati bus antar kota antar propinsi, truk gandeng, trailer dan truk minyak. Nah, si Heni ini udah kepikiran mau naik becak yang tukang becaknya udah ngikutin kita sambil menawar-nawarkan harga dengan manis, tapi aku nawar dengan harga yang gak wajar, mengingat duit dari bus omprengan yang dikembaliin ke kita cuma 500 rupiah per orang (dulu itu termasuk lumayan). Si Abang becak nawar 2 ribu. Aku bilang seribu gak lebih (lima ratus kali 2). Alhasil karena Depdikbud cukup jauh dan di jalur pantura, si abang menyerah dan aku dengan angkuhnya jalan kaki seolah-olah nggak butuh. Separo jalan kita udah di bahu jalur pantura, panas dan berdebu dengan bunyi bus dan truk yang meraung-raung setiap kali lewat. Ngggeng wessss. Dan angin yang menerpa kita, 2 anak baru lulus SMP yang bawa-bawa dokumen di map folio. Nyampe di kantor Depdikbud kita udah kayak pelarian dua hari dari padang pasir. Keringatan, berdebu dan kumel. Heni bilang, "Kalo kita bayar dua ribu kita mungkin udah nyampe dari tadi dan abang becaknya juga lumayan dapet masukan,"
- Waktu SMU aku selalu potong rambut di tukang potong rambut di kampung Progo karena taripnya cuman 5 ribu. Bukan di salon yang rata-rata lebih dari 10 ribu rupiah. Suatu hari, aku datang ke tempat potong rambut langgananku ini dan bilang, "Potongan rambut yang kemarin itu nggak cukup pendek, jadi sekarang sudah balik lagi karena sebentar saja sudah panjang," dengan pandangan menuduh bahwa si tante tukang salon sengaja supaya aku lebih sering potong rambut. Tantenya nurut. Dia motong rambutku pendek-pendek sesuai permintaan. Alhasil rambutku jadi cingkrang (kependekan) dan mirip Kobo Chan. Setidaknya aku nggak potong rambut lagi sampai lima bulan ke depan...
- Waktu kecil aku nggak punya boneka yang rambutnya panjang. Pas temenku punya aku pinjam bonekanya. Waktu ditagih aku bilang lupa-lupa terus sampe satu bulan. Lalu boneka itu aku kembalikan karena aku sudah bosan dan dengan demikian aku nggak butuh boneka rambut panjang lagi.
- Waktu itu mamanya temen kuliahku nginep di hotel Horison di Semarang. Pagi-pagi buta dia sudah ke airport buat pulang ke Jakarta. Alhasil voucher sarapannya buat 2 orang masih bisa dipakai sampe jam 10 pagi. Aku nelpon adekku buat makai voucher ini dan secara kita anak kost yang gak pernah dapet sarapan yang layak, kita memakai kesempatan ini sebaik-baiknya. Pertama, kita makan sepiring nasi goreng, bubur, cemilan dan minum jus banyak-banyak. Kita duduk 30 menit. Trus kita pesen omelet, makan buah dan makan sereal. Duduk lagi 30 menit. Adikku berdiri di samping meja buffet nggak balik-balik, ternyata dia minum dan isi ulang berkali-kali gelasnya dengan susu. Sebagai makanan penutup, kita bikin roti panggang dengan selai dan minum teh. Selama kita duduk disana, kayaknya kita sudah ngeliat semua tamu hotel yang dateng dan pergi. Kayaknya. Pagi itu kita sama-sama menyempatkan diri mengunjungi toilet Hotel Horison yang bau wangi dan nggak ada airnya buat cebok. Karena kita kekenyangan.
- Waktu aku masih SD ada tukang loper majalah yang dateng ke rumah. Biasanya dia nawarin Bobo, Donal Bebek atau Ananda. Pada dasarnya aku menanti-nantikan kedatangannya tiap Minggu. Tapi waktu aku mau beli majalah aku bilang, "Aku suka beli majalah. Tapi sayangnya kalo dibaca cepet habis. Aku mau beli kalau majalahnya nggak habis-habis,". Mas loper majalahnya memandang aku dengan bingung. Tapi otak dagangnya berkelit dengan cepat, "Donal bebek kan banyak ceritanya. Kalo sudah habis baca ulang lagi dari depan, pasti nggak habis-habis,". Kalo dipikir-pikir lagi kita berdua sama-sama konyolnya. Tapi yang bikin aku sendiri heran, waktu itu umurku baru sepuluh tahun (kelas 5 SD) tapi aku bisa-bisanya kepikiran bahwa rugi kalo beli barang sekali pakai.
- Aku nggak pernah ngasih kado ultah ke temen. Kalaupun aku ngado waktu ulang tahun temen, aku selalu bawa adekku ke pestanya biar makanannya jadi dua porsi.
- Dulu banget, aku selalu beli bakmoy dan sayur asin tanpa daging karena harganya jadi separuh dan nasinya lebih banyak. Soalnya aku terdidik untuk makan lauknya gak boleh nambah. Jadi aku bisa makan sepotong daging 2x2 cm dengan nasi dua porsi, tanpa ada acara makan nasi doang atau nambah kuah. Aku rasa ini termasuk 'keahlian' tersendiri.
- Aku selalu menumpang. Kalau aku mau ke suatu tempat, papiku selalu nanya apakah ada kerabat/mobil barang yang mau pergi dan menyuruh aku ikut. Jadi aku pernah numpang truk kelilingnya Omku, truk angkut emping, jip liburannya tanteku atau sekedar ikut rombongan gereja.
- Waktu SD, sandal jepit yang sudah tipis sekalipun dan sering bikin kepleset kalo pas ujan tetep dipake sampai putus. Kalopun putus dan ada sandal lain yang ukurannya sama dan kebetulan sepasang, pasti akan dipakai buat sandal kamar mandi. Jadi misalnya satu ijo dan satu merah. Ini sudah biasa. Begitu juga dengan celana dan kaos. Seringkali pake yang agak lubang-lubang malah sejuk.
Monday, December 8, 2008
Apakah Aku Bisa Menyanyi?
- Waktu itu sedang pelajaran menyanyi di sd tapi aku lupa kelas berapa. Dan ada penilaian menyanyi. Aku juga lupa menyanyi lagu apa tapi aku salah mengambil nada dasar. Jadi aku menyanyi dengan nada udah tinggi pada awalnya sehingga pas puncak lagunya, suaraku jadi kaya suara tikus kejepit pintu. Udah ga jelas deh bentuknya. Aku malu banget saat itu dan takut raportku ada nilai merahnya gara2 tes menyanyiku yang tidak sukses.
- Waktu SMP aku pernah ditunjuk oleh guru kesenianku untuk ikut lomba mazmur se Paroki Pekalongan mewakili Lingkungan (Kring) Martha. Aku dipilih bukan karena aku bersuara bagus tapi karena anggota kring Martha yang muda2 dan aktif jumlahnya seperti jarum di tumpukan jerami. Satu grup terdiri dari 5 orang dan solisnya ada dua orang, aku dan satu orang lagi yang suaranya bagus banget. Kaya air dan minyak deh sama suaraku. Kami akhirnya memang menang (thanks to rekanku itu) tapi...aku mendengar dari guru kesenianku itu kalo sebenernya suaraku itu seperti kucing sedang menjerit2 (plis deh..apa ga ada lagi kata2 yang lebih halus).
- Karena aku orangnya pantang menyerah, walaupun aku dibilang seperti kucing menjerit, aku tetap tidak mau meninggalkan dunia tarik suara. Pada suatu hari di SMA, ada pemilihan petugas untuk upacara bendera dan tidak ada yang mau menjadi dirigen, aku pun mengajukan diri. Pada saat bertugas tidak ada yang mengiringi jadi aku harus mengambil nada untuk lagu Indonesia Raya....nah dengan PD nya aku menyanyikan baris pertama dan kelihatannya suaraku cukup melengking karena banyak yang tertawa dan saat upacara udah selesai, teman2ku bilang kalo suaraku itu amat sangat cempreng hiks.
- Ini masih berhubungan dengan tugas dirigen upacara bendera tapi yang ini tidak ada hubungannya dengan tarik suara. Namun karena masih sejalan dengan temanya, aku mo ceritakan pengalaman memalukan yang satu ini. Pada waktu aku kelas 1 SMP, aku pernah dipilih sebagai dirigen upacara bendera dengan diiringi keyboard oleh teman sekelasku (Kevin). Nah waktu menyanyikan lagu Indonesia Raya, aku lupa menghitung apakah reffnya yang "Indonesia Raya merdeka-merdeka...." itu sudah dinyanyikan dua kali or baru sekali jadi aku dengan PDnya melakukan gerakan menutup lagu (itu lho yang bentuknya kaya gerakan monyet menangkap pisang). Pas aku menengok ke samping, Kevin memberi isyarat dengan agak panik "Belum...belum..." (lewat bahasa mulut) dan dia tetap memainkan lagunya....ya udah dengan salah tingkah aku menurunkan kembali tanganku yang sudah diam di tempat menangkap pisang dan kembali melakukan gerakan 4/4. Semoga tidak ada yang ingat kejadian itu.
- Kejadian yang paling gress adalah waktu aku tugas menjadi pemazmur di gerejaku sekarang. Pada waktu menyanyikan Alleluia, aku salah mengambil nada. Jadi tidak sinkron dengan pemain keyboard. Seharusnya aku ambil nada tinggi, aku ambil nada rendah jadi amat sangat tidak enak didengar. Aku tidak berani melihat ke arah umat karena aku takut mendapat tatapan "mengangkat sebelah alis". Jadi sejak saat itu aku selalu nervous kalo mo tugas mazmur.
Dengan pengalaman2ku di atas (itu yang aku ingat....yang aku ga ingat masih banyak), aku jadi meragukan apakah sebenernya aku bisa menyanyi or aku hanya suka menyanyi aja. Karena berbeda antara orang bisa dan suka or hanya suka tapi tidak bisa. Orang yang bisa dan suka itu misalnya koki hotel berbintang lima. Dia hobi memasak dan bisa menghasilkan masakan yang enak. Sedangkan yang yang suka tapi tidak bisa adalah orang yang suka memasak tapi masakannya tidak pernah enak karena dia sering salah memasukkan bumbu, garam dikira gula or sebaliknya.
Jadi...aku bisa menyanyi or tidak itu masih merupakan misteri. Namun aku percaya kalau kita melakukan apa yang kita suka, lama2 kita akan bisa juga. Karena tidak ada seorangpun yang tidak bisa bertumbuh menjadi lebih baek. Bahkan orang yang tidak bisa membedakan garam dan gula pun lama kelamaan akan bisa membedakannya jika terus menerus mencoba.
Friday, December 5, 2008
Kantor Baru, Baju Baru, Kebiasaan Baru
- Perusahaan pertamaku adalah perusahaan roti yang letaknya di luar kota Jakarta. Aku inget waktu itu masih culun dan baru dateng ke Jakarta ga tau apa2. Hari pertama ke kantor aku telat karena ketinggalan jemputan. Jadi terpaksa minta tolong dianter sama sopirnya tanteku. Karena pertama kali kerja, aku amat sangat rajin sampe aku berusaha mengerjakan kerjaan secepat mungkin. Setiap kali sudah selesai aku tanya sama bosku harus mengerjakan apa lagi. Lama2 bosku kayanya kebingungan harus mengerjakan apa lagi jadi aku disuruh membawa novel aja jadi bisa baca buku di kantor. Ternyata suatu hari ada salah satu manager ngeliat aku lagi baca koran (untung bukan koran yang mesum2) dan akhirnya besoknya aku dikasih kerjaan yang ga mutu..buat ngabisin waktu. Kenapa aku tau itu ga mutu, setelah aku ga kerja di situ lagi penggantiku ternyata tidak disuruh mengerjakan kerjaan itu dan konon aku dengar kalo bosku ngasih kerjaan itu cuma biar aku ga keliatan nganggur dan baca2 koran. Perusahaan pertamaku ini kebanyakan orang yang ga seusia sama aku sehingga aku bingung sendiri mo ngobrol sama sapa dan tentang apa. Bajuku juga ga usah resmi2 banget karena di kawasan pabrik dan HRD nya juga agak eror soal penampilan. Dia pernah marahin aku karena rambutku dicat merah dan dia bilang aku pake baju kaya penyanyi dangdut....tapi....berbulan2 kemudian aku liat dia rambutnya jadi merah...jreng..1000x bener2 ga konsisten.
- Kantor keduaku adalah salah satu KAP big four di Jakarta. Karena terbiasa dengan ritme lambat di perusahaan pertama yang notabene ga ada saingan, aku di kantor kedua termasuk karyawan yang paling oon dan keliatannya ga niat kerja. Rekan sekerjaku yang lain pinter2 semua sampe aku ngerasa paling bodoh. Kebanyakan mereka dari universitas negeri yang bonafid dan punya segudang prestasi bahkan banyak juga yang lulusan luar negeri. Apakah aku ini yang "cuma" lulusan kota Jogja walaupun aku sangat membanggakan Jogja never ending asia. Yang paling bikin shock adalah..budaya lembur di KAP. Biasanya di kantor pertama aku pulang tenggo jam 5 sore biar ga ketinggalan jemputan. Tiba2 di KAP kalo masa paling sibuk bisa tiap hari pulang jam 12 malem bahkan aku mengalami lembur sampe jam 3 pagi. Rasanya ga kuat banget deh dan pengen nangis. Pikirku...apa salahku sampe harus cari uang mati2an kaya gini. Satpam kantor aja udah pada pulang dan tidur di rumahnya dikelonin istrinya..masa aku masih pusing2 bikin Working Paper hiks. Parahnya karena sering kurang tidur aku jadi labil emosinya. Selama di KAP aku sempat ganti2 beberapa in charge dan hampir semua in charge ku pernah ngeliat aku nangis T-T. Sekarang kalo inget2 waktu dulu jadi malu dan geli sendiri. Yang paling sering terjadi adalah aku lagi berantem ama pacarku trus disuruh lembur..tiba2 pas ngerjain WP di depan laptop aku sambil nangis2.
- Perusahaan ketiga amat sangat nyantai dibanding kerja di KAP. Jadi aku amat sangat menikmati kerja di kantor biasa. Ga ada persaingan dalam rangka mengejar promosi, ga ada lembur2 sampe malem dan ga ada nangis2 gara2 emosi labil. Namun ada kelemahannya..karena ga ada saingan otomatis kerjaanku jadi ga serajin dulu. Bahkan manajerku bilang, semenjak dia ga kerja di KAP lagi otaknya kayanya jadi kurang dipake dan jadi kurang pengetahuan dibandingkan waktu kerja di KAP.
- Kantorku yang ke empat lebih nyantai lagi dibanding yang ketiga (bahkan bayarannya pun nyantai). Setiap hari aku bangun jam 7.30 bahkan bisa lebih. Sore hari kalau aku mau bisa sampai di rumah jam 6 lebih. Di kantor juga bisa browsing dan nulis2 blog sebelum diblok ama orang IT. Baju kantor tidak ada bedanya ama baju buat jalan2..tiap hari boleh pake jeans dan kaos. Bener2 ga perlu modal baju deh. Bisa dibilang ini kantorku yang paling nyantai.
- Nah....ini kantorku yang terakhir dan yang paling bikin culture shock. Setelah 2 tahun bekerja di kantor yang nyantai, aku jadi kehilangan kemampuan buat lembur2. Perbedaan lain adalah baju kerja harus pake yang resmi dan ga kucel kaya di kantor lama. Karena takutnya kalo kucel bisa2 kalah rapi ama sekuritinya. Hari pertama kerja aku harus bangun jam 5. 15 pagi lalu berangkat dari kost jam 6.15 dan sampai kantor jam 7.30. Padahal sebelumnya jam 7.30 aku baru bangun. Trus yang bikin shock lagi biasanya aku nebeng motornya rei jadi tinggal duduk manis...20 menit sampe. Sekarang harus ngantri busway transit 3 kali. Kalo pagi masih mending, orangnya masih bau wangi habis mandi. Malem hari itu yang parah. Apalagi hari Senin, aku pulang kantor jam 6 sore itu pas jam padatnya orang2 pulang kantor. Di halte Harmoni, antrian yang ke grogol sudah kaya antri bantuan sembako. Penuh orang semua dan ga berAC lagi..panas, pengap, banyak orang baru ketek, bau naga dan bau umbel. Udah kaya neraka dunia deh. Akhirnya aku memutuskan mendingan pulang agak malem jadi ga ngantri panjang banget. Budaya di kantor juga bikin aku harus beradaptasi karena di sini orang2 kerja serius dan ga sering browsing apalagi sampe nulis blog. Makanya aku nulis blog nya dibela2in malem2 ke warnet. FYI aja..sekarang jam 00.30 am dan aku masih nulis blog. Bener2 jiwa wartawan ya. O iya..yang paling culture shock adalah..di kantor lamaku adanya buceri (bule cat sendiri)..tapi di kantor baruku ini penuh dengan bule bahkan bosku juga orang India. So...all of them are talking in English. Modar wes....jadi aku perlu melatih bahasa Inggrisku nih. Besok2 coba nulis pake kamus Mbah Jambrong. Tapi bukan hari ini..hari ini aku seperti Santa Claus yang kena resesi dan jadi jobless.....otakku udah kebanyakan menerima culture shock di kantor baru jadi ga bisa mikir.
Sampe di sini dulu tulisanku karena tanganku udah lemes...otakku ga bisa mikir...mataku udah 5 watt. Menulis blog di tengah malah juga merupakan culture shock tersendiri buatku.
Monday, December 1, 2008
Do You Believe in Santa?
Someone asked me when did I find out that Santa does not really exist. It is a very common question, I bet it is more polite than asking directly when did you get your puberty. But being asked that question, I suddenly realised that I lost my childhood's dream quite early in my life.
I think I was 6. In my home country, Santa was obviously more polite, more civilised and more religious person. He wouldn't break in to someone's house or climb the chimney (because there's no chimney) or even wander around the Christmas street market. He would sit quietly in the church and give children presents after Sunday Christmas service. I was in queue with half a dozen other children, all with their parents (except me, I can't remember where they were). I had never seen Santa before, I saw him only in Christmas cards, so this was my first time to see him in person. My mother had told me a few week ago about being nice or I wouldn't get any gifts from Santa. No wonder I was quite nervous whether Santa knew about me skipping class on the other day or not.
And there they were. Santa, big and fluffy, with long white beard and bright red costume that seemed a bit too hot to wear inside a crowded church. I guess he was sweating a lot. Black Petes, there were two of them, handling Santa's crook and dealing presents to children. They painted their faces, hands and ears black and also dressed up in black shirt and wore black stocking (so they were men in black). They were quite scary for me. So I moved quickly close to Santa, who welcomed me with his open hands and put me in his lap.
"So, what's your name my sweet little girl?" he asked.
"Ria," (I answered in a very low voice, partly from being afraid of Black Petes and the rest of being surprised that he didn't know my name)
"Oh, what a beautiful name!" he exclaimed, "So tell me Ria, are you being good recently? Do you help our Mum? Do you listen to what your parents said?"
I nodded hesitantly. He looked up to a pile of wrapped boxes under the Christmas tree and gave a nod to one of the black pete who had very red lips (he must have put some lipstick on). It was a considerably big box (or it was quite big for me when I was six years old). My heart leaped with happiness so much that I couldn't remember what happened next. I only recalled that I carried that box proudly, joyfully, excitedly back at home, as if I had won the battle between good and evil.
It was a hollow box. Because when I shook it, something inside were thrown loudly from one side to another. It was definitely a little gift, or at least not as big as the box. But it was a gift from Santa so who cares. I was ecstatically happy. I opened the box and there was a pair of shoes inside. What confused me afterward was that my brother claimed the shoes to be his. I completely disagree. Santa himself had given them to me. It was definitely mine. He insisted that the shoes had his name underneath. I turned them upside down and just as bewildered as a child can be, I saw my brother's name at the sole of the shoes! How could Santa put his name on my shoes? He didn't even know my name. Baffled, I asked my Mum. She said, "Your brother need new shoes and they are his. Anyway, he didn't see Santa, but you did,"
Up till now, I never understand her reason wrapping my brother's shoes as my present from Santa. But at that very moment it was all clear to me that there is no Santa Claus. My mother bought the shoes. She even paid a sum of money for me to see him, who sat there and dressed up like clown. That was the end. There's no miracle in my life. Later on, years after that 'incidence' when another Christmas came again, I dashed to a local store to buy some Christmas presents. I was in the fifth grade of elementary school. I knew that every Christmas, children in my local church get their presents from parents or grandparents. One by one, their name will be called and they will rise from their chair, rush to the altar and receive a gift from "Santa" (usually the church clergyman). My brothers and sister never had one. Everybody was too busy doing anything else but celebrating Christmas. I didn't want to see them waiting to be called everytime the clergyman, I mean Santa, picked a present underneath the Christmas tree (it had never been theirs). So these were things I got: a set of mini dinosaurs for my little brother, a sport-car toy for my younger brother, and a set of tea cups for my sister. I wrapped them down and handed them over to be given to my siblings after Christmas mass. For someone who had lost the idea of 'gift from Santa Claus', I wasn't very interested in wrapping my own present. Moreover, I felt completely grown up, mature enough to protect my younger brother and sister's dream of Christmas. I didn't believe in Santa Clause because at that time, I was being him.
I never know when my brothers and sister found out that Santa doesn't exist. But I remembered that they were quite happy when they received a gift from Santa (at last). We, however, don't actually regard Santa as a symbol of happy Christmas. We were happy enough to celebrate Christmas with a good feast at church. They serve good food after Christmas service and we, as children, would love to come.
Now, standing in the midst of Christmas decorations and big, shiny, festive stores packed with Christmas sale and discounts, I was wondering about my belief in Santa Claus. Do I believe in Santa? When I called my parents few days ago they were a bit worried about me being so far away from home, but they relieved that I keep them in touch every now and then. I had a nice chat with them and also with my brothers and sister. I realise that I have a very nice family and a home. I have a wonderful present that even the biggest box couldn't wrap. I also have these all things that I had never imagined before: an adventurous life, wonderful friends, bravery to leave my comfort zone, my health, my sense of humor, my dreams which still live on. So yes, I do believe in Santa Claus. He doesn't exist just for child's dream at christmas or as christmas cards decoration. He indeed gives presents for all of us, children and adults, who believe in good things. After all, it's just a battle between good and evil.
P.S. Due to world's recession, there is no Santa this year. All of them are unemployed.
Kuis: Seberapa Hebatkah Kemampuan Navigasi Anda?
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jawaban A, B, atau C. Jangan njawab D (karena tidak ada pilihannya).
- Apabila anda harus pergi ke ruang direktur di kantor baru, maka kejadiannya akan:
(A.) Langsung tahu dimana letaknya, berikut berapa menit yang dibutuhkan untuk mencapainya dari pintu masuk, berikut berapa jalan keluar darurat dan berapa jumlah ventilasinya, berikut letak kamera CCTVnya, berapa jumlah anak tangganya dan nomor kombinasi kotak besinya. (B.) Secara insting tahu letaknya dari baunya. (C.) Pertama salah masuk ke ruang OB, trus setelah nanya-nanya dikasih tahu jalan masih salah masuk ke gudang barang dan setelah liat peta malah salah masuk toilet karyawan. - Apabila anda hendak naik kereta dari kota X ke kota Y maka: (A.) Tahu kapan waktunya sampai ke detik-detiknya, tahu rute-rute alternatifnya sampai stasiun mana saja yang dilewatinya, tahu jumlah awak keretanya sampai jumlah jendelanya, dan terakhir tahu kalo ada penjahat yang menumpang lewat kelas bisnis. (B.) Tahu karena liat warna gerbong keretanya atau dikasih tahu orang. (C.) Salah naik kereta ke arah sebaliknya, salah jam keberangkatan, salah gerbong, salah kelas dan terakhir mau ganti kereta malah salah ke arah yang sama sekali beda (misal kereta ke kota Z).
- Apabila anda hendak ke toilet: (A.) Langsung bisa menentukan lokasinya berikut koordinat GPS tiap-tiap toilet di gedung meskipun ada puluhan lantai, bisa melokalisir mana toilet yang belum disiram mana yang sudah, sekaligus bisa ke toilet terdekat dengan sangat cepat dan tepat di saat-saat darurat (misal: mencret). (B.) Tahu dimana toilet karena ada tandanya atau cari saja tempat yang agak-agak berbau dan banyak yang antri. (C.) Cari toilet dengan susah payah. Mengumpat-ngumpat karena udah kebelet banget. Setelah berhasil menemukan toilet (dan nggak salah gender) pas kluar bingung pintu yang mana. Pas sudah nemu pintunya salah belok sampe keluar gedung. Tau gitu pipis aja di samping si Pleki di deket tempat sampah di luar gedung...
- Apabila anda mencari alamat dari peta: (A.) Bisa melihat dengan jelas dimana letak tempatnya, ruangannya berikut gambaran 3 dimensinya. Juga dalam perjalanannya bisa menghindari kamera sehingga nggak terekam gambar kita. (B.) Bisa nyampe setelah muter-muter dikit, nanya-nanya orang dikit dan baca-baca dikit rambu-rambu jalan dan terakhir dikejar dikit sama anjing tetangga. (C.) Muter-muter nggak jelas, masuk kantor orang dan tersesat di dalam gedung. Keluar lewat tangga kebakaran, njebulnya (ini bahasa apa ya?) di samping tempat pembuangan sampah. Terakhir petanya ilang.
- Apabila anda harus ketemuan sama orang yang belum pernah lihat wajahnya sama sekali: (A.) Langsung tahu bahkan langsung bisa menghubungi nomer HPnya trus sekaligus ngasih petunjuk gimana cara bertemu secara rahasia sehingga penjahat yang pake kamera dan radar pun tidak bisa melacak. (B.) Bawa papan nama dan senyam-senyum sama orang tak dikenal, tapi akhirnya ketemu juga setelah beberapa kali salah nanya. (C.) Dengan pedenya asal tuduh sama orang yang kliatan sesuai dengan namanya (misal, Agus: agak gundul bagus, Budi: bule kurang mandi, Lukas: lulusan nggak jelas) tapi biasanya cuma supir taksi atau tukang jual mie tek-tek. Terakhir orang yang dituduh sampe lari-lari menghindar karena disangka mau nyopet.
Bila jawaban Anda kebanyakan A:
Selamat!!! Anda mempunyai kemampuan navigasi setara dengan agen spionase 007 dan insting sekuat Jason Borne. Anda bisa langsung tahu kalo jendela di sebelah kita mau ditembak, ato kulkas di ruangan sebelah bakal meledak. Kalo anda lompat dari jendela anda tahu pasti bahwa anda akan mendarat dengan selamat di dalam mobil yang lari kencang, demikian juga kalo lompat dari jembatan anda tahu akan ada heli yang melayang-layang di atas dan menangkap anda dengan kelihaian akrobatik. Dengan kemampuan sehebat ini anda bisa main dalam sekuel serial Borne dan Bond. Selama sekuel belum dibuat anda bisa kerja jadi pengantar pizza dan supir taxi dengan tingkat kesuksesan tinggi.
Bila jawaban anda kebanyakan B:
Kemampuan navigasi anda rata-rata manusia normal. Ini setara dengan insting burung yang migrasi ke selatan selama musim dingin atau lumba-lumba yang beranak setelah musim kawin (jaka sembung). Pokoknya insting hewani yang manusiawi (apa coba), seperti anjing yang memipisi teritorinya sehingga tahu mana jalan pulang ke rumah. Intinya anda tidak berprinsip lebih baik malu bertanya daripada sesat di jalan.
Bila jawaban anda kebayakan C:
Kemampuan navigasi anda setara dengan saya. Otak saya mungkin terlambat terbentuk waktu pembelahan zigot sehingga terjadi sindroma "direction dyslextic" alias buta arah. Seperti disleksia, buta warna, buta aksara atau buta cakil, penyakit ini susah disembuhkan tapi dapat diobati dengan sering jalan-jalan. Semakin sering jalan-jalan, semakin berkuranglah efek "buta arah" tersebut. Penyakit ini tidak menular dan tidak diturunkan.
Thursday, November 27, 2008
Tentang Andy
1. Andy adekku yang paling gede. Andy ini tidak perlu aku deskripsikan panjang lebar karena sudah pernah aku ceritakan di artikel jaman dulu.
5. Andy sapi. Dia adek kelasku waktu kuliah. Aku sering pergi bareng dia karena dia punya motor jadi aku bisa jalan2. Namun aku juga ga seperti orang yang tidak tau balas budi, jadi aku sering mengajari dia mata kuliah. Kalau ujian juga dia sering ke kostku buat belajar bersama. Walaupun aku sering dibikin keki karena setiap ujian dia selalu lupa apa yang sudah aku ajarkan. Andy sapi termasuk orang yang berkesan buat aku karena dia yang mengajari aku naik motor berkopling (Supra XX) dan pernah mengantarku beli ikan di Ngasem. Andy orang yang ceria sehingga kalo bersama dia aku bisa selalu tertawa. Namun tidak pernah ada kisah romantis di antara kami karena aku terlalu galak buat dia hohoho
Sebenarnya masih banyak lagi kenalanku yang bernama Andy tapi aku tidak bisa ingat semuanya. Kalau menurut rumusan dari temanku yang namanya Ko Danny dan punya istri namanya Ci Evy. Adiknya Ci Evy namanya juga Danny dan adiknya Ko Danny namanya juga Evy..seharusnya pacarku namanya Andy juga karena aku punya adik namanya Andy. Dan Andy itu harus punya adik yang bernama Kristina….(lho kok jadi ruwet) hehehe…..
Wednesday, November 26, 2008
Tentang si Kucel (buat mengatasi keingintahuan Kristina)
Kucel selalu berbicara dengan suara yang empuk kaya penyiar berita radio BBC 4, sayang aksen utaranya sangat kental jadi kita susah bedain apakah dia lagi keselek biji duren atau cuma lagi bersin. Kucel suka sekali pake celana pendek meskipun suhu di luar di bawah nol, mungkin karena waktu kecil dia suka bobok bareng beruang kutub. Kucel hobinya berkemah, main skateboarding atau jalan-jalan ke hutan dan pipis di bawah pohon cemara. Kucel pinter main gitar dan meskipun kalo nyanyi suaranya lebih mengenaskan daripada biri-biri yang kejatuhan genteng (belon pernah denger sih), dia cukup punya bakat musik. Buktinya dia suka nonton konser dan musikal, yang ajaibnya, kalo dateng ke acara itu kita bisa-bisa nggak kenal lagi sama dia karena bajunya tiba-tiba jadi kinclong kaya Ksatria Baja Hitam yang manggil Belalang Tempur (gak nyambung). Pokoknya singkat cerita, Kucel bisa jadi nggak kucel lagi kalo lagi ndengerin musik di konser. Mungkin biar gak diusir ama yang terima tamu. Tapi dia tetep bau kentut kuda.
Kucel orangnya sangat sopan dan sangat mawas diri. Kalau mau memotong pembicaraan orang, meskipun ada urusan penting sekalipun dia tetap akan permisi dulu. Kalau dia merasa keberadaan dia mengganggu dia akan bilang,"I'm going to dissapear in a minute," dan selalu memberi kesempatan orang lain buat berbicara meskipun orang lain itu Inggrisnya patah-patah kaya goyangannya Annisa Bahar. Kucel selalu menawarkan bantuan kalo ada orang kerepotan untuk bawain barang atau bukain pintu tanpa diminta. Kucel nggak banyak bicara tapi sekali bicara omongannya dalem banget. Pernah dia bilang, "You can't put limit on people. It's part of the universe, it's infinite, it will expand," Aku gak mudeng sih apa maksud dia sebenernya^^ tapi setidaknya dia gak pernah ngumbar omong kosong tentang bir dan cool pubs atau hype party atau mengumpat-umpat kaya orang lain. Yang paling mengagumkan tentang Kucel adalah reaksinya buat orang lain. Waktu sepatu seorang anak dengan Down Syndrom kecemplung di parit, Kucel langsung ngelepas sepatunya tanpa pikir panjang (maksudku, tanpa mikir ukurannya pas nggak hehe). Kucel juga suka bicara tentang pemikir-pemikir Asia, seperti Rumi dan Sidharta, juga suka baca buku tentang mengolah alam. "A Guide to Self Sufficiency" adalah buku tentang beternak dan berkebun supaya nggak perlu beli barang instan. Kucel suka sekali buku yang kayak gini (buku kesukaanku adalah buku "A Very Hungry Caterpillar", buku anak-anak tentang ulat yang kelaparan dan makan semua makanan, aku baca karena kata2nya sedikit dan banyak gambarnya). Semua film yang dia tonton adalah film yang menurutku nggak biasa, seperti Persepolis dan Belleville Randez-vous. Dia punya koleksi lengkap film dokumenter "Earth Diary" tentang hewan-hewan dan alam. Kucel suka bikin coklat panas kalo malam sebelum tidur, dan kalo kita kebetulan ada di sekitar dia, dia pasti akan bikinin satu cangkir lagi. Kalo Kucel bangun pagi dan cuaca cerah dia akan keluar rumah, berdiri di bawah sinar matahari. Katanya sih buat menyerap energi matahari (Kucel percaya tentang aliran energi dan aura). Tapi pas malam-malam dia berdiri di bawah sinar bulan aku langsung protes bahwa energi bulan nggak sekuat matahari. Dia bilang itu nggak sepenuhnya benar. Gravitasi bulan sanggup mengangkat laut. Daripada berdebat tentang tata surya, aku mengubah topik tentang gimana cara memandikan kuda tanpa bikin kudanya kedinginan.
Kucel pergi ke gereja (entah gereja apa). Dia bilang dia bukan orang yang religius tapi bagi dia penting bahwa kita harus percaya sesuatu. Pernah aku nggak sengaja liat alkitab NKJV (New King James version) di meja samping tempat tidurnya. Aku jarang sekali ngeliat orang yang baca kitab suci tapi nggak pernah ngomongin tentang agama. Kucel juga bisa merajut dan bisa bikin makan malam sendiri. Aku sering becanda bahwa dia pasti lulusan sekolah keputrian. Kucel sangat down to earth, dalam arti figuratif dan sebenarnya. Kucel bilang dia pingin jadi petani (atau peternak ya, soalnya dia bilang farmer). "I think I'd like to be a peasant," dan katanya lagi dia nggak suka London. Kalo berada di hutan dia merasa 'punya tempat di bumi'.
Suatu sore kita ketemu di halaman dan matahari lagi tenggelam. "Do you fancy a walk?" dia bilang. Aku bilang boleh juga. Kita jalan ke arah barat dan di persimpangan jalan dia manjat tembok batu yang tinggi. Aku (karena alasan tinggi badan) terpaksa manjat lewat pagar, tapi alhasil kita sama-sama duduk dia atas tembok, menghadap ke matahari tenggelam. "Does the sunset look the same from where you used to live?" Aku bilang nggak beda jauh sih, cuman kalo kita memandang matahari dari tembok di pinggir jalan kaya gini pasti dikira maling jemuran. Kita sama-sama lihat lampu yang mulai kelap-kelip di Wakefield, kota tetangga. Aku nggak keberatan duduk di sebelah cowok bau kuda ini lebih lama, tapi sial banget hawanya dingin sampe ke tulang. Sebagai makhluk tropis, berada di luar ruangan pas bulan November begini sama aja kaya bawa ikan cucut taruh di kolam lele (apa ya hubungannya). Maksudku, ini bukan habitatku. Jadi aku bisa bilang bahwa Kucel dan aku ada di dua alam yang beda.
Kucel bilang bahwa namaku kedengaran eksotis. Aku bilang bahwa di desaku dalam 10 menit kita bisa memui 10 orang bernama Sri karena saking pasarannya. Kucel cuman ketawa. Katanya namanya juga pasaran. Tapi dia bilang aku orang yang istimewa. Sebenernya aku mau bilang yang sebaliknya, belum pernah aku kenal orang yang seaneh dia dan sepercaya diri itu. Maksudku, kalo kita liat cowok yang sebenernya bisa bau parfum Giorgio Armani dan pake CD Calvin Klein (ini cuman hiperbola, bukan berarti aku pernah nyuciin CDnya) tapi lebih milih berbaju kucel dan jadi petani/peternak, pasti kita nggak habis pikir. Tapi mungkin itu yang bikin dia beda.
Tuesday, November 25, 2008
My Uneg-Uneg
Aku barusan aja membaca blognya Jessie dan ada satu artikel yang sangat menyentuh hatiku. Dia menulis 5 hal yang tidak bisa dilihat papanya. Salah satunya adalah anak pertamanya yang lahir 13 hari sesudah papanya meninggal. Perasaanku setelah membaca artikel itu, aku sedih karena aku baru menyadari kalo orang tuaku juga tidak akan hidup selamanya. Seharusnya aku lebih sering meluangkan waktu untuk menelpon atau pulang ke rumah untuk bertemu dengan orang tuaku.
Sejak aku keluar dari rumah untuk kuliah di Jogja, aku jarang pulang. Aku merasa ada kepahitan terhadap orang tuaku terutama terhadap papiku. Dan sampai aku kerja, kepahitan itu terus ada di dalam hatiku sehingga aku malas untuk bertemu maupun berbicara dengan papiku. Kepahitan itu bermula dari waktu aku kelas 3 SMP. Waktu itu papi dipecat dari pekerjaannya dan semenjak itu dia berubah sikap dari ayah yang penyayang menjadi ayah yang pemarah sehingga semua anaknya menghindari dia, termasuk aku. Jika aku sedang nonton tv lalu papi ikut menonton, aku langsung masuk ke kamar. Pernah suatu hari papi bertanya kenapa anak-anaknya menghindari dia. Aku Cuma diam saja karena percuma berbicara tentang sikap papi yang pemarah. Papi bukan orang yang bisa menerima pendapat orang lain.
Kondisi ekonomi keluargaku tidak membaik sampai aku lulus SMA. Thanks God aku bisa mendapatkan beasiswa untuk kuliah di Atma Jaya Jogja sehingga aku bisa keluar dari rumah yang penuh dengan kemarahan. Aku menyalahkan orang tuaku terutama papi yang membuat suasana rumah menjadi tidak menyenangkan. Jadi aku sangat senang bisa tinggal di luar rumah. Setiap kali ada libur kuliah, aku lebih memilih menghabiskan waktu di kost daripada pulang ke rumah.
Setelah aku lulus kuliah, aku kerja di Jakarta. Itu pun aku berusaha mendapatkan pekerjaan secepat mungkin sehingga aku tidak perlu berlama-lama di rumah setelah wisuda. Aku di rumah Cuma 2-3 hari kemudian aku langsung berangkat ke Jakarta. Selama aku bekerja, aku tidak pernah punya tabungan karena aku yang menjadi tulang punggung keluarga. Jika aku sedang sangat down, aku terus menyalahkan papi kenapa papi tidak bertanggung jawab terhadap keluarga, kenapa aku yang harus menanggung keluarga. Di saat teman2ku bebas menggunakan uangnya untuk bersenang2, aku harus memikirkan bagaimana bisa mencukupi kebutuhanku sendiri dengan uang yang minim.
Aku benar2 merasa papi sebagai penghambat mimpiku. Salah satunya adalah mimpiku untuk bekerja sebagai relawan di Skotlandia. Dari dulu impianku adalah pergi ke luar negeri. Aku sangat ingin melihat salju. Namun impianku itu tidak bisa tercapai karena aku masih ada tanggungan. Aku sangat iri pada Ria karena dia bisa melakukan apa pun yang dia mau. Aku sudah berdoa dan berpikir, apakah aku harus membuang impianku dan tetap bekerja di Jakarta demi keluargaku. Namun jawaban Tuhan sepertinya menyuruh aku untuk bekerja di sebuah perusahaan besar dengan gaji yang bisa untuk mencukupi kebutuhan keluargaku dan membiayai kuliah adikku.
Jadi saat ini aku sedang bergumul dalam hati untuk bisa memaafkan kondisi keluargaku dan terutama memaafkan papi untuk segala tanggung jawab yang sudah dia berikan padaku. Karena papi tetap sayang padaku dan apa yang terjadi sekarang memang rencana Tuhan supaya aku menjadi orang yang lebih kuat. Terus terang aku masih tidak rela melepaskan impianku. Namun setelah membaca tulisan Jessie aku menyadari, mungkin Tuhan ingin aku berbakti kepada orang tua selagi aku sempat. Mimpiku bisa aku capai lain kali karena umurku masih panjang. Umur orang tuaku mungkin Cuma tinggal beberapa tahun lagi. Thanks buat artikel Jessie yang mengingatkan aku untuk mengambil langkah yang tepat supaya aku tidak akan menyesal suatu saat nanti karena aku masih sempat berbakti pada orang tuaku.
Sebagai penutup tulisan ini aku mau menulis 4 hal yang harus bisa aku wujudkan untuk orang tuaku:
1. Rumah sendiri
2. Mobil sendiri
3. Wisuda ke-4 adikku
4. Jalan-jalan ke luar negeri
To Ria: sori aku terlalu sentimental dalam menulis tulisan ini hiks hiks srot srot…
Monday, November 24, 2008
Be A Hero for Yourself
What will your reaction be if someone tell you off? What will you do if a colleague make a bad remark on your work or make you look inferior by pointing out of your mistakes? Or simply being sarcastic and giving you a patronizing look? A proverb says that silent is golden but in this case, it simply doesn't work. Sometimes there is a reason why we have a voice. Speak up. We need to be heard.
As someone who brought up in Javanese culture, I had never learnt to stand up for myself. If I try to challenge my parents or teachers for their opinion, I will be regarded as 'ungrateful' or 'disrespectful'. Moreover, I am not a loud person who is confident enough to say that I was right and you were wrong. So my reaction was stunned, trying so hard not to break in tears, biting my lips and holding myself so tight that I wouldn't fall apart. I felt so pitiful and pathetic that I would rather be sent to another planet than scratch for my dignity on earth.
Basically, we are never encouraged to fight back. In soap operas, 'a maid in distress' will be saved by the hero. No wonder if we don't even bother to try. We just wait until somebody come to save our arse. But how if the hero comes late? How if we wait for so long and there is no Patrick Swayze comes and says, "Nobody put Baby in the corner"? I think it's just the time to be a hero for ourselves.
Good news is that we have everything we need to face the world. We all somehow posses 'superpower' that only shows up when we stop hiding and start struggling. It is not about being a strong or powerful person, it is merely of being fair to ourselves. Nobody deserves to be treated unequally and there's no reason whatsoever to be rude to someone. In short, if someone shout at you, shout back. Don't think too much or you will loose your chance. In the world where freedom of speech is the main issue, people tend to show their attitude without thinking of anybody else. So we have no choice but to express ourselves too, to stand up and speak up. We have to learn how to be firm, but at the same time to be polite and civilised. It is quite a tricky business when we have to deal with someone who is completely annoying but also know how to behave and how to be 'politically correct'. In this case, we have to be a bit sneaky. Try to insult in respectable manner. At this point I start learning a state-of-the-art form of language: sarcasm.
Does it mean that we are not nice persons? In my point of view, being nice isn't about being weak or being insincere. There are times when all we need is just to be nasty because they deserve it. It doesn't mean we like to argue either. It is just about being assertive. Because if we don't save our own arse, nobody will.
You are a child of the universe,
no less than the trees and the stars;
you have a right to be here.
And whether or not it is clear to you,
no doubt the universe is unfolding as it should. -DESIDERATA-
Sunday, November 23, 2008
Tips Membuat Blog
Thursday, November 20, 2008
No Smoking
Tuesday, November 18, 2008
Berani mencoba?
1. Belajar tarik suara
Sebenernya kalo saya pikir-pikir lagi sekarang, lebih baik belajar tarik tambang daripada tarik suara, karena disamping bisa berguna buat nimba air waktu kemarau panjang dan menambah kekar otot tangan, tarik tambang bisa dipelajari dengan gratis yaitu dengan narik tali jemuran, narikin tenda warung orang atau narik tali bendera. Tarik suara selain mbayar juga harus tampil di depan umum, alias kalo gagal saksinya bukan cuman temen sekost yang nunggu giliran mandi tapi satu RT yang nonton lomba karaoke 17 agustusan. Les nyanyi saya cuma bertahan sebulan. Hasil: saya tahu bahwa talenta menyanyi mungkin bukan jatah saya dan kalo ada yang susah bangun pagi, saya tinggal nyanyi Garuda Pancasila 3 kali, dijamin akan susah tidur lagi (jadi mungkin "talenta weker" lebih tepat buat saya).
2. Belajar melukis
Terkesan dengan Salvador Dali, Gustav Klimt, Oscar-Claude Monet, Basuki Abdullah dan Raden Saleh (walah gaya maestro ndes), saya pun beralih haluan untuk belajar melukis dengan cat minyak. Lukisan saya memang jadi, tapi alirannya yaitu aliran air bah di kali petung belakang rumah, alias impresionis campur tragis. Maklumlah, namanya juga kebebasan berekspresi. Tapi keuntungan gaya ini, kalo rumah kita lagi direnovasi dan lukisan kita kecipratan cat tembok, tidak ada pengaruhnya. Begitu pula kalo rumah kita kebajiran, atau lukisan kena debu atau ketumpahan kopi atau ketempelan cicak yang kegenjret pintu, tetap tidak apa-apa. Hasil: Lebih baik belajar ngecat rumah dengan aliran tukang bangunanis.
3. Belajar main piano
Waktu itu les piano lagi ngetren di kalangan anak-anak kampus. Selain bisa buat nggaya pas Porseni, piano juga bisa menenangkan jiwa, menyeimbangkan bagian otak kiri dan kanan, melatih otak buat baca telur-nyangkut-di-pager dan untuk memberi kesan klasik-dramatis-romantis. Singkat kata, kita sebenernya cuma terkesan (dan iri) ama temen kampus kita Eja (Vireza Pratama, dia buka blog gak ya?) yang bisa maen piano dengan indahnya sambil merem, karena konon dia udah belajar main piano ketika dia masih berbentuk zigot (saking mudanya). Ketika saya menekan tuts2 piano, yang ada saya jadi bingung mana tangan kiri saya dan mana tangan kanan saya. Kalo ngetik aja saya pake jempol karena biasa SMS (jadi blas nggak 10 jari, kecuali kalo telunjuk ama jempol dibilang satu kosong), jadi saya nyaris nggak punya harapan buat bisa main piano. Jari-jari saya saling berbelit, otak bukannya seimbang malah miring-miring. Hasil: Saya baru tahu kalo orang bisa main sambil merem bukan berarti gampang, main piano butuh kesabaran dan latihan terus-terusan (kata Eja sejak dari pembuahan janin). Kalau kita pingin cepet bisa padahal baru belajar waktu udah tua dan males latihan, lebih baik belajar ngetik 10 jari sebagai latihan awal atau belajar sempoa (melatih mental aritmatika, katanya lho).
4. Belajar bahasa mandarin
Waktu Dao Ming Zhe lagi sangat populer, dengan alasan bahasa Cina sangat berguna bagi pekerjaan di masa depan, saya pun segera belajar Bahasa Mandarin di Aspac Semarang. Gurunya bernama Bu Lili Lim. Ibu umur 50an dengan semangat Spice Girls. Awalnya saya sangat semangat karena bisa niruin lagu kondangan dan baca satu-dua hurup menu di restoran Cina. Tapi tambah lama hurup mandarin tambah ruwet dan saya mulai jadi koass Obsgyn dan Meteor Garden mulai meredup ketenarannya. Bahasa Cina saya mandeg di level satu dan sebenernya tanpa pengetahuan bahasa mandarin tetep aja menu bisa terbaca karena ada gambarnya hehe. Hasil: Jangan belajar bahasa mandarin pas lagi koass, atau pas lagi demam film taiwan. Belajarlah kalo benar-benar kepepet dan butuh bahasa Cina, misalnya kalo mau imigrasi jadi TKW ke Hongkong atau mau daftar jadi koki di restoran Cina.
5. Belajar bikin clay
Bukannya kekanak-kanakan, tapi clay bisa sangat imut dan bagus, kalau kita bisa bikinnya. Maka saya ikut kelas clay di Club Merby (iya deh, agak kekanak-kanakan) dan belajar bikin panda, monyet, anjing, kura-kura, gajah, kodok, pisang, jambu, apel dan babi dari clay. Hasil: clay bisa jadi sangat artistik di tangan yang tepat. Di tangan saya (yang sebenarnya sangat kreatif, tapi terpendam) semuanya menjadi bentuk alien, yang pastinya juga cukup kreatif karena kita kan tidak tahu pasti ya alien itu bentuknya seperti apa.
6.Belajar bikin tas dari manik-manik
Saya belajar dari temen kampus saya Vika Rasyid yang berhasil bikin tas buat kado nyokapnya. Iri karena dia bisa bikin kerajinan tangan (dan ngirit uang buat beli kado) sayapun semangat bikin tas yang konon rencananya buat wisudaan. Saya berhasil bikin dasarnya tapi pas sampe tengah saya bingung masuk lobang yang mana. Dulu kayaknya sih mikir mau nanya ke Vika, tapi entah gimana sampai sekarang manik-manik dan tali senarnya masih teronggok manis di kumpulan barang-barang waktu pindah kost. Hasil: tas seperduabelas jadi itu dikasihin ke temennya adek saya yang pinter bikin kerajinan tangan. Sekarang saya pikir lebih baik pake tas kresek yang bisa didaur ulang, murah meriah ramah lingkungan. Juga serbaguna dan gak bocor kalopun dipake buat belanja ikan di pasar. Oya, kalau wisudaan pinjem aja ama nyokapnya Vika haha...
7. Belajar bahasa perancis
Sebetulnya boleh dibilang inilah yang paling ada hasilnya, tapi nggak tahu mau disalurkan kemana dan nggak bisa lanjut belajar karena keterbatasan waktu dan biaya. Dimulai kala saya salah naik kereta. Bayangin kalau tersesat di kota tak dikenal jam 11 malam, nggak tahu bahasanya, gak ada HP dan gak punya uang tunai. Memang sih belajar bahasanya tidak terlalu banyak membantu, apalagi toh saya sudah belajar untuk nggak tersesat (ini lebih penting daripada sekedar menguasai bahasanya), tapi bahasa perancis betul-betul menarik. Makanan kalo diterjemahin ke bahasa Perancis kedengarannya jadi lebih enak. Hasil: jangan belajar bahasa perancis hanya karena terobsesi pada makanan.
8. Belajar nyetir
Supaya tidak tergantung sama adek-adek saya ato bokap buat nganter-nganter, sayapun bertekad bulat bersemangat seteguh baja buat belajar nyetir. Ada gunanya sih, saya bisa ngluarin mobil cuman spionnya aja yang nyenggol (ahahaha). Tapi parahnya, saya nggak bisa latihan di jalan kalau nggak punya SIM. Inilah aneh binti ajaibnya: kita kan seharusnya belajar dulu baru punya SIM. Tapi ternyata hukumnya terbalik: nembak SIM dulu baru belajar nyetir. Jadi saya punya SIM, tapi kalo belok gak bisa berhenti dan kalo berhenti gak bisa belok (ya iyalah). Masih gak bisa setengah kopling dan nabrak motor brenti 1 kali. Mati mesin di tanjakan berkali-kali dan parkir miring sejuta kali. Hasil: lebih gampang naik angkot.
9. Belajar diving
Saya nggak bisa berenang di laut (yang gak bisa napak dasarnya) dan pada dasarnya takut air kaya anjing kena rabies. Kalo nggak terpaksa saya nggak mandi (becanda ding). Maksud saya, sebenarnya agak aneh kenapa saya belajar menyelam. Tapi tetap saja saya lakukan karena: satu, alam bawah laut Indonesia luar biasa indahnya dan tidak ada pengalaman yang mengalahkan berenang di alam bebas sama ikan. Rasanya maen game Feeding Frenzy jadi beda (kok gak dramatis ya gambarannya). Dua, kalo surfing kita harus berdiri diatas air, snorkling harus ngambang di permukaan air, diving malah harus tenggelam. Jadi kelelep malah bener. Jadi saya pilih diving. Tapi saya suka muter-muter di air dan kegeret arus. Hasil: tetep suka diving. Yang gampang-gampang aja, nggak usah yang kedalaman menantang atau yang arus deras. Akuarium mending dijual aja buat melestarikan laut. Semoga terumbu karang kita masih terjaga sampai ke anak cucu!
10. Belajar tandem skydiving (atau nyoba doang sih sebenernya)
Meskipun namanya mirip sama yang di atas tapi sama sekali nggak ada hubungannya babar blas. Jadi saya sama sekali nggak punya pengalaman diving di udara. Oya, ini artinya kita dijatuhin dari pesawat setinggi 10,000 kaki, terjun bebas dengan kecepatan kira-kira 120 mph. Trus dari ketinggian 4000 meter (kayaknya kalo gak salah) parasut akan dikembangkan dan kita akan paragliding di udara. Kedengarannya keren dan asyik. Memang asyik tapi rada serem waktu lompatnya eh jatuhnya. Karena saya bener-bener cuman kaya batu, pasrah 'menjatuhkan diri' kaya kebo yang dicucuk idungnya. Saya sampe susah tidur semalam sebelumnya, trus pas mau lompat malah teriak-teriak bahkan sebelum jatuh dari pesawat! Hasil: setelah jatuh bebas dan melayang rasanya malah kaya terbang dan jadi ketagihan. Sayangnya buat bayar 1 kali lompat saya harus kerja 3 bulan. Jadi saya mungkin cuman akan ngelakuin sekali seumur hidup kecuali saya menang undian international lottery tahun ini. Kalo saking pengennya mungkin saya bisa liat videonya sambil jatuh-jatuhin diri dari tempat tidur...
11. Belajar main ski
Inilah pelajaran paling baru yang saya coba. Ternyata kaki saya kayak donal bebek alias nggak bisa lurus. Berdiri di atas es aja maunya melorot terus. Apalagi mau meluncur. Biarpun slopenya tingkat anak-anak tetep aja saya jatuh bangun kaya lagunya Meggy Z. Saya nggak bisa gerak ke arah yang saya mau, mau ke depan malah cuman mleset-mleset di tempat, mau ke atas malah meluncur ke bawah dan mau belok malah kaki nyilang-nyilang gak jelas. Temen saya yang bisa main roler blade dengan gampang bisa langsung lulus tingkat I. Hasil: kaki saya kayak keplintir selama seminggu, pegel kaya habis lari-lari dikejar anjing, paha rasanya cekot-cekot (bukan cuman kepala ya), kalo lari jadi aneh kayak habis sunat. Agak berlebihan, tapi kaki memang jadi pegel terutama lutut. Jadi kalo mau belajar ski latian skating atau roler blade dulu, jangan langsung di slope. Kita gak bakalan kenapa-kenapa sih (gak bakal patah tulang atau encokan, kecuali memang mengidap encok), tapi harga diri agak-agak hancur hehe...
"If I am not good at something, I may be good at something else. Even if I am not good at anything at all, at least I am good at laughing at myself. Life is too precious to be taken seriously"
Saturday, November 15, 2008
UU Pornografi
1. Kalo makan paha ayam, tutupi dengan tudung saji. Ini mengatasi hasrat kita melihat paha yang begitu mulus, hangat, berkilat, menggiurkan dan menggugah selera. Indomie juga harap mengganti bungkusnya jangan dengan gambar paha, melainkan kepala ayam atau diganti tulisan saja "ini ayam, bukan pornografi". Ini akan sangat membantu kita untuk kehilangan hawa napsu.
2. Jangan beli rok. Belilah sarung. Sekodi sekalian biar dapet diskon (atau minimal gratis 1). Lagian bisa dibagiin ke teman-teman. Adem, silir, praktis dan halalan tayiban.
3. Jangan pake kemben kalo wisudaan. Soalnya dada kita bakal menonjol. Lebih baik kita pakai daster ukuran XL yang tidak menonjolkan apa-apa, termasuk otak kita.
4. Jangan kencing sembarangan. Termasuk dibawah pohon asem atau pohon melinjo. Bukan sih, bukannya takut ditangkep hansip, cuman takut digigit semut.
5. Jangan pernah melirik orang yang berak di kali/got. Tutupi mata rapat-rapat (tapi harus apal jalan ya, nanti malah kecebur) dan hidung rapat-rapat (sangat disarankan).
6. Jangan pernah melihat manekin di toko pakaian yang lagi diganti bajunya. Haram!!!!
7. Jangan bikin pose ciuman saat menikah. Duduk aja sebelahan minimal jarak 1 meter dan muka ditutupi sapu tangan. Ini akan menjamin bahwa pengantin tidak mengumbar aksi di depan umum dan kalo makan ngelapnya juga gampang.
8. Dilarang melihat hewan kawin. Masukkan hewan yang kawin ke dalam kontainer tertutup dan kedap suara.
9. Jangan beli baju baru. Jahit satu baju dengan yang lain sehingga baju menjadi panjang, longgar dan lebar. Dengan demikian kita tidak akan kelihatan bentuk tubuhnya (alias tidak jelas manusia apa bukan).
10. Jangan nonton film James Bond terbaru. Kalo terlanjur beli tiket, nontonlah 5 menit waktu film mulai yaitu waktu mobilnya si James Bond kejar-kejaran sama musuh. Lalu tutupi mata dan telinga anda selama satu setengah jam ke depan. Buka mata dan telinga lagi waktu ada tulisan di layar "Harap jangan meninggalkan barang-barang anda. Terima kasih"
Thursday, November 13, 2008
Pamali
- Jika kita mengucapkan sesuatu yang buruk akan terjadi pada diri kita, kita harus mengetuk kayu tiga kali untuk menolak bala. Misalnya kita di jalan liat cowok jelek banget..botak, gendut, jerawatan, item dan berbulu..nggak manis lagi. Trus kita bilang ama temen kita "Ih cowok itu jelek banget ya..kalo suamiku besok kaya dia gimana ya?". Nah supaya kata2 itu tidak terjadi kita harus cari kayu untuk diketok tiga kali. Karena kalau tidak, bisa2 cowok itu jadi suami kita or cowok laen yang ciri2nya mirip dengan cowok itu. Analisis: ga ada hubungannya antara ketok kayu dengan ga mungkin punya suami kaya cowok jelek itu. Karena selain tangan kita sakit karena terlalu keras mengetok kayu, kita juga bisa salah ketok misalnya kalo yang kita ketok itu ternyata bukan kayu tapi ternyata ular kobra, itu bisa membuat kita terancam bahaya. Lebih logis kalo yang kita ketok adalah kepala cowok itu sehingga cowok itu marah pada kita dan ga mungkin kan menjadikan kita calon istri.
- Tidak boleh makan di depan pintu, nanti berat jodoh. Analisis: berat jodoh tidak ada hubungannya dengan makan di depan pintu kecuali waktu kita makan di depan pintu itu ada cowok idaman kita sedang lewat dan kita makan dengan rakusnya sehingga cowok itu ilfil sama kita. Or kita makan di depan pintu waktu ada teman ortu dengan anaknya yang ganteng datang bertamu, ga bagi2 lagi..itu akan menandakan kita cewek yang tidak tau sopan santun dan bukan calon menantu idaman.
- Memotong kuku ga boleh di malam hari nanti (aku lupa apa akibatnya). Analisis: memotong kuku di malam hari itu ga boleh karena lebih gelap apalagi kalo orang tersebut menderita rabun ayam jadi bisa2 malah memotong jari sendiri..bukan kukunya.
- Ini pamali dari mamiku: anak2 dilarang makan brutu (ujung pantat ayam yang lancip itu lho) karena nanti sering menyesali keputusan yang sudah dibuat. Jadi selama ini kalo mamiku masak ayam, dia yang makan brutunya biar anak2nya tidak ada yang mengalami penyesalan yang mendalam. Kenyataannya mamiku sering menyesali sesuatu tapi aku yakin itu bukan karena brutu ayam tapi karena dia kurang berpikir panjang dalam mengambil suatu keputusan. Analisis: makan brutu ayam tidak ada hubungannya dengan penyesalan namun terus terang aku ga suka brutu ayam. Dan menurutku brutu ayam itu tidak bagus buat kesehatan karena tidak ada gizinya...isinya cuma kulit dan lemak saja. Jadi kalo anda bukan penggemar berat brutu ayam lebih baek tidak mengkonsumsinya (warning)
- Kalo mendapat buket pengantin akan cepat menyusul. Ini aku tidak tau ya benar atau tidak. Tapi belum pernah terbukti kebenarannya karena banyak temanku yang belum pernah mendapat buket pengantin juga meritnya lebih cepat daripada aku padahal aku pernah dapat buket pengantin lho walaupun cuma mawar sebatang yang dilempar sama pengantennya. Analisis: buket pengantin jaman sekarang begitu diincar karena pasangan yang menikah pasti memberikan hadiah yang bisa berupa cincin, mobil, usb or bahkan rumah bagi orang yang mendapatkannya. Jadi bukan karena kepengen cepet2 merit tapi karena ingin hadiahnya doang.
- Pasangan yang pergi ke Candi Prambanan bersama-sama pasti akan putus. Analisis: aku sudah pernah pergi ke Candi Prambanan bersama pacarku tapi sampai sekarang kami masih baik2 saja. Ada juga sih yang pernah pergi ke Candi Prambanan bareng2 dan putus. Jadi bukan karena Candi Prambanannya tapi karena emang ga jodoh.
- Pasangan yang pernah berfoto memegang buket pengantin dan beli wedding ring jauh2 hari sebelum menikah biasanya putus. Analisis: ini hampir sama dengan nomor 6. Intinya kalo sampe pasangan putus itu bukan karena dia foto dengan buket pengantin or beli wedding ring jauh2 hari..tapi karena Tuhan memang tidak menghendaki mereka menikah. Lagian ada untungnya beli wedding ring jauh2 hari terutama kalo harga emas lagi turun. Hitung2 bisa untuk investasi dan bisa dijual lagi.
- Wanita hamil kalo ngidam apapun harus dituruti supaya anaknya ga suka ngiler. Analisis: tidak ada hubungannya antara ngidam dengan bayi ngiler. Karena semua bayi pasti ngiler sampai usia tertentu. Jadi walaupun ngidam diturutin tetap aja bayinya akan ngiler. Namun wanita hamil emang sebaiknya diturutin kalo ngidam karena berat tugasnya..harus membawa bayi selama 9 bulan. Itu tugas berat lho..coba cowok2 kuat ga perutnya disumpel ban karet selama 9 bulan ngikutin istrinya....
- Habis makan tidak boleh langsung mandi nanti perutnya buncit. Analisis: aku belum tau sih ini benar atau tidak karena selama ini perutku selalu buncit walaupun aku ga langsung mandi sehabis makan.
Masih banyak pamali yang belum aku sebutkan di sini tapi untuk saat ini yang paling aku ingat cuma 9 itu. Jadi kesimpulannya secara pribadi aku tidak percaya pada pamali namun diambil positifnya aja dan kalo bisa masuk di akal ya tidak ada salahnya dijalankan untuk kebaikan bersama.
Tuesday, November 11, 2008
English 101 (Edisi kedua)
1. Where about?
Kalo orang nanya where, saya mudeng kalo mereka nanyain tempat. Kalo orang bilang what about, saya mudeng mereka nanyain keadaan sesuatu. Where about? Saya bingung. "Where about in Indonesia?", tanya seseorang sama saya, waktu saya bilang saya dari Indonesia. "Pardon?" Orang tersebut mengulang persis seolah-olah saya penderita kurang pendengaran akut. Walk about adalah nama bar australia, saya pikir where about mungkin kroni-kroninya. Tapi ternyata, where about berarti dimananya. Jadi dia nanya di bagian mana dari Indonesia (kalo nggak salah, lebih baik pura-pura budeg daripada ketauan bego, ya kan?) dan waktu itu saya sudah terlanjur njawab tentang krisis sembako dan harga dolar yang melangit, karena saya pikir dia nanya keadaan Indonesia. Jadi biar kliatan sadar politik dan ekonomi, saya langsung hantam kromo bicara ngalor ngidul tentang kondisi negara, tapi ternyata dia cuma nanya dari mananya Indonesia. Ya anggap saja saya orang yang sangat butuh bersosialisasi.
2. Go off
"When fire alarm go off, follow the sign to leave the building" begitu tulisan petunjuk kebakaran di depan pintu. Setahu saya, kata "off" dari mesin fotokopi, senter sampe setrikaan artinya mati. On artinya idup. Lha kenapa kalo alarm bunyi malah dibilang go off??? Kenapa gak go on? Takut dibilang njiplak lagunya Celine Dion my heart will go on? (Jaka sembung). Makanan basi dibilang go off, kenapa kalo ternak mati nggak dibilang go off? My dog has gone off. Mungkin jadi mbingungi, apakah artinya anjing saya mati, basi atau bunyi (maksudnya menggonggong). Tidak pernah paham logika mereka.
3. Drop your attitude
Attitude artinya tingkah laku. Kenapa "menjatuhkan tingkah laku" bisa berarti sama dengan bertingkahlakulah yang layak? Maksud saya, kalaupun berarti ubah tingkah laku, pastinya kita bilang "drop your bad attitude", karena attitude bisa juga berarti positif. Misalnya dari kata "a lady with an attitude" (dodol tapi ngeyel)
4. Would/Do you mind?
Teman-teman pasti tahu apa artinya dan gimana jawabnya. Tapi dalam kehidupan nyata, do you mind adalah cara sopan untuk minta tolong dan kalo kita mau nolong (berespon positif), jawabnya negatif dan bukan positif. Trus, nggak bisa bilang yes, kemudian disambung dengan kalimat negatif. Nggak seperti bahasa perancis, dimana kita bisa bilang Non, j'adore la peinture. Di sini No harus diikuti dengan kalimat negatif (kata bu guru, saya yakin semua juga tahu tapi suer kalo kita ngomong maunya nggak ikut aturan sialan ini). Contoh: Would you mind writing a stupid article in your blog? Jawabnya bukan: Yes, I don't mind at all. Bukan juga Yes, I will write one. Bukan juga No, it's not stupid (because it is). Jadi harus dijawab No, I don't mind (meskipun pesannya positif, bukan negatif). Ini masuk akal, meskipun mbingungi.
5. Excuse me dan I beg your pardon
Ada berbagai situasi dimana kita memakai 2 ekspresi di atas. Tapi yang mau saya protes disini adalah penggunaan ekspresi tersebut untuk menyela. Kalau kita perlu menyela orang yang tidak sopan, orang bisa bilang maaf secara sarkastik dengan bilang excuse me atau I beg your pardon. Menurut saya ini tidak masuk akal. Kalau orang tidak sopan, saya nggak bakalan minta maaf. Gimana kalau orang itu malah njawab, "Don't worry, I excuse you" atau "You don't have to beg, I give you pardon for free"?
6. Rain check
Nggak tahu dari mana asalnya kok bisa-bisanya rain check berarti ketemuan lain kali. Waktu seseorang bilang "I'll take a rain check" saya bilang "I checked, it's not raining!" P.S. Ternyata asalnya dari tiket yang dipakai lain kali ketika ada pertujukan outdoor yang diganggu atau ditunda karena hujan. Kalo ada yang bilang take a rain check, artinya menolak ajakan secara halus dengan maksud untuk lain kali (ini menurut primbon mbah jangkung).
7. Jack in the box
Saya asli ndeso dan nggak tahu apa itu jack in the box (kotak yang kalo dibuka kluar bonekanya) apalagi mbedain ama mesin jackpot. Jadi waktu orang bilang jack in the box, saya tanya, "Who is Jack?"
8. Cook atau cooker?
Kalo painting yang buat namanya painter, writing yang buat namanya writer, kenapa cooking yang masak bukannya cooker? Waktu saya bilang "you are a good cooker," saya diketawain karena cooker itu artinya alat masak, kaya rice cooker. Pastinya nggak enak di denger kalo saya bilang "kamu ternyata wajan/panci yang baik," Ough!
9. Bananas
Iya, itu pisang. Tapi ternyata bisa juga artinya gila. Menurut saya lumayan penting untuk tahu apa aja sinonimnya kata gila. Pertama kita bisa pake sewaktu-waktu kita butuh ngatain orang. Kedua, kita bisa tahu bahwa orang lain ngatain kita dan nggak bilang terimakasih. Karena kalau orang bilang "Ria, you are a banana," saya pikir maksudnya saya manis, lembut, langsing dan bergizi, jadi saya bilang makasih. Jadi sebelum bilang makasih, coba cek apa saja sinonimnya gila: mad, insane, out of one's mind, deranged, demented, not in one' right mind, crazed, lunatic, unbalanced, unhinged, unstable, mad as a hatter, mad as a March hare, stark mad, mental, off one's head, off one's nut, nutty, nutty as a fruitcake, off one's rocker, round the bend, bats, batty, bonkers, cuckoo, loopy, loony, bananas, loco, dippy, screwy, with a screw loose, gaga, doolally, off the wall, out to lunch (kok bisa sih?), wacko, barmy, crackers, barking, one sandwich short of a picnic (ingat, ini bukan berarti ngajak piknik).
10. Holy grail
Pas lagi ngetren-ngetrennya Da Vinci Code, temen saya bilang, "Ria, could you please bring me the holy grail from the kitchen?"(sambil becanda). Waktu itu saya nggak ngerti apa itu holy grail, karena saya mbaca Da Vinci Code edisi bahasa Indonesia. Ternyata holy grail adalah cawan suci buat perjamuan malam terakhir. Jadi mangsudnya gelas anggur. Nah rasanya saya tahu bahwa artinya yang pasti bukan wajan, panci ato piring. Tapi saya malas bertanya dan lebih suka sesat di jalan, jadi saya mikir apa ya alat dapur yang saya nggak tahu bahasa Inggrisnya? Saya liat talenan. Saya nggak tahu bahasa Inggrisnya talenan. Jadi saya bawa talenan sebagai "holy grail". Untung saja Oom Da Vinci nggak nggambar talenan yang jadi rebutan ksatria Templar...
11. Fetch the dog
Pernah liat permainan lempar-lemparan sama anjing? Nah saya kira permainan itu namanya "fetch" (dasar dodol saya nggak tahu kalo fetch artinya pergi dan ambil sesuatu buat orang lain). Nah waktu si Molly lari-lari sambil nggigit ranting di mulutnya, saya bilang "May I fetch the dog?" dengan maksud hati mau main lempar-lemparan sama si Molly. Saya malah diketawain dan dibilangin: "Yes, I will throw the dog and you will run and get her for me,". Ternyata kata yang benar adalah "play fetch with the dog" soalnya kalo fetch the dog artinya saya ngambilin Molly yang dilempar-lempar. Kan kasian...
Jam
Sejujurnya, inilah Ria dan Kristina...
Ria dan Kristina (hualah, koyok undangan penganten. Amit2 deh. Lesbong juga pilih-pilih ah...)
About Us
- Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman
- pindah2..tergantung mood, Indonesia
- Sri Riyati Sugiarto (aka Ria) adalah cewek kelahiran limpung..(pinggiran kota Pekalongan)..habis sekolah di SMU St. Bernardus Pekalongan trus kuliah kedokteran di Undip Semarang..sementara Kristina Melani Budiman (aka Kristina) juga lahir di Pekalongan trus satu SMU ama Ria dan kuliah di Atma Jaya Jogjakarta. kami kenal di kelas 3 SMU tapi mo duduk bareng selalu ga bisa gara2 terlalu cerewet dan kalo duduk sebangku selalu bikin keributan karena hobinya menggosip jadi terpaksa sampai sekarang tidak pernah duduk bareng..untungnya kita ga satu kampus :p