Wednesday, October 3, 2012

Welcome Baby Deo


Sebelum saya lupa, mendingan saya tulis cerita ini supaya bertahun2 kemudian si Deo bisa membaca tulisan saya ini kalau hari kelahiran dia benar2 penuh dengan kejadian tak terlupakan buat saya. Semoga Deo jadi anak yang baik, takut akan Tuhan dan bisa dapat istri yang baik dan cocok dengan saya. Secara banyak menantu cewek yang tidak cocok dengan ibu mertuanya. Amin.

Hari Jumat tanggal 21 September 2012 jam 21.58 adalah hari kelahiran anak pertama saya yang diberi nama Deogratias Heaverath Tan. Deogratias artinya Syukur kepada Allah. Nama ini dipilih oleh calon bapak ibu babtis Deo yaitu Reza dan Meili. Heavearth itu gabungan dari heaven and earth (maksa ni karangan bapaknya). Tan itu marga papanya petter. Tadinya ga mau pake marga2 tapi kata mami saya mendingan pake biar masih ingat sama leluhur.

Saya dan petter sudah menikah dari tahun 2009 tapi karena kehidupan kami di jakarta pas pas an bahkan sering defisit, kami memutuskan untuk menunda punya anak sampai kehidupan kami lebih baik. Akhirnya November tahun 2011 aplikasi Permanent Resident Australia kami disetujui. Saat itu kami memutuskan ini waktunya untuk punya anak. Apalagi mami saya selalu tanya kapan punya anak...nanti saya keburu tua, dll.

Singkat cerita akhirnya Januari 2012 saya hamil dan hari perkiraaan lahirnya adalah 14 September 2012. Artikel ini tentang proses kelahiran anak pertama saya Deogratias Heavearth Tan (Deo) pada tanggal 21 September 2012. Petter sudah menulis juga tentang kelahiran deo di sini dan sini. Namun saya harus menulis dari sudut pandang saya. Ceritanya dimulai sekarang:

Jumat, 21 September 2012

02:00 
Saya mulai merasakan mulas2. Saya ga yakin itu kontraksi atau bukan jadi saya coba untuk tidur lagi tapi tiap 15-20 menit mulas itu datang. Akhirnya saya telpon Midwife (bidan)  hotline. Midwife hotline adalah no telpon yang bisa saya telpon kalau saya merasa waktu melahirkan sudah tiba. Bidan yang menerima telpon saya menjelaskan bahwa saya mungkin sudah mulai proses melahirkan tapi karena baru awal2, saya disuruh tetap di rumah. Untuk mengurangi rasa sakit, dia menyarankan untuk minum panadol dan mengkompres perut dengan heat pack (kompres panas) atau berendam di bath tub. Saya berusaha untuk tidur lagi tapi tidak bisa karena mulasnya terus datang.

09:00
Saya ada janji di RS karena saya sudah 7 hari telat dari hari perkiraan lahir. Karena saya merasa mulasnya masih panjang jaraknya (tiap 15 menit), saya bilang ke Petter kalau saya bisa ke rumah sakit sendiri dan dia mendingan tetap berangkat kerja. Saya pergi ke RS yang jaraknya sekitar 20 menit jalan kaki. Kenapa ga naik angkot or taksi? Karena di sekitar rumah saya tidak ada angkot apalagi bajaj, ojek dan sebagainya.Mau telpon taksi pun belum tentu langsung datang jadi saya putuskan mendingan jalan kaki saja toh saya masih kuat. Eh waktu saya baru aja jalan 5 menit dari rumah tiba2 mulai mulas2 lagi dan saya berhenti2 di pinggir jalan. Tiba2 di depan saya ada mobil berhenti dan om2 keluar dari mobil itu  bertanya apakah saya baik2 saja. Saya bilang saya mau pergi ke RS. Dia menawarkan tumpangan dan saya pun dengan penuh rasa syukur masuk ke mobil dia. Kalau ini terjadi di Jakarta, saya pasti bakalan bilang, "ga usah....saya bisa sendiri". 

Untung ada si om ini kalo nggak saya tidak yakin bisa sampai ke RS dalam waktu dekat. Sampai di RS, detak jantung bayi saya diperiksa apakah masih normal. Selain itu saya di USg (ultrasound) untuk mengecek apakah air ketuban saya masih banyak. Selama pemeriksaan saya merasakan mulas2nya tambah parah dan jaraknya udah sekitar 10-15 menit sekali. Rasa mulasnya mirip mulas diare. Saya bilang kalau saya merasa mulas2. Saya pikir sudah bukaan 2 dan seterusnya...Ternyata waktu dicek..jreng 12345x baru bukaan 1 dan dokter yang memeriksa saya bilang mungkin 2 hari lagi saya baru lahiran. Saya disuruh pulang dan bersantai di rumah, banyak jalan2 supaya proses bukaannya lebih cepat. 

12:00

Selesai pemeriksaan di RS sayapun jalan kaki pulang ke rumah sambil berharap ada yang memberi tumpangan lagi tapi sayangnya tidak ada. Sampai di rumah mulas2 saya tambah parah dan saya pun mengikuti saran bidan untuk berendam di bath tub.

15:00
Mulas2 saya tambah parah..kali ini rasanya kaya mulas diare dicampur sakit mens dan seperti ada tekanan di bagian bawah perut saya. Terus terang baru kali ini saya merasakan mulas yang lebih parah dari waktu saya sakit maag. Bahkan lebih sakit daripada menahan boker di jalan tol Jakarta waktu macet. Kontraksinya sudah sekitar 6-10 menit sekali. Sekali kontraksi sekitar 30-45 detik. Saya mencoba telpon Midwife lagi tapi dia bilang tadi siang jam 12 saya baru bukaan 1 jadi ga mungkin saya sudah maju banyak. Kalaupun saya ke rumah sakit sekarang dan dicek ternyata bukaan saya baru bukaan awal2, saya juga akan disuruh pulang. Di sini kalau bukaan masih awal2 disuruh menunggu di rumah supaya lebih relax daripada menunggu di RS. Bidan menyuruh saya untuk menahan sakit selama mungkin...kalau sudah tidak tahan baru telpon lagi.

Sekitar sejam kemudian saya telpon bidan lagi karena sakitnya tambah parah. Sialnya si bidan tidak percaya kalau kontraksi saya sudah sakit banget karena suara saya masih terkendali. Dan dia menyuruh saya untuk tetap di rumah dulu selama mungkin. Harusnya lain kali saya pura2 teriak2 aja ya biar dia langsung heboh menyuruh saya datang ke RS.

16:30
Waktu Petter pulang ke rumah, dia heran menemukan saya di bath tub sambil mengaduh2. Saya menyuruh Petter untuk menelpon bidan lagi. Kali ini kontraksinya sudah 5 menit sekali. Bidan pun bilang ayo ke RS sekarang (dari tadi kek). Petter pun menelpon taksi yang tidak kunjung datang sampai pukul 17:30. Padahal dia bilang mo datang dalam 15 menit. Saya sudah marah2 dan teriak2 karena sakitnya tambah parah. Bahkan berendam di bath tub pun sudah tidak mempan. Sudah mau mati deh rasanya. 

17:30
Saya menyuruh Petter keluar rumah untuk menunggu taksinya siapa tahu taksinya nyasar. Waktu Petter lagi celingukan cari taksinya, tiba2 ada mobil berhenti di depan rumah. Kakek2 umur 60 an keluar dr mobil mau tanya alamat. Saya langsung keluar dr rumah mau nyuruh Petter minta tolong si kakek antar ke RS. Namun melihat saya kesakitan, si kakek langsung buka bagasi dan nyuruh kami masuk ke mobilnya. Benar2 Puji Tuhan, dalam sehari saya bisa dapat tebengan dua kali. Saya sampai tak habis pikir di negeri antah berantah yang katanya orangnya cuek2 ini, kami bisa mendapatkan pertolongan di saat yang tepat.

18:00

Kakek menurunkan kami di depan emergency RS. Saya sempat membuat kehebohan di ruang tunggu emergency karena mulas2 saya benar2 sudah parah deh. Rasanya saya sudah mo mati. Petter saya cubit2 dan saya marahin sambil menunggu bagian administrasi memanggil orang dari Maternity Ward (bangsal kelahiran). 5 menit kemudian datang seorang perawat dengan kursi roda untuk membawa saya ke Birthing Suite.

Sampai di birthing suite, seorang bidan sudah menunggu saya. Saya bilang sakitnya sudah tidak tertahankan dan saya minta obat penahan sakit segera!!!! Eh rupanya si bidan sudah biasa mendengar rengekan ibu2 hamil jd dia tenang2 aja padahal saya sudah sekarat. Dia bilang harus mengecek detak jantung bayi dan bukaan saya sudah sejauh mana. Ternyata saya sudah bukaan 5!!! Pantesan rasa sakitnya merajalela. Pinggang saya sudah mau patah dan kaya ad batu di dalam pantat saya. Pengen saya maki2 dokter yang siang tadi bilang saya lahiran baru dua hari lagi. Karena sudah bukaan 5, saya dipindahkan ke delivery room..kamar buat lahiran ditemani seorang bidan bernaman Ashlee.

Di sana saya minta obat penahan sakit dan saya diberi masker gas yang efeknya bisa bikin "melayang". Tetap saja saya merasa tidak ada efeknya. Kemudian saya diberi obat penahan sakit yang bentuknya suntikan di paha. Namun memang melahirkan sakit itu sudah kodrat wanita, keduanya tidak banyak membantu. Pilihan terakhir adalah epidural tapi saya berusaha menghindarinya. Menurut pengalaman teman saya yang pakai epidural, tulang belakangnya jadi sering nyeri karena epidural disuntikkan di tulang belakang. Selain itu epidural bikin pinggang ke bawah mati rasa jadi saya nanti kesulitan mengira2 waktu saatnya mengejan.

Tadinya saya ada rencana untuk water birth tapi tidak bisa karena saya disuntik obat penahan sakit yang efeknya bikin melayang itu, saya tidak memungkinkan untuk melahirkan di air.Tidak jadi pengalaman baru deh padahal kata Ria kalau saya lahiran di air pasti bayinya langsung bisa berenang.

20:00
Setelah 2 jam rasanya mau mati, Ashlee bilang sudah waktunya bayinya akan lahir. Dia sudah bersiap2 pakai celemek plastik dan sarung tangan dan menyiapkan tempat tidur bayi segala. Ashlee menyuruh saya mengejan setiap kali kontraksi datang. Saya sudah berusaha mengejan sekuat tenaga namun kepala bayinya tidak keluar2. Untungnya Ashlee dan Petter berusaha menyemangati saya.

Selama 2 jam saya kembali menderita karena mengejan tak henti2 dan bayinya tak juga keluar. Saya bilang sudah tidak sanggup lagi. Saya sudah mau menyerah untuk cesar aja or bayinya divakum. Padahal sebelumnya saya sudah bersikeras tidak mau divakum karena beberapa orang bilang dan ada yang pengalaman pribadi juga kalau divakum nanti bayinya jadi kurang pintar (alias telmi).

Ashlee benar2 bidan teladan. Dia sangat sabar dan dia berusaha mencari segala macam posisi yang bisa membantu mengejan. Walaupun sampai hampir jam 10 malam juga belum berhasil. O iya...seharusnya jam 9 malam shift Ashlee sudah berakhir karena sudah datang bidan pengganti namanya Jean, cowok dari Filipina. Jangan tanya kenapa saya tidak malu buka2an di depan bidan cowok karena boro2 mo ingat rasa malu...yang diingat supaya penderitaan ini cepat berakhir.

21:58
Setelah mencoba berbagai cara dan bayinya masih tidak keluar juga, Jean mengambil keputusan untuk menggunting "miss x" saya. Kenapa ga dari tadi aja ya..sama2 akhirnya digunting juga. Dan pada pukul 21:58 tibalah saat yang ditunggu2....lahirlah Deo dengan selamat walaupun hidungnya pesek dan kepalanya panjang kaya alien. Menurut mami saya kepala Deo masih lumayan daripada sepupu saya ada yang lahirnya divakum sampai kepalanya panjang seperti pepaya.

Welcome aboard baby Deo..semoga jadi anak yang berbakti ya karena maminya penuh perjuangan 20 jam melahirkan dia.


Jam

Sejujurnya, inilah Ria dan Kristina...

Ria dan Kristina, sama-sama punya ide-ide yang nggak masuk akal saking nggak bangetnya pikiran kami berdua. Obrolan kami ini, berkat kemajuan jaman dan menjamurnya aplikasi internet (hiduplah Indonesia Raya!), kami sekarang bisa tuangkan di blog. Dulu kami suka ngetik-ngetik pake mesin ketik manual di belakang kertas HVS A4 bekas fotokopian. Tapi tetep aja kami tidak berhenti menulis. Kata pepatah: setipis-tipisnya tinta masih lebih tajam dari ingatan manusia. Kata Pramoedya: menulis berarti memetakan sejarah. Halah, kalo tulisan kita mah sebenernya gak ada hubungannya ama sejarah. Cuma mengukirkan betapa masa muda kami ini sangat indah. Dan jelas nggak mutu isinya. Jadi, mending kalo sisa-sisa waktu dan pengen baca yang tidak terlalu berguna sajalah baru buka blog kami... Tapi apapun komentar, masukan dan pendapat teman-teman, semuanya adalah cendera mata yang indah buat kami...

Ria dan Kristina (hualah, koyok undangan penganten. Amit2 deh. Lesbong juga pilih-pilih ah...)

About Us

My photo
pindah2..tergantung mood, Indonesia
Sri Riyati Sugiarto (aka Ria) adalah cewek kelahiran limpung..(pinggiran kota Pekalongan)..habis sekolah di SMU St. Bernardus Pekalongan trus kuliah kedokteran di Undip Semarang..sementara Kristina Melani Budiman (aka Kristina) juga lahir di Pekalongan trus satu SMU ama Ria dan kuliah di Atma Jaya Jogjakarta. kami kenal di kelas 3 SMU tapi mo duduk bareng selalu ga bisa gara2 terlalu cerewet dan kalo duduk sebangku selalu bikin keributan karena hobinya menggosip jadi terpaksa sampai sekarang tidak pernah duduk bareng..untungnya kita ga satu kampus :p