Monday, December 26, 2011

Natal Pertama di Sini

Hiasan Natal di altar gereja Holy Eucharist, St. Albans
Lama banget ya blog ini ditinggal pemiliknya yang lagi sibuk dengan urusan masing2. Salah satunya sedang sibuk dengan ujian sementara saya sendiri sibuk kejar setoran. Saya menulis ini spesial ga pake telor buat Ria untuk berbagi cerita indah dan romantis saya bersama Gilbert di hari Natal pertama di antah berantah. Saya tidak ingat apa yang terjadi di hari Natal tahun lalu. Tapi saya menulis Natal tahun ini supaya saya bisa ingat2 lagi di masa depan karena Natal ini adalah awal kehidupan yang baru.

Salah satu impian saya sejak kecil adalah saya ingin tinggal di luar negeri. Saya waktu itu belum tahu bagaimana caranya supaya bisa tinggal di luar negeri. Sampai akhirnya lulus kuliah dan bekerja belum juga nampak tanda2 impian saya bisa terkabul. Untungnya suami saya sendiri tidak menghalangi impian saya itu. Banyak rencana yang tidak tidak terwujud yaitu rencana kami untuk menetap di Singapura karena universitas tempat saya menuntut ilmu tidak termasuk dalam list universitas yang bisa untuk apply Permanent Resident (PR) Singapura. Akhirnya saya mendapat info untuk migrasi ke negeri Kanguru dari seorang kakak angkatan waktu kuliah. Ada maksudnya juga ya kenapa saya dulu berjodoh dengan universitas Atma Jaya.

Singkat cerita saya dan suami bisa sampai ke OZ (Australia) tanggal 10 Maret 2011. Kami memakai work and holiday visa, kami bisa kerja dan berlibur selama setahun di oz. Sebelum itu di bulan Oktober 2010 kami apply PR Australia memakai background dan pengalaman kerja saya di bidang Akuntansi. Kami juga tidak berharap banyak PR kami disetujui karena banyak sekali yang bilang kalau sekarang susah untuk mendapatkan PR.

Namun....bulan Oktober kemarin kami mendapatkan kabar dari agen migrasi saya bahwa PR kami dalam proses disetujui. Kami disuruh tes kesehatan dan kalau sehat2 saja, PR kami akan disetujui. Benar2 seperti mendapatkan durian runtuh (ga pakai kulitnya). Akhirnya tanggal 4 Desember 2011 kami resmi datang ke Australia sebagai Permanent Resident dan bisa menetap di sini.

Kembali ke acara Natal kemarin, malam Natal kami pergi ke gereja dekat rumah yaitu Holy Eucharist. Gerejanya kecil kalau dibanding gereja2 di Indonesia pada umumnya. Umatnya juga tidak terlalu banyak. Ada beberapa perbedaan gereja di sini dan di Indo:

  1. Umatnya tidak sebanyak di Indo, malah pada umumnya yang ke gereja adalah para manula.
  2. Pastor benar2 melayani umat. Pernah waktu selesai misa, pastornya yang membereskan kursi plastik tempat umat duduk di luar gereja. Lalu waktu Petter ke gereja di hari biasa untuk main basket, dia melihat pastor sedang membersihkan sampah di halaman gereja. 
  3. Yang membagikan komuni bukan pro diakon berseragam tapi umat biasa. Mungkin hanya sedikit yang mau melayani, jadi tidak perlu ribet2 kursus untuk jadi pro diakon.
  4. Di samping pembagi komuni ada orang yang memegang piala berisi anggur dan umat bisa minum bersama2 dari piala itu. Saya sih cuma mencoba sekali minum anggurnya karena rada gimana gitu minum dari gelas yang sama dengan banyak orang.
  5. Petugas koor nya itu2 aja..kembali lagi mungkin cuma sedikit orang yang mau melayani.
Membahas misa malam Natal kemarin, ternyata lumayan banyak orang yang datang ke gereja sampai berdiri di luar gereja. Pastor yang sangat pengertian ini pun hanya memberikan kotbah yang super singkat karena dia bilang dia takut orang2 yang berdiri itu pingsan kalau berdiri terlalu lama. Kotbah pastornya adalah, "Selamat Natal dan Tahun Baru...sampai ketemu di misa Tahun Baru yaa." Saya cuma bisa melongo..ya ampun....kok kotbahnya singkat banget walaupun dalam hati senang karena pastor pengertian. Saya juga biasanya ngantuk kalau mendengarkan kotbah terlalu lama.

Hari Natal...saya habiskan dengan jalan2 ke pantai St. Kilda bersama Petter dan Dewi (teman kuliah yang baru datang dari Indo). Di sini Natal pas musim panas, kebalikan dari Eropa yang bersalju, dingin dan bener2 white Christmas. Di sini Hot Christmas. Sayangnya cuaca buruk, di ramalan cuaca disebutkan akan hujan badai. Waktu kami sampai ke pantai baru sebentar langsung hujan deras. Akhirnya kami pulang ke rumah. Acara Natal yang tidak begitu romantis..tapi yang penting saya bahagia karena ini Natal pertama di sini dan masa depan yang lebih cerah sudah menunggu.
Merry Christmas...!!!!

Wednesday, October 12, 2011

Kenapa Orang Bunuh Diri?

There is nothing more tragic than someone committing a suicide. You need a lot of courage to do something like that, and I think with that courage, instead, you can overcome your sadness and trouble- Min Hyo Rin



Kamis minggu lalu saya diterima kerja di Aktrapid, sebuah nursing agency yang menyediakan jasa perawat maupun carer bagi rumah sakit dan nursing home yang membutuhkan tenaga bantuan. Sistem kerjanya adalah kalau ada permintaan tenaga kerja dari rumah sakit atau nursing home, Aktrapid akan menelepon perawat atau carer yang sudah masuk di list. Saya bisa update online di web Aktrapid hari apa saja saya bisa kerja. Lama kerjanya tergantung kebutuhan. Biasanya sih kalau shift AM (pagi) dari jam 7 sampai 3 sore. 


Saya baru dua kali mendapat kesempatan kerja di dua rumah sakit yang berbeda, namun pekerjaannya sama yaitu menemani pasien yang berusaha bunuh diri dan tertolong. Pihak rumah sakit tidak punya tenaga perawat yang bisa stand by mengawasi pasien sehingga mereka memanggil tenaga bantuan dari Aktrapid. Pekerjaannya relatif mudah, yaitu cuma duduk di kamar pasien tersebut dan harus mengikuti kemana pasien itu pergi dari merokok sampai ke toilet. 


Pasien pertama yang saya jaga hari Senin kemarin seorang wanita berusia 55 tahun sebut saja namanya V. V berhasil diselamatkan setelah minum 10 pil tidur plus setengah botol sampanye. Dia sempat mati suri sampai harus diberi CPR (Cardiopulmonary resuscitation) alias napas buatan. 8 jam saya menemani dia dan mendengarkan cerita dia. Kenapa dia sampai berani untuk mengambil jalan pintas? V bercerai setelah menikah selama 30 tahun karena suaminya tipe orang yang sangat plegmatis dan tidak ada inisiatif. V menjadi tulang punggung keluarga mulai dari bekerja mencari nafkah sampai mengurus anak2nya. Setelah bercerai, V bertemu dengan seorang pria sebut saja S. Mereka pacaran selama 7 tahun. Di awal2 hubungan mereka, V sangat bahagia. Namun belakangan baru ketahuan kalau S itu kecanduan judi bahkan sampai bikin bisnis V bangkrut dan rumah pun disita bank. Sejak 5 bulan yang lalu, V putus dari S, tidak punya kerjaan, tidak punya uang, rumah pun menyewa dan dia cedera tulang belakang yang bikin dia ga bisa kerja lagi. Akhirnya dia sampai pada satu titik dia sudah menyerah dan mengambil keputusan untuk bunuh diri.


Pasien kedua adalah remaja cowok umur 20 tahun sebut saja K. Pertama saya melihat dia, saya tidak menyangka kalau dia ingin bunuh diri. K lumayan ganteng, badan juga atletis, diajak ngomong juga seperti orang normal. Saya tanya kenapa dia sampai ada pikiran untuk bunuh diri. K bercerita kalau sudah setahun dia diusir dari rumah karena dia merokok marijuana di dalam rumah. Selama setahun itu dia ditanggung pemerintah, diberi uang saku dan dia bisa menyewa rumah pemerintah dengan harga murah. Saya berpikir, kenapa dia ga mau cari kerja demi kehidupan yang lebih baik. Di sini banyak agen2 tenaga kerja yang bisa membantu dia mendapatkan pekerjaan. Paling tidak dia pasti bisa mendapatkan pekerjaan casual misalnya jadi waiter di restoran, kerja di minimarket macam 7 Eleven, dll. K bilang dia merasa sendirian, tidak ada teman, tidak ada kerjaan, tidak ada uang dan tidak ada gairah hidup.


Bedanya K dan V adalah, masalah V disebabkan oleh orang lain sementara K yang membuat hidupnya jadi berantakan. K sendiri bilang kalau masa2 dia merasa bahagia adalah waktu dia tinggal di rumah orang tua, tapi kenapa dia melakukan perbuatan yang membuat dia diusir dari rumah? Dia sendiri yang memilih untuk mengasiani diri sendiri dan putus asa.


Setelah bertemu dengan dua orang itu, saya jadi merasa dikuatkan. Setiap orang pasti punya masalah, tergantung bagaimana kita menghadapinya. Yang paling penting, pasrah dan berserah diri pada Tuhan. 



1 Corinthians 10:13


13 No temptation[a] has overtaken you except what is common to mankind. And God is faithful; he will not let you be tempted[b] beyond what you can bear. But when you are tempted,[c] he will also provide a way out so that you can endure it.


Wednesday, September 28, 2011

Akhir Cerita Kejadian Aneh

Di bulan Mei yang lalu saya menulis cerita tentang kejadian aneh, yang intinya adalah cerita pertemuan saya dengan Suman di stasiun kereta karena saya ketiduran di kereta dalam perjalanan berangkat kerja sampai keretanya balik lagi ke kota. Suman lah yang memperkenalkan saya kepada pekerjaan di Aged Care (panti jompo gampangnya). Berkat informasi dari Suman, saya bisa kursus untuk bekerja di Aged Care. Namun setelah saya lulus dan mendapatkan Certificate III in Aged Care di bulan Juli, pekerjaan tidak kunjung saya dapatkan.

Saya sudah menghubungi banyak nursing agency dan mereka bilang kalau saya harus punya pengalaman minimal 3 bulan dulu sebelum mereka bisa merekomendasikan saya. Masalahnya, bagaimana saya bisa dapat pengalaman kalau tidak ada satupun yang mau memperkerjakan saya. Sementara itu surat lamaran yang saya kirim ke banyak panti jompo juga tidak membuahkan hasil karena selain pengalaman, mereka juga lebih mengutamakan orang yang punya SIM dan mobil sendiri.

Sekitar 3 minggu yang lalu Petter dapat info dari teman kerjanya di restoran Italia kalau ada lowongan di panti jompo yang lumayan dekat rumah. Jadi saya coba kirim lamaran via email. Ga berharap banyak sih. Tapi tiba2 dua minggu lalu ada panggilan untuk interview hari Jumat. Hari Jumat saya kerja di restoran dari jam 9 pagi sampai 9 malam. Saya minta ijin ke bos untuk tidak masuk kerja, berarti kehilangan penghasilan deh $ 120 demi datang interview.

Jumat pagi saya jalan ke panti jompo untuk interview. Lumayan jauh juga sekitar 30 menit jalan kaki karena ga ada bis yang lewat situ. Bisa buat menguruskan badan juga sekalian. Sampai di panti jompo, saya disuruh menunggu 15 menit karena managernya sedang meeting. Eh tiba2 aja managernya keluar dan bilang maaf interviewnya batal. Dia seharian sibuk karena ada orang dari Departemen Kesehatan sedang meninjau untuk akreditasi or apaan gitu. Saya kecewa banget, sudah mengorbankan ga masuk kerja eh interview juga batal. Suami dan teman saya sih menghibur mungkin Tuhan ada rencana lain.

Hari Senin saya ditelpon lagi untuk interview di panti jompo hari Selasa. Kali ini sambil jalan ke sana, saya iseng2 menghapalkan 4 standar untuk akreditasi panti jompo. Ada 4 items dan 44 sub items. Saya juga heran kenapa tiba2 saya niat banget menghapalkan. Waktu kursus sih guru saya sudah bilang kalau 4 standar itu biasanya ditanyakan waktu interview.

Interviewnya mula2 saya merasa kurang sukses karena saya belum ada pengalaman sebelumnya. Saya bisa melihat dari tampang si interviewer yang tidak terkesan sama saya. Sampai pada pertanyaan tentang 4 standar itu. Saya berhubung baru saja menghapalkan jadi masih ingat deh. Akhirnya si interviewer keliatan lumayan terkesan, dia bilang biasanya orang2 ga tau standar itu.

Akhirnya singkat cerita hari Kamis saya ditelpon bahwa saya diterima..hore....Berarti memang benar Tuhan punya rencana lain waktu membatalkan interview saya yang hari Jumat itu. Seandainya saya jadi interview hari Jumat dan tidak bisa menjawab 4 standar itu...saya pasti tidak diterima. Kejadian aneh diakhiri dengan kejadian aneh juga. Apakah ini kebetulan?

Cerita Ultah yang sudah Kedaluarsa

Ini blog mungkin sudah kedaluarsa karena tidak pernah diupdate. Ibarat halaman rumah yang tidak pernah disiangi rumputnya, roti yang kelupaan dimakan padahal sudah jamuran dan nasi yang sudah menjadi bubur. Daripada bengong mendingan saya cerita tentang ultah saya yang ke-30 kemarin karena si pemberi hadiah protes kenapa cerita ultah saya yang berkesan itu tidak juga ditulis di blog biar tidak lupa sampai kakek nenek. Ultah saya di bulan Juli yang lalu termasuk yang paling berkesan dibanding ultah2 saya sebelumnya karena ini pertama kalinya ultah dirayakan di luar negeri.

Hari itu karena saya dan Petter sama2 kerja, ultah saya dirayakan di rumah saja. Tidak ada romantic dinner di restoran yang ada stalaktitnya yang selalu ramai orang antri (mupeng.com). Namun yang bikin berkesan adalah Petter yang biasanya tidak pernah masak dan tidak bisa masak dan tidak mau belajar memasak tiba2 bilang kalau dia ada kado buat saya yaitu masakan dia sendiri.

Petter pulang kerja sudah siap2 belanja di Laguna (supermarket Indo) dekat tempat dia kerja. Petter belanja mie atom bulan, telor, kecap, dll. Ceritanya kalau orang korea ultah harus makan sup rumput laut, kami sebagai orang keturunan Cina biasanya harus makan mie yang artinya supaya panjang umur dan yang lebih pas buat saya adalah supaya ususnya panjang alias sabar.

Setelah bersusah payah sekitar 1 jam dengan segambreng peralatan masak, jadilah si mie goreng yang walaupun keasinan tapi tetap bikin saya terharu karena mengandung cinta (hoek).
semua bumbu dikeluarin



Pesta yang seadanya ini pun dimeriahkan teman serumah (Will) bersama adiknya (Sweet). Happy birthday to me.....



Saturday, August 13, 2011

Misi yang tercapai



Salah satu cita2 saya sejak kecil adalah melihat salju secara langsung, bukan cuma di tv apalagi di kartu natal. Makanya waktu pertama kali join couchsurfing tahun 2010, misi saya adalah ingin melihat salju sebelum ultah saya ke-30. Misi tersebut akhirnya tercapai kemarin walaupun terlambat sebulan dari target. Tapi terlambat lebih baik daripada tidak sama sekali bukan?


Saya sangat nervous dengan rencana pergi ke Mount Buller untuk melihat salju pertama kalinya. Sampai2 saya kepikiran hal2 yang tidak2. Namun thanks God semua hal yang tidak2 itu tidak terjadi dan perjalanan saya ke Mt Buller berjalan dengan lancar sampai saya terharu karena misi saya tercapai.


Saya pergi ke Mt Buller pakai tour Extragreen karena setelah saya browsing di internet itulah yang paling murah. 66 dolar per orang sudah termasuk bis berangkat pulang, tiket masuk, tiket naik kursi gantung dan dapat voucher diskon buat makan di restoran2 tertentu. Waktu saya baca di internet, tour guidenya akan berbicara dalam bahasa Mandarin. Saya sampai kawatir karena saya tidak bisa bahasa mandarin. Jangan2 saya mau tanya dimana toilet pun harus pakai bahasa mandarin. Ternyata tour guidenya bisa bahasa Inggris ..untunglah.


Waktu beli tiket, saya disarankan untuk menyewa baju tahan air dan walking boots. Untung dulu pernah ngobrol dengan teman yang sudah pernah ke sana, kalau tidak berencana main ski tidak perlu sewa baju tahan air. Ga worth it dan mahal, mendingan sewa sepatu saja cuma $15. Kalau mau bawa baju ganti siapa tau celana dan bajunya basah buat yang suka tidur2an di salju.


Akhirnya hari yang dinanti pun tiba, malamnya Petter sudah memastikan ke petugas stasiun apakah kereta pertama jam 5.05 pagi beroperasi. Takutnya keretanya telat or bahkan dibatalkan, padahal kami harus kumpul di tempat tour jam 5.45. Kalau telat ditinggal dan uang tidak kembali. Itu yang paling bikin cemas. Pagi2 kami sudah jalan ke stasiun dan beruntung banget kereta tepat waktu.


Sampai di tempat tour ternyata ada 5 bis yang berangkat dan banyak juga turis2 India, bule dan Vietnam. Sopir busnya bilang kami tidak boleh makan makanan yang berbau tajam misalnya pete, terasi, apalagi tahu gejrot yang bisa bikin bis bau dan orang2 bisa muntah termasuk dia. Eh..di jalan ada juga yang makan roti isi daging yang banyak bawangnya. Sopirnya sampai bete. Tak lama kemudian ada yang muntah, ternyata orang yang muntah adalah orang yang tadi makan roti isi daging dan bawang itu. O iya....bagi yang butuh kantong muntah bisa minta ke tour guidenya..kantong muntah anti bau dan anti bocor..tidak seperti kantong kresek yang biasa saya pakai.


Sebelum ke Mt Buller yang memakan waktu sekitar 3 jam perjalanan, kami berhenti dulu di tempat menyewa perlengkapan. Di sana bisa sewa peralatan ski, baju, sepatu, dll termasuk bisa beli souvenir. Tadinya saya mau beli kartu ucapan bergambar Mt Buller buat dikirim ke Ria tapi tidak jadi karena mahal. Sori Riaa..ntar aku cari kartu ucapan di kantor pos aja.




Setelah berdebar2 menunggu akhirnya sampailah kami ke Mt. Buller. Kami harus naik free shuttle bus dari tempat parkir ke village dimana banyak restoran, tempat main ski dan sightseeing. Perjalanan yang mengharukan pun dimulai. Ternyata...salju itu bentuknya seperti bunga es di freezer......dan jalan2 di Mt Buller rasanya seperti jalan2 di kulkas yang besar banget yang bisa buat masukin gajah di cerita humor. 


Bagaimana memasukkan gajah ke dalam kulkas yang sebelumnya ada tikusnya? Caranya: Buka pintu, keluarin tikusnya..masukkan gajahnya dan tutup pintu.
Ayakan apa yang paling besar? Ayakan yang bisa buat ngayak gajah yang di dalam kulkas.
Orang apa yang paling kuat? Orang yang bisa megang ayakan gajah itu..
Hahaha,..super garing ya...




boneka salju buatan sendiri
Di perjalanan pulang, tour guide memutar film UP tentang seorang kakek yang berusaha mewujudkan impian istrinya yang sudah meninggal.




Benar2 Customer Service Teladan...

Customer service yang baik seharusnya memberikan solusi yang tidak merugikan konsumen. Namun ada perbedaan mencolok yang saya alami di sana dan di sini. Di sana saya dan suami membeli laptop merek XX di toko YY yang sedang ada promo cuci gudang. Kami membeli laptop dua hari sebelum berangkat ke sini karena sebelumnya kami pikir mau beli laptop di sini saja tetapi setelah diskusi dengan teman saya, dia bilang di sini lebih mahal jadi kami beli di sana aja deh. Waktu kami beli, kami diberi tahu kalau ada garansi toko seminggu. Laptop diinstal oleh karyawan toko namun malam harinya waktu kami pakai ada masalah. Windowsnya eror jadi keesokan harinya kami pergi lagi ke toko untuk minta pertanggungjawaban karena itu masih garansi toko. Namun tanggapan dari toko tidak menyenangkan, bahkan kesannya seperti mau lari dari tanggung jawab yang intinya tidak mau mengganti laptop kami dengan yang baru setelah tidak berhasil membereskan masalah dengan Windowsnya. Petter tetap bersikeras minta ganti karena besoknya kami sudah harus terbang ke sini. Adu argumen itu memakan waktu berjam2 dari jam 7 malam sampai toko tutup jam 11 malam. Akhirnya toko itu mau mengganti laptopnya dengan yang baru, tapi Petter harus membuang waktu berjam2 padahal kami harus berangkat besoknya naik pesawat jam 7 pagi.

Beda banget dengan customer service di sini. Sudah empat kali saya mengajukan komplain ke customer service tiket kereta api dan nomor pra bayar saya di sini, masing2 dua kali.

  1. Saya beli tiket kereta api yang bisa diisi saldo sewaktu2 butuh. Jadi setiap kali saya naik kereta api,saldo di tiket saya itu dikurangi sejumlah tarifnya. Namun suatu hari ada salah potong saldo saya. Seharusnya tarif keretanya cuma 5 dolar, tapi saya dipotong 7 dolar. Saya komplain lewat email ke customer service mereka. Dalam waktu kurang dari 1 minggu customer servicenya menelepon untuk konfirmasi tentang masalah itu dan kelebihan potong dikembalikan ke kartu saya.
  2. Petter membeli pulsa telepon yang paket bisa telpon gratis dan sms gratis. Suatu hari Petter iseng2 ngecek berapa sisa pulsanya dan ternyata pulsanya berkurang banyak padahal dia cuma telpon ke saya yang seharusnya gratis. Petter pun mengajukan komplain via telpon ke customer service nomor prabayar tersebut. Ternyata oh ternyata, ada beberapa daerah yang tidak tercover jaringan nomor prabayar itu dan biasanya tanda di hp nya muncul tulisan "roaming" terutama kalau di luar kota. Kalau muncul tulisan "roaming", telpon tidak gratis lagi. Petter bilang dia baru tahu soal ini. Yang bikin kaget adalah customer servicenya bilang karena Petter tidak tahu jadi pulsanya dikembalikan sebesar yang dia pakai buat telpon di zona roaming. Whattt????  
  3. Baru kemarin2 tiket kereta saya salah potong lagi. Saya  sekarang pakai tiket bulanan yang per hari nya kemana saja cuma 5.76 dolar lebih murah dari tiket harian  yang 11 dolar. Waktu itu tiket bulanan saya expired dan waktu saya mau beli, mesinnya eror. Jadi saya pakai tiket harian. Sorenya saya beli tiket bulanan tapi setelah saya cek kenapa tiket bulanan saya mulai berlaku hari itu padahal saya sudah beli tiket harian. Saya bayar dobel dong, tiket harian dan tiket bulanan. Saya komplain lewat email lagi dan dalam waktu 3 hari saldo saya sudah dikembalikan sebesar 11 dolar yang salah potong itu.
  4. Kali ini nomor hp saya yang ada masalah. Pulsa saya berlaku sampai tanggal 9 Agustus kemarin dan masih ada saldo 100 dolar. Saya sudah beli voucher tanggal 9 Agustus tapi saya pikir mendingan saya isi tanggal 10 Agustus saja biar masa berlakunya mulai dari tanggal 10. Eh waktu saya isi..kok saldo saya yang 100 dolar hilang, pulsa saya cuma bertambah sebesar nilai vouchernya. Saya kirim email ke nomor prabayar saya menanyakan kemana pulsa 100 dolar saya. Keesokan harinya ada telpon ke hp saya ternyata dari customer service nomor prabayar saya. Dia bilang kalau saya isi tanggal 10, pulsa saya sebelumnya hangus. Seharusnya saya isi tanggal 9. Saya bilang kalau saya tidak tahu. Customer servicenya bilang kalau dia tidak bisa mengembalikan yang 100 dolar, tapi sebagai "goodwill" dia kembalikan separonya yaitu 50 dolar. Lumayan daripada lumanyun.
Seandainya di sana customer service bisa benar2 memikirkan konsumennya seperti di sini ya. Btw anyway busway...saya lagi kesulitan karena kartu kredit bank ABC saya expired dan kartu baru saya sudah dikirim ke rumah tapi saya harus menelpon Halo ABC untuk mengaktifkan kartunya. Saya sudah email ke customer servicenya memberitahu kalau saya sedang di sini sampai tahun depan, bagaimana saya bisa menelepon. Saya email menggunakan email saya yang sudah teregistrasi di KlikABC jadi seharusnya itu sudah cukup buat memastikan identitas saya. Saya juga sudah menginfokan nomor hp saya minta tolong dari haloABC menelpon saya untuk crosscheck. Tapi sampai saat ini belum ada telpon dari HaloABC.

Satu lagi kartu kredit saya dari bank XYZ yang tiba2 tidak bisa untuk transaksi lewat internet padahal saya butuh buat beli tiket pesawat online. Bank ini tiap bulan mengirimkan tagihan via email karena dia sedang program Go green. Saya mengirimkan email ke customer servicenya minta tolong dicek kenapa kartu saya tidak bisa dipakai padahal limitnya masih cukup. Dia bilang tidak bisa membantu via email. Saya bilang tolong telpon saya karena saya sedang di sini. Sampai sekarang belum ditelpon juga.....

Gimana nih customer service di sana? Apakah mahal sekali ya untuk menelpon saya di sini padahal saya sudah menjadi konsumen yang setia bertahun2 dan membayar biaya administrasi serta bunga transaksi cicilan....

Monday, August 8, 2011

Hal2 konyol yang bikin kepikiran

Akhir2 ini saya sering merasa cemas akan sesuatu..normal ga ya? Apa gara2 hormon pms? Soalnya hal2 yang bikin saya cemas keliatannya kurang bermutu dan tidak mengganggu stabilitas nasional apalagi perdamaian dunia.

  1. Saya cemas salju di Mount Buller mencair sebelum waktunya padahal saya belum sempat ke sana. Saya sudah merencanakan mau ke sana tanggal 29 Juli kemarin tapi ternyata gara2 si bibi resign..terpaksa saya yang tadinya libur Rabu Sabtu harus ganti jadi Minggu Selasa liburnya. Karena Sabtu itu restoran rame banget. Tadinya mau ke sana selasa tanggal 2 Agustus tapi tidak jadi karena ada masalah. Seharusnya lagi...hari ini ke sana..tapi Rabu minggu kemarin saya ditelpon untuk interview di nursing home hari ini. Saya tahu seharusnya saya bersemangat interview kerja..tapi saya malah memikirkan kapan ke Mount Buller. Selasa depan seharusnya tgl 16 Agustus hari baik tapiii teman kerja Petter yang bisa menggantikan dia kerja pulang ke Indo hari senin tgl 15 Agustus...tidaaaakkkk.
  2. Saya cemas kalau ke Mount Buller hari Sabtu ini, keretanya delay sementara harus kumpul jam 6 pagi di tempat tournya. kereta paling pagi jam 5.02. Di weekend berdasarkan pengalaman pribadi, kadang2 kereta ga jalan..diganti bis yang berarti molor bisa 30 menit. Mau naik taksi mahal..sekitar 50 dolar sampai ke tempat tour. Lagian naik taksi sopirnya bisa telat juga seperti terakhir saya pesan taksi harusnya datang jam 6.30 eh molor 15 menit. 
  3. Saya kepikiran kenapa saya dan Petter liburnya ga bareng. Petter liburnya cuma hari Sabtu. Kapan bisa jalan2 bareng. Tadinya Petter mau minta bos ganti jadwal supaya bisa libur hari Selasa, tapi Sabtunya kerja. Si bos tidak juga ngasih keputusan boleh apa nggak karena si bos bilang ada hal yang lebih penting daripada memikirkan pergantian jadwal si Petter. Padahal menurut saya yang paling penting adalah suami istri bisa libur di hari yang sama buat melakukan hal2 yang romantis misalnya jalan2 ke taman, makan bersama, masak dan menonton drama korea di internet.
  4. Saya kepikiran tahun depan harus pulang sementara kata sepupu saya dia tambah ga betah di Jakarta karena macetnya semakin parah dan panas luar biasa.
  5. Saya kepikiran rice cooker di rumah rusak jadi kalau saya mau masak nasi harus repot pake cara jaman baheula yaitu diaron trus dikukus.
  6. Saya kepikiran kok ga langsing2 apa gara2 kebanyakan minum kopi tiap pagi. Secara kalau ga minum kopi kerja tidak semangat dan mengantuk.
  7. Saya kepikiran mau masak apa minggu ini. Minggu kemarin saya masak pempek sudah mencontoh resep di internet tapi hasilnya kok tidak seperti pempek yang dijual di muwardi. Saya sudah memastikan kalau ikan tenggiri= spanish mackerel kata google translate. Apakah tenggiri di sini lain ya sama tenggiri di indo?
  8. Saya kepikiran nanti malam mau datang persekutuan doa atau tidak ya karena pagi ini seharusnya mau masak tapi ga sempat secara saya lebih memilih browsing dan nulis blog. Setelah ini harus pergi ke bank, interview..pulang sore pasti cape. Pilih masak atau ikut persekutuan doa?
Jadi....gimana ya ??????? Kepikiran kenapa blog ini ga diupdate2 .....

Monday, June 20, 2011

Hari Kedua sebagai PCA

my mom..yang tengah lho...
Hari ini saya mulai magang di nursing home di dekat rumah saya. Saya akan magang di situ selama 10 hari tiap jam 7 pagi sampai 3 sore. Nursing home ini beda dengan yang kemarin karena di sini termasuk low care yang artinya hampir semua resident masih bisa bergerak sendiri. Sementara yang kemarin hampir semua tidak bisa jalan sama sekali. Rutinitas di sini hampir sama dengan nursing home yang kemarin. Pagi hari memandikan resident lalu memberi sarapan, makan siang, membantu ke toilet dan minum teh sore. Nursing home ini merupakan organisasi Yunani sehingga semua resident adalah orang Yunani dan umumnya bicara dengan bahasa Yunani...matilah saya yang cuma tahu nama2 Yunani.Saya mau ceritakan adalah siapa  saja resident yang paling menyentuh hati saya:

  1. Noel adalah kakek berumur 70 an yang ceritanya bikin saya trenyuh. Noel sudah 37 tahun tinggal di situ karena dia mengalami gangguan penglihatan, lumpuh bagian kiri tubuhnya dan bicara tidak jelas karena dia mengalami kerusakan otak. Saya membantu menyuapi dia sarapan dan makan siang. Dia sangat baik bahkan masih bisa mengucapkan terima kasih setelah saya selesai memberi dia makan. Setelah itu Tina, carer di situ menceritakan kepada saya apa yang terjadi pada Noel. 37 tahun yang lalu dia dirampok segerombolan pemuda yang memukuli kepalanya dengan benda keras sampai kepalanya hampir terbelah. Dia beruntung masih bisa selamat kata Tina, tapi saya berpikir apakah benar dia beruntung? Setelah Noel tidak bisa apa2 lagi, istrinya meninggalkan dia dan dari 5 anaknya, cuma satu yang masih mau menjenguk dia. Dia sepanjang hari berbaring di tempat tidur dan hiburan satu2nya cuma siaran radio. Yang paling menyentuh hati saya adalah dia seharusnya bisa jadi orang yang pemarah dengan hidupnya yang seperti itu tapi dia tetap berusaha bersikap baik terhadap orang2 yang merawat dia.
  2. Georgia adalah seorang nenek yang mengalami dementia tingkat akut. Dia tidak punya tangan kiri, tidak bisa bicara dalam bahasa Inggis dan harus diberi kesibukan karena dia selalu ingin keluar dari nursing home. Waktu ada carer menyuruh saya menemani Georgia untuk "colouring", saya sempat bingung apakah yang dimaksud mewarnai rambut? Ternyata 12345x yang dimaksud adalah mewarnai gambar kaya anak TK itu lho. Saya duduk di sebelah Georgia memberikan dia gambar sepatu dan bunga untuk diwarnai. Waktu saya memberi dia krayon, dia sepertinya bingung dan dia kira krayon itu untuk dimakan. Saya harus memberi contoh mewarnai baru dia mengerti apa yang harus dilakukan.
  3. Maria adalah resident yang sangat rewel. Dia setiap hari bisa mengebel berkali2 hanya untuk minta dibetulkan posisi bantalnya atau hal2 sepele yang lain. Maria sangat gemuk, kaki kanan pernah patah, hernia dan menderita depresi. Moodnya dia bisa berubah2 dan dia sering marah2. Tadi dia mengebel untuk minta dibetulkan posisi bantal di kursi rodanya. Saya dan Tina harus menggunakan menggunakan mesin untuk mengangkat dia dari kursi roda dan membetulkan posisi bantal dengan susah payah.
  4. Ada 2 orang resident yang tahun ini berusia 102 tahun, seorang kakek dan seorang nenek. Kakek itu masih bisa ngerumpi dengan sesama resident dan bisa jalan dengan dibantu penyangga. Si nenek bisa makan sendiri walaupun memakan waktu hampir 1 jam. 
  5. Afrodite, seorang nenek yang suaranya paling keras terdengar. Dia menderita depresi dan cuma bisa berbaring di tempat tidur karena memang sudah sangat tua, mungkin 90 tahun lebih. Afrodite sering meracau tidak jelas dan cuma diam pada waktu makan.
  6. Paula, seorang nenek schizophrenia yang dari luar nampak seperti orang normal dengan muka selalu cemberut. Kalau dia moodnya sedang baik bisa bersikap ramah tapi kalau sedang kumat bisa marah2 tidak jelas. Paula saya kira bukan pasien karena pertama kali saya datang, dia yang membukakan pintu untuk saya.
  7. Kakek nenek suami istri yang saya lupa namanya. Si kakek buta dan si nenek sudah linglung, tapi mereka duduk bersebelahan di ruang tv sambil bergandengan tangan. Semoga saya dan Petter bisa mesra sampai tua.
Masih banyak lagi resident yang lain dengan keunikannya masing2. Yang bisa saya pelajari adalah menjadi PCA hampir sama dengan baby sitter. Bahkan Tina bilang semakin tua, tingkah laku mereka semakin seperti anak kecil. Semoga dengan melakukan pekerjaan ini, saya bisa belajar untuk merawat dan semakin bersabar dalam memahami orang tua. Dari Noel, saya belajar untuk tetap bersikap positif dalam segala situasi yang saya hadapi.


Pekerjaan yang Harus Dilakukan dengan "Hati" Hari Pertama

Sudah dua hari saya magang di Nursing home demi mendapatkan sertifikat sebagai PCA (Personal Carer Attendant) alias carer. Bagi yang belum tahu, carer adalah pekerjaan merawat orang lanjut usia. Salah satu syarat untuk mendapatkan sertifikat, selain menjalani 6 kali pertemuan di kelas, ujian tertulis dan lisan adalah magang alias kerja sukarela ga dibayar dan ga dapat makan di nursing home selama 80 jam. Tempat saya magang sudah dicarikan oleh tempat saya kursus dan dipilih yang paling dekat dengan rumah. Untung banget saya dapat tempat yang cuma 10-15 menit jalan kaki dari rumah karena jam 6.45 sudah harus sampai di sana. Saya magang di shift pagi yaitu jam 7 pagi sampai 3 sore.

Hari ini saya mulai magang di nursing home dekat rumah. Namun kemarin saya harus mengikuti training sehari di nursing home lain yang untungnya mengurangi jam kerja magang yang harus saya jalani. Kedua tempat saya magang itu sangat berbeda kondisinya. Saya lebih memilih tempat yang kemarin dari kesan pertama, tapi kesan selanjutnya belum tahu. Di sini saya akan menceritakan tempat pertama.

Tempat saya training kemarin terletak di kota Glenroy yang lumayan jauh dari tempat saya dan saya harus sampai di sana jam 7.30 pagi. Secara hari minggu kereta paling pagi dari tempat saya jam 7.16 terpaksa saya naik taksi hiks hiks...30 dolar melayang.Sampai di sana, orang yang akan mengajar training saya belum datang (sebut saja namanya S). S baru datang jam 8. Saya bersama 2 orang lagi yang menjalani training kemarin. Saya sebelumnya sudah takut membayangkannya...apakah saya bisa melakukan pekerjaan ini.

Pertama yang saya lakukan adalah menyuapi sarapan ke seorang nenek bernama Gladys. Umurnya sudah 91 tahun dan dia cuma bisa di tempat tidur saja. Gladys sering bingung (sepertinya dia mengidap dementia alias short memory loss) dan ngomongnya ga nyambung. Dia bilang "Turn the light on" berkali2 tapi setelah saya menyalakan lampu dia tetap menyuruh saya untuk menyalakan lampu. Tugas kedua yang dilakukan adalah memandikan 2 orang resident (di sini kami menyebut manula yang tinggal di nursing home sebagai resident) yang tinggal di satu kamar. Dua orang kakek yang umurnya sudah di atas 70 tahun. Kakek yang pertama belum pikun walaupun dia tidak bisa jalan dan harus berdiri menggunakan "standing machine". Standing machine adalah alat untuk membantu para resident berdiri dari posisi duduk. Karena kami tidak diijinkan mengangkat resident karena bisa membahayakan resident dan kami sendiri kalau terjadi apa2. John, kakek pertama orang yang ramah dan masih bisa menjawab kalau ditanya. Jadi saya dan 1 orang lagi membereskan tempat tidur sementara S dan 1 orang lagi memandikan John, kemudian saya juga melihat cara memandikan John. John pasrah saja walaupun dia mandi ditonton 4 orang cewek. Saya pertama kali melihat kakek2 telanjang lumayan shock juga lho.

Setelah John sudah selesai mandi, ganti popok, dipakaikan baju dan duduk di kursi roda siap sarapan tiba giliran kakek kedua yaitu Donald untuk dimandikan. Donald sepertinya dulu orang penting karena ada foto dia di guntingan koran yang dibingkai. Sepertinya dia menang kejuaraan apa gitu. Tapi sekarang Donald hanya bisa tiduran dan jalan beberapa langkah. Bahkan dia tidak bisa mengontrol kencing dan buang air besar sehingga harus memakai popok. Waktu diperiksa popoknya ternyata penuh dengan kotoran yang baunya memenuhi kamar. Saya berusaha tidak pasang muka jijik karena bisa menyakiti hati Donald, tapi salah satu peserta training langsung ke kamar mandi dan batuk2. Saya menawarkan diri untuk memandikan Donald sementara S mengawasi cara membereskan tempat tidur. Saya kira 2 orang peserta training yang lain akan membantu saya memandikan Donald, ternyata tidak ada yang datang. Jadi saya berusaha memandikan Donald sebersih mungkin. Karena ini pertama kali saya memandikan pria, apalagi yang sudah lanjut usia, sebenarnya saya merasa aneh tapi rasa kasian saya lebih besar. Selain itu Donald benar2 kakek yang baik. Dia masih bisa berterima kasih setelah saya selesai memandikan dia dan memakaikan baju.

Resident berikutnya yang harus dimandikan adalah seorang nenek yang buta bernama Rosa. Ukuran tubuhnya cukup besar dan berat sehingga kami harus menggunakan "lifting machine" untuk mengangkat dia ke kursi mandi. Kursi mandi bentuknya seperti kursi biasa tapi tengahnya bolong kaya toilet duduk...jadi bisa pas kalau ditaruh di atas toilet duduk. Rosa di perutnya ada benjolan sepertinya tumor dan dia juga tidak bisa bicara dengan jelas. Kali ini saya cuma membereskan tempat tidur dan 2 orang lagi memandikan Rosa. Giliran berikutnya adalah Ray, kakek yang menurut saya paling ganteng (dulu waktu muda pasti ganteng banget). Matanya bagus, kepala belum botak, tinggi..sayangnya dia kena stroke jadi ngomong ga jelas dan cuma bisa tiduran. Untuk dibawa ke kamar mandi pun tidak bisa jadi dia cuma dimandikan menggunakan handuk basah di tempat tidur.

Donald2, bukan Donald yang pertama saya mandikan adalah kakek yang waktu mudanya ceria karena saya melihat ada foto dia bersama istri dan anak2nya. Mereka kelihatan bahagia. Sekarang, Donald benar2 tidak bisa mengontrol buang air besar dan kalau kencing harus menggunakan kateter. Baru kali ini saya melihat kateter. Bentuknya seperti selang yang dimasukkan ke lubang di bawah pusar. Selang itu mengalirkan air seni ke kantong yang setiap beberapa waktu harus dikosongkan isinya. Waktu mengecek popok Donald2, kotorannya banyak banget dan sambil dimandiin di tempat tidur, dia terus mengeluarkan kotoran. Mungkin karena tadi saya sudah memandikan Donald1 dengan menahan bau, S menyuruh saya mencukur Ray. Jadi 2 orang yang lain itu yang membantu S memandikan Donald2 padahal kamarnya sudah bau kotoran banget, lebih parah dari Donald1.

Saya menyesal kenapa saya tidak pernah belajar mencukur jenggot suami saya karena mencukur orang lain ternyata tidak gampang. Saya berusaha mencukur sebaik mungkin tapi tetap saja kurang bersih dan saya tidak sengaja membuat dagu Ray kena pisau cukur sampai berdarah setetes. Kata Petter mencukur tidak boleh terlalu ditekan nanti iritasi, tapi kalau tidak ditekan mencukurnya jadi tidak bersih. Sampai saya selesai mencukur Ray, Donald2 belum selesai dimandikan karena ternyata di pantatnya banyak borok. Kotoran kalau lama2 bersentuhan dengan kulit bisa menimbulkan iritasi dan lama2 jadi borok. Seram banget boroknya, sampai harus ditangani oleh perawat.

Kerjaan itu semua memakan waktu dari jam 8 sampai hampir jam 12 siang tanpa break. Akhirnya S bilang kami boleh break dan setelah itu boleh pulang kecuali kalau mau belajar lagi sampai jam 3. Setelah makan siang rutinitasnya adalah membawa resident ke toilet dan memberi minuman nutrisi. Saya memutuskan untuk lanjut sampai jam 3. Kali ini saya bersama carer yang lain bernama Lili karena S pulang jam 1. Bersama Lili saya membantu resident ke toilet yang ternyata cuma mengganti popok. Pertama kali kami menangani Ida, seorang nenek yang sudah tua sekali dan wajahnya mirip nenek sihir di Snow White yang memberi apel beracun. Ida sepertinya menderita bipolar disorder karena dia sering teriak2 marah..lalu menangis..lalu ketawa dalam waktu yang hampir bersamaan. Lili menyuruh saya menanggapi dengan santai dan cukup mengiyakan apa kata Ida.

O iya...satu lagi..Ida memakai colostomy bag karena dia buang air besar dari perut karena dia menderita kanker usus jadi usus besarnya dipotong. Baru kali ini saya melihat langsung ada lubang di perut untuk membuang kotoran. Colostomy bag Ida sering bocor karena dia suka iseng mengutak atik kantongnya sehingga baunya menyebar kemana2. Bentuk lubang di perut itu tidak semenyeramkan yang saya duga karena cuma seperti lubang pusar tapi tidak berkerut2 dan warnanya hitam. Kotoran bisa keluar dari lubang itu sewaktu2. Nah waktu mengganti colostomy bag itu sekalian mengganti bajunya, Ida mulai berteriak2 marah2, menangis dan ketawa. Kecantikan tetap penting untuk Ida karena dia minta rambutnya disisir dan diberi jepit rambut. Bahkan waktu dia minta dibawa ke ruang tv tempat para resident berkumpul, dia bertanya kepada saya apakah dia keliatan cantik.

Di ruang tv, berkumpul hampir semua resident. Ada yang cuma diam di kursi malas, ada yang masih bisa jalan2 dan ada yang ngoceh2 ga karuan. Yang paling lucu ada seorang kakek yang berteriak "Mother of Christmas!" waktu Ida lewat. Di siang hari waktunya memberi minuman nutrisi pada resident yang berupa jelly, yogurt, milo, susu, dll. Saya mendapat jatah memberi minuman ke tiga orang nenek dan ketiganya cuma bisa tidur doang. Bicara pun tidak jelas lagi.

Kesan saya di hari pertama kerja ini adalah saya lebih suka pekerjaan ini daripada motong sayur dan nyuci piring. Walaupun pekerjaan ini berat tapi benar kata teman sekelas saya di kursus. Ada kepuasan tersendiri setelah melihat resident yang kita tangani jadi bersih, rapi dan terawat. Sampai jumpa ke hari kedua kerja.

Wednesday, June 15, 2011

Ngapdet blog sebelum hilang

Judul postingan ini sebenernya gak masuk akal. Ini sama aja kayak bilang,
"Ayo cepet nulisnya sebelum tintanya habis," atau
"Digas aja motornya, keburu bensinnya habis,"
Tapi saya setuju sama omongannya Mas Pepeng, "mnrtku kehilangan blog itu ndak papa, di banding kehilangan semangat nulis di blog (ngeblog)"
Maka, saya pun ngeblog hari ini (tolong dikasih musiknya kalo pas Betmen lagi keluar sarang). Tretetetetet................

Beberapa hari yang lalu saya tulis status di facebook untuk minta pendapat teman2. Bukan. Bukan yang "Pengen pacaran lagi., udah lama jomblo nihhhh.. hikss..." karena itu bajakannya temen saya yang lagi nginep di kost (OK, meskipun status itu memang lebih banyak jempolnya. Ugh!). Saya tanya, "Kalau diberi kesempatan melakukan apa yang tidak biasa dilakukan, apa yang kamu ingin lakukan?" Saya dapet jawaban yang sangat gokil mulai dari makan durian sama durinya, makan bebek sama ekornya (ya iyalah), ngupil di depan Kim Jong Il sampai mau nari stiptease di klub homo eh klub malam (habis ada cowok yang bilang, pingin daftar miss universe).


Berikut jawaban Kristina yang dari dulu emang sudah tidak ragukan lagi ketidakwarasannya: 
Mau pake bikini trus jalan2 ke mall....mau mendua hati....mau jadi agen rahasia CIA...belajar kungfu meringankan tubuh...mo menarikan black swan...mau tamasya ke mars...mau jadi geisha...
Berikut jawaban Ferry Tjio temen SMU yang ehm... dulu kayaknya waras deh...sekarang? walahualam.
merampok world bank&the fed lalu membeli sebuah pulau&segera mendirikan negara sendiri. mau menerbangkan pesawat ulang alik tanpa pendamping, mau makan durian sekalian dengan durinya,, mau membunuh singa afrika &mengolahnya menjadi sate ato dendeng balado.
Makasih banyak deh pokoknya atas ide temen2. Setidaknya saya jadi eksis di fesbuk (korban ababil). Bagi yang idenya mulia seperti Vicky Laurentina:
Aku ingin minta direktur rumah sakitku supaya menuntut pasien-pasien Jamkesmas yang pakai SKTM palsu untuk membayar jasa medis karena mereka tidak berhak pura-pura miskin!
Ide saudara sudah saya sampekkan ke Pemkot Jateng #halah. Intinya sih saya ingin tahu apakah temen2 juga bangun pagi, gosok gigi, mandi pagi dan kerja seperti biasa setiap hari, tapi sebenarnya ada sesuatu yang beda yang benar-benar ingin dilakukan? Sebentar lagi saya akan ikut pra jabatan (masuk kamp konsentrasi selama 3 minggu. Kayaknya ide ngupil di depan Kim Jong Il bisa dicoba) untuk resmi jadi Pe eN eS. Saya jadi berpikir, apakah ini yang saya inginkan sebenarnya? Seperti teman-teman ketahui bahwa saya selama ini menjalani "jalur kehidupan alternatif" yang gak banyak ditempuh banyak orang (CV terlampir. Heish!). Saya menjadi dokter PTT di Ninia, lembah Baliem, Papua (yang gak ada sinyal blas dan diakses dengan pesawat baling2 saja) selama setahun, traveling penuh waktu (ya, saya termasuk pengelana dari gua hantu) selama setahun dan kerja sosial merawat anak cacat (gaji kecil, hidup sehat) selama setahun. Efek sampingnya adalah ketika temen2 seangkatan saya sudah mulai nyicil rumah, mobil dan punya anak 2, saya masih lajang dengan harta benda satu tas ransel saja. Mungkin banyak teman saya yang malah memimpikan punya kesempatan seperti saya (kayak Kristina tuh akhirnya terpengaruh dan jadi pergi ke Oz. Kamu ngefans aku kan Kris? Ngaku deh! #waham kebesaran) tapi sejujurnya, setelah melakukan itu semua, kembali ke 'kehidupan nyata' jadi tidak terlalu gampang, karena:
  1. Kita harus menyesuaikan diri lagi dengan lingkungan dan teman2 lama padahal sudah beberapa tahun kehilangan kontak yang intens dengan mereka
  2. Kita punya standar yang berbeda, tapi tetap merasa 'gagal' karena kita tidak punya apa yang umumnya orang lain punya
  3. Kita kekurangan lawan bicara yang mungkin punya cara pandang sama dengan kita
  4. Sulit untuk merasa tetap tertarik pada hal-hal yang monoton sementara kehidupan kita dulu begitu dinamis dan tidak pernah sama
  5. Kita merasa beda dan aneh kayak badak bercula satu ato kura-kura ninja turtles
Jadi itulah yang bikin saya mikir (meskipun otak jarang dipake) apakah jalan ini yang akan saya pilih? Saya suka sekali pada puisinya Robert Frost: The Road Not Taken. Harus diakui, orang yang punya pilihan adalah orang yang beruntung. Tapi juga orang yang bingung, he-he. Sampai pada suatu hari saya menerima surat penerimaan dari sekolah kedokteran tropis dan penyakit menular. Saya dulu memimpikan jadi anggota MSF (dokter lintas batas) kalo sudah besar nanti (halah sekarang aja udah tua kali). Tapi bagaimana mungkin, membaca saja aku sulit.

Akhirnya (biar blognya gak panjang) saya memutuskan....jreeeeeng: mungkin sudah jalan saya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa *tolong lagu Indonesia raya dan obat kege-eran disiapkan*. Jadilah saya akan belajar tentang penyakit menularnya orang miskin bulan September nanti dan....saya tidak tahu apa yang ada di depan saya nantinya. Saya akan tetep mengajar dan selebihnya, you'll never know what's round the corner. Dan lagi, saya tetap hanya membawa satu tas saja (menghayati apa yang dipelajari).

Tuesday, May 31, 2011

Lanjutan cerita "Kejadian Aneh"


Ini adalah sequel dari kisah saya kemarin2 yang mungkin sudah kedaluarsa saking lamanya. Singkat cerita saya memutuskan untuk ikut kursus untuk mendapatkan Certificate III Aged Care supaya saya bisa kerja di panti jompo atau bahasa kerennya nursing home untuk merawat manula. Untuk mengikuti kursus ini saya harus membayar AUD 750 yang dicicil 3 kali serta mengikuti 80 jam kerja jadi relawan di nursing home tanpa dibayar. Tujuan dari kursus ini adalah untuk mendapatkan pekerjaan di tempat kita menjadi relawan itu. Kalau kerjanya bagus bisa ditawari menjadi karyawan, tapi kalau kita tidak sreg kerja di situ juga bisa mencari pekerjaan di tempat lain.

Pertama kali saya menghadiri kursus adalah Sabtu tanggal 28 Mei kemarin. Kursusnya setiap hari Sabtu selama 6 minggu kemudian dilanjutkan dengan 80 jam kerja sukarela, serta tes lisan dan tertulis. Pada waktu saya datang, pesertanya sebagian besar wanita. Ada 2 kelas yang ada pelajaran hari itu. Aged care dan child care. Saya sempat mikir kenapa saya tidak ambil child care aja karena sepertinya lebih "tidak bikin jijik". Mendingan mandiin bayi daripada kakek nenek menurut saya. Tapi karena sudah terlanjur ya sudahlah. Belakangan saya tidak menyesal juga karena kata teman sekelas saya, child care weekend tutup jadi ga bisa kerja weekend. Karena saya tujuannya untuk mencari uang jadi saya pikir aged care ini bisa menghasilkan banyak uang dengan kerja di weekend dan di Melbourne ini memang banyak sekali manula.

Kursus saya dimulai jam 10 pagi sampai 3.45 sore. Satu kelas isinya 11 orang semuanya wanita dan kebanyakan orang India. Teman sebangku saya orang Somalia yang baru saja mendapatkan Refugee visa. Banyak sekali orang2 yang mendapatkan refugee visa di sini. Refugee visa diberikan kepada orang2 dari negara yang sedang konflik...dulu misalnya Vietnam..karena banyak banget orang Vietnam di sini. Kata teman saya dari Somalia itu, Australia memberikan kesempatan bagi orang Somalia untuk mendapatkan refugee visa dan menjadi warga negara Australia. Habobo (nama teman saya ini kalau tidak salah) baru berusia 20 tahun dan dia meninggalkan suami serta orang tuanya di Somalia untuk migrasi ke Oz. Untuk mengajukan refugee visa, dia harus tinggal di luar Somalia dan menunggu sampai dia mendapatkan visa itu baru dia bisa datang ke Oz. Dan tempat Habobo tinggal selama 2 tahun menunggu refugee visanya adalah...jreng12234x...Jakarta. Dia tinggal di Petamburan dan tahu beberapa kata2 bahasa Indonesia.

Kembali ke kursus, pelajaran hari pertama adalah pengenalan tentang Aged Care. Beberapa poin penting yang saya ingat adalah:
  1. Di Oz banyak manula karena setelah World War II banyak orang yang migrasi ke Oz dan sekarang sudah menginjak usia manula.
  2. Kebanyakan anak2 para manula itu tidak bisa merawat mereka sehingga mereka terpaksa tinggal di panti jompo, bukan karena tidak berbakti tapi memang tidak mampu merawat orang tua mereka apalagi yang sudah mengalami dementia alias pikun alias menjelang Alzheimer.
  3. Ada 2 macam panti jompo di sini yaitu Low Care (alias hostel untuk manula yang masih bisa mengurus dirinya sendiri sedikit2) dan High Care (nursing home, untuk manula yang cuma bisa tiduran saja di tempat tidur dan harus dilayani 100%). Untuk para carer di high care ini ada yang namanya "Nausea money" untuk kompensasi kita merawat orang2 yang maaf "boker dan pipis di kasur" dan kita harus membersihkan. Intinya uang bayaran kita mual2 deh....
  4. Untuk tinggal di panti jompo ini tidak gratis, para manula harus membayar deposit minimal AUD 300,000 dan biaya bulanan diambil dari 85% uang pensiun mereka. Makanya untuk tinggal di panti jompo biasanya manula itu jual rumah dulu. Saya kira gratis lho tinggal di panti jompo ini, ternyata tidak.
  5. Para perawat (selanjutnya disebut Carer) dianjurkan untuk mengikuti kode etik dalam merawat para manula, misal tidak boleh meremehkan para manula yang dirawatnya. Kalau manula itu masih bisa cuci muka sendiri, biar cuci muka sendiri, para carer bisa membantu melakukan hal lain karena kalau dilayani 100%, manula bisa kehilangan kemampuan mereka untuk mandiri sama sekali.
  6. Banyak manula yang mengalami dementia (pikun) yang tingkat keparahannya berbeda2. Dementia sepertinya disebabkan karena rusaknya beberapa sel otak (kalau saya tidak salah tangkap) dan penyebab asalnya belum diketahui. Orang yang jarang berpikir bisa kena risiko dementia lebih besar kata pengajar kursus saya. Ibunya mengalami dementia karena jarang bekerja sementara ayahnya yang hobi mengutak atik komputer, masih baik2 saja sampai sekarang.
Masih banyak lagi yang saya pelajari di hari pertama kursus, mulai dari dikenalkan pada macam2 popok untuk manula, cara memandikan manula, mengganti kantong kencing bagi manula yang kencing harus dipasang selang (kateter) sampai diajari cara mengganti kantong coleostomi. Itu lho kantong buat menampung kotoran pada orang2 yang ususnya dipotong jadi perutnya harus dilubangi untuk mengeluarkan kotoran. Saya sekarang cuma bisa membayangkan...apakah saya bisa melakukan hal itu. Apalagi kalau saya ditempatkan di nursing home yang orangnya sudah tidak bisa apa2...harus dimandiin, diganti popoknya, disuapin...apakah saya bisa? Semoga bisa dan harus bisa....kalau orang lain bisa kenapa saya tidak?



Monday, May 16, 2011

Berlibur ala Ninja Hattori

"Mendaki gunung, lewati lembah. Sungai mengalir indah ke samudra. Bersama teman, bertualang!" ost. Ninja Hattori.

Seminggu yang lalu saya mendapat telepon dari temen yang doyan kelayapan.
"Ayo naik gunung Merbabu! Sabtu malam kita berangkat dari Magelang,"
Saya langsung membayangkan kegiatan kami selama ini: naik jeep, masak indomie, bakar ketela, kentang ato singkong dan minum teh manis hangat di tempat terbuka sambil nyanyi tembang kenangan diiringi gitar pinjeman. Waktu itu kami sempet bingung mo masak pake apa (secara perlengkapan outdoor kami setara ama bakul mie jowo) jadi kami sibuk bawa arang, minyak tanah, anglo dan korek gas. Ternyata jreng jreng 654325x...seratus meter dari tempat kita kemah ada yang jual gorengan anget ama kopi tubruk. Males deh. Kalo begini bagaimana saya bisa pamer kemampuan bertahan di alam liar? *halah*
"Asyik tuh. Menu barbecue kita kali ini apa?" jawab saya sambil nelen liur.
"Ria, kali ini kita naik gunung beneran. Bukan cuman bikin tenda sambil makan-makan di bukit Ungaran. Kita akan jalan, mendaki, bikin tenda cuman untuk istirahat sebentar trus lihat matahari terbit dari puncak Sarip,"
"Hah? Kita nggak rock climbing sekalian?" canda saya sambil tertawa garing. Inget punya inget, olah raga saya yang terakhir adalah lari-lari waktu dikejar ayam jago tetangga selama kurang dari satu menit (saya nggak becanda. Ayam jago tetangga saya hobinya nothol orang lewat).
"Nggak, kita cuman hiking selama 6 jam," jawab temen saya dengan polos, jelas nggak nangkep lelucon saya yang jayus, "Jadi kamu ikut?"
Saya mikir bahwa sekali-sekali saya harus naik gunung sebelum keburu osteoporosis (lagian pilihan saya yang lain adalah belajar untuk ujian bahasa Perancis tgl 8 Juni, atau nguras akuarium, ngepel kamar dan bikin proposal studi. Kayaknya bukan pilihan sulit sama sekali).
"OK. Sampai ketemu hari Sabtu," jawab saya sambil mencoba push up dan lompat kodok *lumayan untuk pemanasan*

Perjalanan ke Magelang berlangsung lama berhubung jalanan macet berat akibat long weekend. Kami naik bus ekonomi dimana tas ransel saya diletakkan bersama karung, kardus, ayam dan benda-benda lain yang tidak dapat didefinisikan apakah itu luggage, pakan ternak, barang dagangan atau binatang peliharaan. Dua teman saya berdiri selama lebih dari 2 jam, sementara saya yang sempet misuh-misuh karena nggak tidur siang, terlelap dengan mulut terbuka di tengah bau ketek, tembakau, bau jalanan, parfum dan minyak angin. Mempraktekkan jurus ninja #1: bisa tidur kapan saja dimana saja.

Merbabu konon dapat didaki melalui 3 rute: Selo/Boyolali, Tekelan/Kopeng dan Wekas. Kami diberi tahu kalau Merbabu adalah "gunung untuk pemula" jadi kami merasa pede dan memilih rute yang terakhir karena katanya bisa nyampe puncak lebih cepat. Baru satu jam mendaki gunung yang tingginya 3.142 m dpl. ini, kami menyadari ada kesalahan: seharusnya jangan naik "gunung untuk pemula" tapi yang lebih cocok adalah "gunung untuk manula". Soalnya kami berhenti tiap beberapa langkah dengan napas Selasa Jumat (temennya Senin Kamis) dan kaki yang buyutan. Pasalnya selain rute yang curam kami juga kehujanan dan kekabutan. Senter yang saya bawa memberi efek cahaya yang persis lampu di panggung penyanyi dangdut akibat asap kabut. Oya peringatan: bagi yang mau mendaki gunung jangan pake ponco yang berkibar2 kaya betmen. Lebih baik pake jas hujan yang setelan baju/celana. Soalnya ponco yang panjang bersayap ini kalo dipake naik ke tanjakan bisa keinjek dan malah bikin jatuh yang pake. Ato keinjek temen yang jalan dibelakang kita. Atao kesangkut di semak-semak. Ato dikira 13 kuntilanak kesurupan goyang pinggul. Pokoknya tidak disarankan. Kami mulai mendaki sekitar pukul 00.30 dan dengan ambisius berencana nyampe di pos III (ketinggian sekitar 2.400 m dpl.) jam 5 subuh. Ini tidak mustahil untuk para pendaki yang masih abegeh dan tenaganya masih tenaga kuda. Kami ini usianya kepala 3 jadi tenaganya tenaga kuda nil. Walhasil kami sudah cukup puas mencapai setengah jalan (bukan setengah jalan ke puncak tapi setengah jalan jalan dari base camp ke pos I. He-he), trus mendirikan tenda, trus bikin kopi 3in1 dan makan biskuit Monde (tetep dong). Karena kenyang dan kecapean, tidur pulaslah kita pas matahari terbit diiringi kicauan burung menyambut pagi (haduh).

Hal yang saya pelajari dari Merbabu adalah: di sana pipis kita bisa berasap.  Fakta tidak penting blas ini terjadi karena di gunung, toilet is everywhere (seperti kata Kristina). Jurus ninja #2: jagoan pipis di semak-semak tanpa takut digigit semut. Tips: jagalah jarak pantat dengan tanah supaya nggak nempel-nempel banget dengan posisi agak nungging :-). Karena udara yang sangat dingin, matahari yang muncul jarang-jarang di balik kabut terasa sangat menyenangkan. Sarapan bersama dengan roti bakar dan telur goreng di sini, dikelilingi pohon, tebing, jurang dan rerumputan adalah kemewahan yang indah. Bahkan burung hutan pun masih belum berhenti membikin suara untuk mengiringi kita minum kopi!





Sekarang saya mengerti kenapa orang mau repot2 manjat gunung dengan nggendong2 tas ransel. Kalau pada saat perjalanan naik malam hari kita dimanjakan dengan pemandangan kelap-kelip lampu di kaki gunung, pas turun kita melihat desa-desa, kebun dan gunung-gunung lain di kejauhan. Dalam perjalanan pulang kami mendapat bonus seekor elang yang terbang rendah, matahari yang menyeruak dari awan ke kabut tebal di pucuk-pucuk pinus dan mata air yang bening dan dingin. Semua itu sebanding dengan acara kepleset dan merambat dan gelantungan dan ngesot yang telah kami lakukan selama perjalanan. Kami tetap bahagia walopun kehujanan, belepotan, keringetan dan terbakar matahari (betewe, terimakasih pada tukang cuci di kost. Andalah pahlawan tanpa tanda jasa dalam kasus ini. Kaos kaki saya baunya bisa bikin tikus got mati). Akhirnya saya bisa memejamkan mata sambil mengingat birunya langit, dinginnya kabut, merahnya langit di ufuk timur, bayangan pepohonan, kicauan burung dan segarnya air. Masalahnya cuman satu: habis itu saya jadi susah jongkok. Kaki saya pegel berat dan punggung juga linu-linu. Jurus ninja #3: panggil tukang pijit buat kerokan. Cito!

Friday, May 13, 2011

Kejadian Aneh

Sebelum lupa..mendingan saya tulis sekarang deh. Kemarin saya seperti biasa berangkat kerja naik train jam 6.56. Saya kerja di Shangrilla Chinese Restaurant di kota Frankston. Dari tempat tinggal saya di St. Albans saya harus naik train dua kali. Pertama dari rumah ke Melbourne City setelah itu baru naik lagi train jurusan Frankston. Perjalanan naik keretanya sih 30 menit dan 1 jam. Tapi ditotal bisa 2 jam karena plus nunggu transitnya. Gpp sih karena saya dulu sudah terbiasa kerja jauh2 misal dulu waktu di Sari Roti berangkat naik bis 1 jam lebih, pulang minimal 2 jam karena macet Cikarang-Jakarta. Waktu kantor di Kuningan juga kalau naik busway minimal 1 jam lebih karena ganti busway 2 kali dan ngantrinya itu lho panjang banget udah gitu jarang dapet tempat duduk dan seringnya buswaynya bau ketek. Jadi ini naik train walaupun 2 jam tetap aja bisa tidur dengan nyaman.


O iya...saya mau cerita dulu kerjaan saya di sini adalah kitchen hand yang tugasnya masak mie, motong sayur, cuci piring dan serabutan. Pemilik restorannya suami istri Jo dan P asalnya dari Singapura tapi sudah jadi warga negara sini. Mereka baik banget makanya walaupun kerjanya capek tapi saya ga stres. Lalu ada lagi yang tugasnya melayani pelanggan 2 orang namanya C dan Ja, keduanya Chinese Malay dan Hongkong. Yang terakhir adalah koki dari India namanya Je yang anehnya dia vegetarian tapi di sini tugasnya masak Chinese food yang pakai daging2. 


tempat saya kerja yang selalu laris
Saya kerja seminggu 5 hari. Liburnya Rabu dan Sabtu. Saya cukup terjamin kesejahteraannya di sini karena diberi makan sekali kalau pulang jam 5, kalau pulang jam 9 malam 2 kali makan dan kalau Jo yang masak pasti enak. 




Nah kembali ke laptop, kemarin saya berangkat seperti biasa dan tidak ada firasat apa2. Train yang saya naikin tiba2 berhenti lama banget di salah satu stasiun sehingga sampai ke stasiun Flinder Street tempat saya harus ganti train terlambat. Seharusnya saya naik kereta ke Frankston jam 7.34 tapi pas banget saya nyampe di peron nya, keretanya berangkat. Terpaksalah naik kereta berikutnya jam 7.46, masih belum telat sih karena saya mulai kerja jam 9. Datanglah keretanya tepat waktu dan ternyata keretanya bukan kereta yang baru, tapi kereta model lama yang ga ada speaker pemberitahuan sudah sampai stasiun mana. Biasanya kan tiap stasiun ada suara bilang sudah sampai stasiun apa sama kaya busway itu lho.


Saya seperti biasa juga tidur karena ngantuk harus bangun pagi2. Biasanya saya sampai Frankston selalu bangun karena ada suara bilang sudah sampai Frankston. Nah saya sempat bangun trus liat...ooo baru sampai Carrum ( sekitar 4 stasiun sebelum Frankston) lalu saya tidur lagi...lalu bangun lagi..sambil heran kok di depan saya tiba2 ada orang, tadinya ga ada. Saya mikir kok ga nyampai2....pas itu kretanya berhenti di stasiun Mordialoc....baru saya nyadar...jreng 1234455x ternyata kretanya sudah balik lagi ke Melbourne City. Saya tidak terbangun di Frankston sampai kretanya jalan lagi. Waktu sudah menunjukkan jam 9.16. Saya turun di stasiun berikutnya lalu saya mau sms Jo bos saya ternyata hp saya lowbat trus mati sebelum waktunya. Saya berusaha telp dari telepon umum ternyata eror. Tiba2 datanglah kereta ke Frankston lagi dan saya naik deh. Di jalan saya bingung gimana caranya ngabarin Jo. Saya memutuskan turun lagi di Mordialoc cari telp umum tapi pas saya mo turun kretanya keburu jalan. Akhirnya saya turun di stasiun Aspendale, satu stasiun setelah Mordialoc.


Saya mencari telepon umum dan baru mau telepon Jo ketika saya melihat sesosok orang yang familiar. Aneh banget kan kenapa bisa ketemu orang yang saya kenal di sini dimana orang2 yang saya kenal di sini jumlahnya tidak lebih banyak dari 10 jari tangan. Siapakah orang yang tidak disangka2 itu? Jreng 12345x lagi deh....dia adalah Suman, istri Je..koki tempat saya kerja. Untuk lebih jelas tentang Suman bisa dibaca di sini.


Saya langsung berbinar2 melihat ada pertolongan datang. Suman langsung telpon Je untuk menjelaskan kepada Jo kenapa saya terlambat. Saya naik kereta bersama Suman ke Frankston dan di jalan dia cerita kalau dia kerja mengurus anak2 cacat mental dengan bayaran minimal AUD 20 per jam. Sementara saya kerja di restoran cuma 10 AUD per jam. Besar banget yaaa....dia bilang harus punya certificate III Aged Care untuk bisa kerja seperti dia. Suman bilang kalau sudah dapat sertifikat itu, banyak agensi yang bisa menyalurkan kerja. Saya baru tahu informasi ini dan saya berencana untuk mengambil sertifikat itu demi pekerjaan yang gajinya lebih baik. 


Saya akan update lagi seandainya di masa depan ternyata saya bisa mendapatkan pekerjaan seperti Suman itu..berarti Tuhan benar2 bekerja dengan cara yang Aneh.


Sekali lagi mengutip kata2 Albert Einstein :


"Coincidence is God's way of remaining anonymous."

Monday, May 9, 2011

Menjadi 30

Menjadi 30 itu rasanya menyenangkan.

Kecuali fakta bahwa kalau dulu itu saya bisa naik gunung berlari, sekarang jalan pelan-pelan pun harus berhenti minimal dua puluh kali (kalah deh jalan salib. Perhentiannya cuman ada 14). Usia belasan dan tigapuluhan bukan cuman beda generasi, nyaris beda spesies deh kayaknya. Kalau dulu ikut senam aerobic high impact, sekarang saya diam-diam menyusup ke kelas yoga meditasi, demi keselamatan tulang belakang. Oya, ingetkan saya untuk join senam jantung sehat di kelurahan Gergaji tiap hari Rabu pagi. Biasanya saya ngomel2 begitu bangun kepagian gara2 poco2nya si oma2, tapi kali ini saya kayaknya harus telan gengsi bulat2 demi selembar kertas membership. Aku mau hidup seribu tahun lagi, Oma!

Perbedaan yang nyata dari usia 17 dan 30 bukanlah cara pandang, melainkan arah pandang. Kalo pas sweet seventeen kita biasanya memandang ke depan: apa yang akan kita pelajari sehabis lulus SMU, mau kemana, ngapain, mau belajar nyetir mobil, mau pake high heels, mau kencan sama Ari Wibowo, mau nyoba eye liner warna ungu, nyoba ikut kelas drama, nyoba panjat tebing dan nyoba kirim surat cinta anonim ke guru musik yang ganteng. Saat usia 30 kita justru melihat ke belakang: apakah masih kuat hiking di pegunungan jayawijaya, apakah ada temen sekelas yang belom punya anak, apakah rok jeans mini masih pantas dipakainya, apa mantan pacar udah menikah dan apakah masih muat pake celana ukuran S bukannya XL. Saat usia belasan pertambahan usia adalah teman, karena itu berarti kita bisa tanda tangan rekening bank sendiri, nggak perlu bohong2 umur buat bikin/perpanjang SIM, punya hak pilih saat pemilu dan bisa masuk bar/pub dengan tenang tanpa diberhentiin satpam. Saat usia 30an pertambahan usia jadi menakutkan karena saya mulai ditawari krim anti kerut dan selulit, serum anti oksidan dan krim anti flek, pil vitamin E, susu anti osteoporosis dan push-up bra. Hanya menghitung hari sampai saya ditawari cat rambut warna hitam dan tongkat jalan! Catatan pribadi: kayaknya saya harus mulai bayar premi asuransi kesehatan mulai bulan ini. Statistik bilang sebaiknya general check up dimulai dari umur 30, tahu kan, ini hanya untuk antisipasi kalo nanti mulai butuh kacamata baca dan terapi hormon pengganti saat pre-menopause. Dan astaga, dimana terakhir saya taroh gigi palsu tadi pagi?

Tapi eniwei, tidak semuanya segitu menakutkan kok. Bertambah umur bikin kita jadi senior dan itu berarti kita punya privilege! Adek-adek yunior saya biasanya ngambilin kursi, ngambilin teh anget dan membiarkan saya parkir motor melintang di depan pintu masuk. Yes. Sebentar lagi saya bisa dapat tempat duduk prioritas untuk orang tua, cacat, hamil dan anak-anak. Nggak terlalu buruk kan?

Kecuali bahwa temen saya kemping mulai memanggil saya tante. Bukan cuman balita anak temen2 seangkatan, tapi anak2 ABeGeh yang mulai sadar kalo saya sudah kuliah ilmu pediatri waktu mereka baru belajar nyanyi Garuda Pancasila dan bikin kapal-kapalan dari kertas lipat. Itu sebenernya wajar tapi kenyataan yang susah diterima. Tante bagi saya adalah seseorang yang menasehati keponakan ceweknya yang baru akil balik tentang cara pake pembalut yang benar, trus yang melaporkan apa saja tentang cowok SMU sebelah rumah yang ganteng dan suka telanjang dada. Tapi saya nggak kayak gitu kan? Yah, diluar fakta bahwa saya mulai ikut arisan sama ibu-ibu RT, jualan tas, parfum dan tupperware, ngerumpi sambil ngegosip. Oya, tidak ketinggalan percakapan seperti, "Bulan depan jangan lupa giliran tempatnya di rumah saya lho Jeung, saya bakal masak risoles bikinan sendiri. Pembantu lagi pulkam soalnya," Omigod.

Saya punya beberapa tips supaya umur 30 tidak terlalu berpengaruh.
  1. Selalu bohong tentang umur. Lagipula umur itu cuman angka. Di pedalaman dan orang2 jaman dulu, ultah dan tahun lahir cuman Tuhan yang tahu. Patokan hari lahir "Pas gunung Krakatau meletus" atau "Pas Belanda masih menjalankan tanam paksa" cuma manjur buat mahasiswa jurusan geologi dan sejarah. Kecuali pada petugas sensus dan imigrasi, katakan bahwa umur adalah cerminan jiwa seseorang. Orang yang berjiwa muda akan selalu muda walopun umurnya antara 30 sampai 100 tahun.
  2. Selalu apdet tentang lagu dan band. Lupakan Farid Harja dan Ace of Base. Sekarang jamannya Justin Beiber dan 7 (Seven) Icons. Pilih lagu mereka saat karaoke niscaya kita bakal langsung klik sama konco2 ababil. Jangan sekali-kali milih "I started a Joke"nya Bee Gees meskipun kita hapal tiap kata liriknya, karena ketauan lagu itu populer awal tahun 60an.
  3. Sembunyikan poster David Hasselhoff, Richard Dean Anderson, Patrick Swayze atau Shahrukh Khan. Ganti dengan Kim Hyun Joong atau Jang Geun Suk. Peringatan: itu bukan nama menu sushi.
  4. Belajar bahasa gaul kalo perlu bahasa alay. Jangan malah belajar bahasa Perancis. Rasanya bahasa itu sudah punah sejak perang dunia kedua. Le français est donc vingtième siècle!
  5. Setiap berangkat kerja, pakailah parfum dan jangan malah oles-oles minyak angin. (catatan untuk diri sendiri: cari parfum diskon dan jauhkan minyak kayu putih dari meja rias malem ini juga)
Di luar itu semua, saya tetap menyelamati diri sendiri karena survive menembus angka 30. Menjadi tua itu prestasi lho, setidaknya lolos seleksi alam (mulae lebay). Tapi jujur nih, saya lebih pemberani sekarang dibanding, katakanlah, 13 tahun yang lalu. Pasalnya, banyak yang sudah dilewati. Kalau dulu sering takut gagal, sekarang saya tahu bahwa kegagalan itu tidak membunuh lebih banyak orang ketimbang malaria falciparum. Saya tidak takut patah hati, karena bahkan putus cinta yang berat nggak bikin saya mati (bahkan jutru resisten kayak bakteri yang diberi antibiotik setengah dosis lazim). Kalau pernah takut menjelajah tempat baru, sekarang sudah pernah mengalami nyaris dideportasi, ketinggalan pesawat, salah naik kereta atau kehabisan uang di jalan. Tersesat, IP satu koma, nggak lulus ujian coass, telat ujian, ditolak lamarannya, berhenti kerja di hari pertama karena nggak dapet jatah makan siang. Ditinggalin, diselingkuhin, dikejar-kejar tukang kuntit (bukan tukang kredit) dan dijodo2in ama bujang lapuk botak. Jadi, apa untungnya menjadi 30? Menurut saya, jadi tidak banyak lagi yang ditakuti, seperti saya bilang tadi, what the hell happens, I've been there before!

Saya tidak bohong. Menjadi 30 itu rasanya menyenangkan. Hanya perlu sedikit sentuhan krim age miracle. Selanjutnya, bring it on, tante!

Jam

Sejujurnya, inilah Ria dan Kristina...

Ria dan Kristina, sama-sama punya ide-ide yang nggak masuk akal saking nggak bangetnya pikiran kami berdua. Obrolan kami ini, berkat kemajuan jaman dan menjamurnya aplikasi internet (hiduplah Indonesia Raya!), kami sekarang bisa tuangkan di blog. Dulu kami suka ngetik-ngetik pake mesin ketik manual di belakang kertas HVS A4 bekas fotokopian. Tapi tetep aja kami tidak berhenti menulis. Kata pepatah: setipis-tipisnya tinta masih lebih tajam dari ingatan manusia. Kata Pramoedya: menulis berarti memetakan sejarah. Halah, kalo tulisan kita mah sebenernya gak ada hubungannya ama sejarah. Cuma mengukirkan betapa masa muda kami ini sangat indah. Dan jelas nggak mutu isinya. Jadi, mending kalo sisa-sisa waktu dan pengen baca yang tidak terlalu berguna sajalah baru buka blog kami... Tapi apapun komentar, masukan dan pendapat teman-teman, semuanya adalah cendera mata yang indah buat kami...

Ria dan Kristina (hualah, koyok undangan penganten. Amit2 deh. Lesbong juga pilih-pilih ah...)

About Us

My photo
pindah2..tergantung mood, Indonesia
Sri Riyati Sugiarto (aka Ria) adalah cewek kelahiran limpung..(pinggiran kota Pekalongan)..habis sekolah di SMU St. Bernardus Pekalongan trus kuliah kedokteran di Undip Semarang..sementara Kristina Melani Budiman (aka Kristina) juga lahir di Pekalongan trus satu SMU ama Ria dan kuliah di Atma Jaya Jogjakarta. kami kenal di kelas 3 SMU tapi mo duduk bareng selalu ga bisa gara2 terlalu cerewet dan kalo duduk sebangku selalu bikin keributan karena hobinya menggosip jadi terpaksa sampai sekarang tidak pernah duduk bareng..untungnya kita ga satu kampus :p