Monday, August 27, 2012

Kampung Sendiri vs Kampung Seberang

Seperti kata pepatah, air beriak tanda tak dalam. Eh, maksud saya air cucuran atap jatuhnya ke perlimbahan jua. Apa air setitik rusak susu sebelanga yak? Pokoknya, ternyata beda tempat itu beda cara berpikirnya (nah lho, itu dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung apa berakit-rakit ke hulu ya? Peribahasa memang bukan perkara gampang!).

Beberapa hari yang lalu saya datang ke resepsi pernikahan adek perempuan saya (lihat gambar ;-p). Di ruangan yang penuh dengan orang-orang sekampung, sanak sodara dan keluarga, ternyata menjawab pertanyaan-pertanyaan biasa sama susahnya kayak njawab kuis siapa berani ato kuis "who wants to be Sir Richard Branson" (tua, jenggotan, ubanan, tapi tetap Virgin). Saya punya jawaban yang sama untuk penanya dari kampung sendiri maupun dari kampung sebrang. Tapi respon yang saya terima kadang lebih beda daripada kathok dan kothak (kathok bisa kothak2 tapi kothak nggak bisa kathok2). Heheheh. Sekarang apa beda Siti sama Soto? Jawabannya setelah saya beri contoh pertanyaan di bawah ini.

Contoh:
Tanya (T) : Ria sekarang tinggal dimana?
Jawab (J) : Pindah-pindah Tante, kemarin dari Papua, sekarang di Jakarta sebentar, minggu depan kembali ke Limpung trus ke Enggres.
Kampung sendiri (Ina) : Kok pindah-pindah terus sih? (Kelayapan terus kapan nikahnya?)
Kampung sebrang (Sbr): Wah hidupnya sangat menarik dan enggak monoton.

T : Ria lagi ngapain nih sekarang?
J : Ah nggak ngapa-ngapain cuman lagi nulis-nulis penelitian aja.
Ina : Oh pengacara ya? Pengangguran banyak acara? (Pasti dia malu karna kerjaannya itu-itu aja dan nggak nikah-nikah)
Sbr : Wah calon researcher yang rendah hati!

T : Ria pacarnya siapa nih sekarang? Kok gak dibawa?
J : Ha-ha. Aduh pertanyaannya menakutkan Om.
Ina: (Pasti dia malu karena nggak ada)
Sbr: (Wah dia orang yang bisa jaga privasi dan nggak suka mengumbar urusan pribadi)

T : Ria rencana ke depan habis ini ngapain?
J : Belum tahu juga Om, mungkin traveling sambil kerja di NGO.
Ina: Kok udah umur segini masih nggak jelas rencananya sih? Kapan nikah, kapan punya rumah, kapan punya anak?
Sbr : Wah dia sangat open-minded, easy-going dan berjiwa petualang.

T: Kamu baru dari Papua ya? Kok tambah gendut aja?
J : he-he (ketawa garing). Ya gimana di Papua kalo nggak banyak makan katanya bisa kena malaria....
Ina: (dari Papua jadi tambah item dan gemuk. Pantesan gak laku-laku)
Sbr: (Wah mantap sekali berani pergi ke tempat terpencil yang banyak malarianya)
 
T: Kamu ngapain di Papua?
J: Penelitian malaria Om.
Ina: Oh, gajinya berapa? Kenapa sampe Papua? (Kurang kerjaan banget sih, emang penghasilannya besar ya? Harusnya cari kerjaan yang bagus, biar bisa nabung, buat nyicil rumah, beli mobil, asuransi. Ngapain juga jauh-jauh di Papua, kaya di Jawa nggak ada lowongan aja)
Sbr: (Wow. Keren banget meneliti malaria, cuman beda 1 level ama Sir Ronald Ross.) --> hehe, ngarep. Padahal sebenernya cuman ketawa-ketiwi sambil nusukin orang dengan alesan riset.

T: Kamu selama ini kesibukannya apa aja?
J: Ya belajar sambil jalan-jalan, Om. Cari pengalaman mumpung masih muda...
Ina: Jangan kelamaan lho nanti keburu tua! (ini anak kok nggak ada tanggung jawabnya sih. Gak mikirin masa depan)
Sbr: (Orang ini cool dan bisa menikmati hidup sepenuhnya.)


T: Kamu kapan nyusul????
J: *Wataw!* Hehehe, tunggu aja Tante (ketawa lebih garing dari emping yang dijemur setaon).
Ina: (Kok nikah diduluin adeknya bikin malu aja, pasti kebanyakan pilih-pilih)
Sbr: (Wah cewek yang mandiri dan punya prinsip)

Nggak semua yang saya tulis itu bener seperti kenyataannya, karena banyak kata-kata yang diedit -- terutama bagian saya misuh-misuh pas habis diceramahin ato dimarahin padahal sudah menjawab dengan jujur, he-he.Sebernernya kalo harus bilang dengan jujur, saya adalah orang paling bahagia kedua karena adek saya menikah. Orang pertamanya adalah nyokap, dia hepi banget karena terbukti anaknya bukan hombreng.

Banyak yang tanya gimana rasanya dateng ke nikahan adek sendirian. Tadinya saya mikir bakal fun aja, pesta adalah pesta: saya akan makan banyak dan makan enak. Tapi setelah merasakan ditanyain ratusan tamu undangan, 'kapan nyusulnya' saya jadi berubah pikiran. Menurut saya sekarang, rasanya, persis kayak kata Kristina, seperti domba yang dicukur bulunya. Banyak orang juga bilang saya harusnya minta pelangkah dari adek saya, tapi saya bilang nggak usah karena biaya yang dia keluarkan udah banyak, ya namanya juga memulai hidup baru. Saya justru nawarin, kalau mau honeymoon yang murah meriah biar saya urus aja kan saya agak ahli dibidang itu ha-ha. Tapi sekarang saya jadi mikir bahwa ide bayar pelangkah itu masuk akal banget, bukan karena diduluin nikah tapi karena ganti rugi akibat ditanya-tanyain ratusan kali dalam sehari. Jadi, saya minta tiket PP ke kepulauan Karibia, kelas bisnis ya! :-D

Inti dari contoh-contoh di atas sih, bahwa melihat hal yang sama bisa ditafsirkan berbeda tergantung siapa dukunnya. Menurut primbon mbah jambrong, siapa diri kita tergantung pada kepribadian sendiri bukan dari pendapat orang lain. Sebab nilai-nilai orang itu berbeda-beda tapi tidak satu jua. Kalau kata peribahasa lagi, Lain ladang lain belalang lain lubuk lain ikannya. Jangan membuang sampah sembarangan dan silahkan pipis pada tempatnya. Sekian.

PS. Beda antara Siti dan Soto adalah Soto mienya putih. Kalo Siti, bisa jualan Soto. Kalo salah tebak gapapa toh nggak ada hadiahnya.

Jam

Sejujurnya, inilah Ria dan Kristina...

Ria dan Kristina, sama-sama punya ide-ide yang nggak masuk akal saking nggak bangetnya pikiran kami berdua. Obrolan kami ini, berkat kemajuan jaman dan menjamurnya aplikasi internet (hiduplah Indonesia Raya!), kami sekarang bisa tuangkan di blog. Dulu kami suka ngetik-ngetik pake mesin ketik manual di belakang kertas HVS A4 bekas fotokopian. Tapi tetep aja kami tidak berhenti menulis. Kata pepatah: setipis-tipisnya tinta masih lebih tajam dari ingatan manusia. Kata Pramoedya: menulis berarti memetakan sejarah. Halah, kalo tulisan kita mah sebenernya gak ada hubungannya ama sejarah. Cuma mengukirkan betapa masa muda kami ini sangat indah. Dan jelas nggak mutu isinya. Jadi, mending kalo sisa-sisa waktu dan pengen baca yang tidak terlalu berguna sajalah baru buka blog kami... Tapi apapun komentar, masukan dan pendapat teman-teman, semuanya adalah cendera mata yang indah buat kami...

Ria dan Kristina (hualah, koyok undangan penganten. Amit2 deh. Lesbong juga pilih-pilih ah...)

About Us

My photo
pindah2..tergantung mood, Indonesia
Sri Riyati Sugiarto (aka Ria) adalah cewek kelahiran limpung..(pinggiran kota Pekalongan)..habis sekolah di SMU St. Bernardus Pekalongan trus kuliah kedokteran di Undip Semarang..sementara Kristina Melani Budiman (aka Kristina) juga lahir di Pekalongan trus satu SMU ama Ria dan kuliah di Atma Jaya Jogjakarta. kami kenal di kelas 3 SMU tapi mo duduk bareng selalu ga bisa gara2 terlalu cerewet dan kalo duduk sebangku selalu bikin keributan karena hobinya menggosip jadi terpaksa sampai sekarang tidak pernah duduk bareng..untungnya kita ga satu kampus :p