Monday, June 20, 2011

Hari Kedua sebagai PCA

my mom..yang tengah lho...
Hari ini saya mulai magang di nursing home di dekat rumah saya. Saya akan magang di situ selama 10 hari tiap jam 7 pagi sampai 3 sore. Nursing home ini beda dengan yang kemarin karena di sini termasuk low care yang artinya hampir semua resident masih bisa bergerak sendiri. Sementara yang kemarin hampir semua tidak bisa jalan sama sekali. Rutinitas di sini hampir sama dengan nursing home yang kemarin. Pagi hari memandikan resident lalu memberi sarapan, makan siang, membantu ke toilet dan minum teh sore. Nursing home ini merupakan organisasi Yunani sehingga semua resident adalah orang Yunani dan umumnya bicara dengan bahasa Yunani...matilah saya yang cuma tahu nama2 Yunani.Saya mau ceritakan adalah siapa  saja resident yang paling menyentuh hati saya:

  1. Noel adalah kakek berumur 70 an yang ceritanya bikin saya trenyuh. Noel sudah 37 tahun tinggal di situ karena dia mengalami gangguan penglihatan, lumpuh bagian kiri tubuhnya dan bicara tidak jelas karena dia mengalami kerusakan otak. Saya membantu menyuapi dia sarapan dan makan siang. Dia sangat baik bahkan masih bisa mengucapkan terima kasih setelah saya selesai memberi dia makan. Setelah itu Tina, carer di situ menceritakan kepada saya apa yang terjadi pada Noel. 37 tahun yang lalu dia dirampok segerombolan pemuda yang memukuli kepalanya dengan benda keras sampai kepalanya hampir terbelah. Dia beruntung masih bisa selamat kata Tina, tapi saya berpikir apakah benar dia beruntung? Setelah Noel tidak bisa apa2 lagi, istrinya meninggalkan dia dan dari 5 anaknya, cuma satu yang masih mau menjenguk dia. Dia sepanjang hari berbaring di tempat tidur dan hiburan satu2nya cuma siaran radio. Yang paling menyentuh hati saya adalah dia seharusnya bisa jadi orang yang pemarah dengan hidupnya yang seperti itu tapi dia tetap berusaha bersikap baik terhadap orang2 yang merawat dia.
  2. Georgia adalah seorang nenek yang mengalami dementia tingkat akut. Dia tidak punya tangan kiri, tidak bisa bicara dalam bahasa Inggis dan harus diberi kesibukan karena dia selalu ingin keluar dari nursing home. Waktu ada carer menyuruh saya menemani Georgia untuk "colouring", saya sempat bingung apakah yang dimaksud mewarnai rambut? Ternyata 12345x yang dimaksud adalah mewarnai gambar kaya anak TK itu lho. Saya duduk di sebelah Georgia memberikan dia gambar sepatu dan bunga untuk diwarnai. Waktu saya memberi dia krayon, dia sepertinya bingung dan dia kira krayon itu untuk dimakan. Saya harus memberi contoh mewarnai baru dia mengerti apa yang harus dilakukan.
  3. Maria adalah resident yang sangat rewel. Dia setiap hari bisa mengebel berkali2 hanya untuk minta dibetulkan posisi bantalnya atau hal2 sepele yang lain. Maria sangat gemuk, kaki kanan pernah patah, hernia dan menderita depresi. Moodnya dia bisa berubah2 dan dia sering marah2. Tadi dia mengebel untuk minta dibetulkan posisi bantal di kursi rodanya. Saya dan Tina harus menggunakan menggunakan mesin untuk mengangkat dia dari kursi roda dan membetulkan posisi bantal dengan susah payah.
  4. Ada 2 orang resident yang tahun ini berusia 102 tahun, seorang kakek dan seorang nenek. Kakek itu masih bisa ngerumpi dengan sesama resident dan bisa jalan dengan dibantu penyangga. Si nenek bisa makan sendiri walaupun memakan waktu hampir 1 jam. 
  5. Afrodite, seorang nenek yang suaranya paling keras terdengar. Dia menderita depresi dan cuma bisa berbaring di tempat tidur karena memang sudah sangat tua, mungkin 90 tahun lebih. Afrodite sering meracau tidak jelas dan cuma diam pada waktu makan.
  6. Paula, seorang nenek schizophrenia yang dari luar nampak seperti orang normal dengan muka selalu cemberut. Kalau dia moodnya sedang baik bisa bersikap ramah tapi kalau sedang kumat bisa marah2 tidak jelas. Paula saya kira bukan pasien karena pertama kali saya datang, dia yang membukakan pintu untuk saya.
  7. Kakek nenek suami istri yang saya lupa namanya. Si kakek buta dan si nenek sudah linglung, tapi mereka duduk bersebelahan di ruang tv sambil bergandengan tangan. Semoga saya dan Petter bisa mesra sampai tua.
Masih banyak lagi resident yang lain dengan keunikannya masing2. Yang bisa saya pelajari adalah menjadi PCA hampir sama dengan baby sitter. Bahkan Tina bilang semakin tua, tingkah laku mereka semakin seperti anak kecil. Semoga dengan melakukan pekerjaan ini, saya bisa belajar untuk merawat dan semakin bersabar dalam memahami orang tua. Dari Noel, saya belajar untuk tetap bersikap positif dalam segala situasi yang saya hadapi.


Pekerjaan yang Harus Dilakukan dengan "Hati" Hari Pertama

Sudah dua hari saya magang di Nursing home demi mendapatkan sertifikat sebagai PCA (Personal Carer Attendant) alias carer. Bagi yang belum tahu, carer adalah pekerjaan merawat orang lanjut usia. Salah satu syarat untuk mendapatkan sertifikat, selain menjalani 6 kali pertemuan di kelas, ujian tertulis dan lisan adalah magang alias kerja sukarela ga dibayar dan ga dapat makan di nursing home selama 80 jam. Tempat saya magang sudah dicarikan oleh tempat saya kursus dan dipilih yang paling dekat dengan rumah. Untung banget saya dapat tempat yang cuma 10-15 menit jalan kaki dari rumah karena jam 6.45 sudah harus sampai di sana. Saya magang di shift pagi yaitu jam 7 pagi sampai 3 sore.

Hari ini saya mulai magang di nursing home dekat rumah. Namun kemarin saya harus mengikuti training sehari di nursing home lain yang untungnya mengurangi jam kerja magang yang harus saya jalani. Kedua tempat saya magang itu sangat berbeda kondisinya. Saya lebih memilih tempat yang kemarin dari kesan pertama, tapi kesan selanjutnya belum tahu. Di sini saya akan menceritakan tempat pertama.

Tempat saya training kemarin terletak di kota Glenroy yang lumayan jauh dari tempat saya dan saya harus sampai di sana jam 7.30 pagi. Secara hari minggu kereta paling pagi dari tempat saya jam 7.16 terpaksa saya naik taksi hiks hiks...30 dolar melayang.Sampai di sana, orang yang akan mengajar training saya belum datang (sebut saja namanya S). S baru datang jam 8. Saya bersama 2 orang lagi yang menjalani training kemarin. Saya sebelumnya sudah takut membayangkannya...apakah saya bisa melakukan pekerjaan ini.

Pertama yang saya lakukan adalah menyuapi sarapan ke seorang nenek bernama Gladys. Umurnya sudah 91 tahun dan dia cuma bisa di tempat tidur saja. Gladys sering bingung (sepertinya dia mengidap dementia alias short memory loss) dan ngomongnya ga nyambung. Dia bilang "Turn the light on" berkali2 tapi setelah saya menyalakan lampu dia tetap menyuruh saya untuk menyalakan lampu. Tugas kedua yang dilakukan adalah memandikan 2 orang resident (di sini kami menyebut manula yang tinggal di nursing home sebagai resident) yang tinggal di satu kamar. Dua orang kakek yang umurnya sudah di atas 70 tahun. Kakek yang pertama belum pikun walaupun dia tidak bisa jalan dan harus berdiri menggunakan "standing machine". Standing machine adalah alat untuk membantu para resident berdiri dari posisi duduk. Karena kami tidak diijinkan mengangkat resident karena bisa membahayakan resident dan kami sendiri kalau terjadi apa2. John, kakek pertama orang yang ramah dan masih bisa menjawab kalau ditanya. Jadi saya dan 1 orang lagi membereskan tempat tidur sementara S dan 1 orang lagi memandikan John, kemudian saya juga melihat cara memandikan John. John pasrah saja walaupun dia mandi ditonton 4 orang cewek. Saya pertama kali melihat kakek2 telanjang lumayan shock juga lho.

Setelah John sudah selesai mandi, ganti popok, dipakaikan baju dan duduk di kursi roda siap sarapan tiba giliran kakek kedua yaitu Donald untuk dimandikan. Donald sepertinya dulu orang penting karena ada foto dia di guntingan koran yang dibingkai. Sepertinya dia menang kejuaraan apa gitu. Tapi sekarang Donald hanya bisa tiduran dan jalan beberapa langkah. Bahkan dia tidak bisa mengontrol kencing dan buang air besar sehingga harus memakai popok. Waktu diperiksa popoknya ternyata penuh dengan kotoran yang baunya memenuhi kamar. Saya berusaha tidak pasang muka jijik karena bisa menyakiti hati Donald, tapi salah satu peserta training langsung ke kamar mandi dan batuk2. Saya menawarkan diri untuk memandikan Donald sementara S mengawasi cara membereskan tempat tidur. Saya kira 2 orang peserta training yang lain akan membantu saya memandikan Donald, ternyata tidak ada yang datang. Jadi saya berusaha memandikan Donald sebersih mungkin. Karena ini pertama kali saya memandikan pria, apalagi yang sudah lanjut usia, sebenarnya saya merasa aneh tapi rasa kasian saya lebih besar. Selain itu Donald benar2 kakek yang baik. Dia masih bisa berterima kasih setelah saya selesai memandikan dia dan memakaikan baju.

Resident berikutnya yang harus dimandikan adalah seorang nenek yang buta bernama Rosa. Ukuran tubuhnya cukup besar dan berat sehingga kami harus menggunakan "lifting machine" untuk mengangkat dia ke kursi mandi. Kursi mandi bentuknya seperti kursi biasa tapi tengahnya bolong kaya toilet duduk...jadi bisa pas kalau ditaruh di atas toilet duduk. Rosa di perutnya ada benjolan sepertinya tumor dan dia juga tidak bisa bicara dengan jelas. Kali ini saya cuma membereskan tempat tidur dan 2 orang lagi memandikan Rosa. Giliran berikutnya adalah Ray, kakek yang menurut saya paling ganteng (dulu waktu muda pasti ganteng banget). Matanya bagus, kepala belum botak, tinggi..sayangnya dia kena stroke jadi ngomong ga jelas dan cuma bisa tiduran. Untuk dibawa ke kamar mandi pun tidak bisa jadi dia cuma dimandikan menggunakan handuk basah di tempat tidur.

Donald2, bukan Donald yang pertama saya mandikan adalah kakek yang waktu mudanya ceria karena saya melihat ada foto dia bersama istri dan anak2nya. Mereka kelihatan bahagia. Sekarang, Donald benar2 tidak bisa mengontrol buang air besar dan kalau kencing harus menggunakan kateter. Baru kali ini saya melihat kateter. Bentuknya seperti selang yang dimasukkan ke lubang di bawah pusar. Selang itu mengalirkan air seni ke kantong yang setiap beberapa waktu harus dikosongkan isinya. Waktu mengecek popok Donald2, kotorannya banyak banget dan sambil dimandiin di tempat tidur, dia terus mengeluarkan kotoran. Mungkin karena tadi saya sudah memandikan Donald1 dengan menahan bau, S menyuruh saya mencukur Ray. Jadi 2 orang yang lain itu yang membantu S memandikan Donald2 padahal kamarnya sudah bau kotoran banget, lebih parah dari Donald1.

Saya menyesal kenapa saya tidak pernah belajar mencukur jenggot suami saya karena mencukur orang lain ternyata tidak gampang. Saya berusaha mencukur sebaik mungkin tapi tetap saja kurang bersih dan saya tidak sengaja membuat dagu Ray kena pisau cukur sampai berdarah setetes. Kata Petter mencukur tidak boleh terlalu ditekan nanti iritasi, tapi kalau tidak ditekan mencukurnya jadi tidak bersih. Sampai saya selesai mencukur Ray, Donald2 belum selesai dimandikan karena ternyata di pantatnya banyak borok. Kotoran kalau lama2 bersentuhan dengan kulit bisa menimbulkan iritasi dan lama2 jadi borok. Seram banget boroknya, sampai harus ditangani oleh perawat.

Kerjaan itu semua memakan waktu dari jam 8 sampai hampir jam 12 siang tanpa break. Akhirnya S bilang kami boleh break dan setelah itu boleh pulang kecuali kalau mau belajar lagi sampai jam 3. Setelah makan siang rutinitasnya adalah membawa resident ke toilet dan memberi minuman nutrisi. Saya memutuskan untuk lanjut sampai jam 3. Kali ini saya bersama carer yang lain bernama Lili karena S pulang jam 1. Bersama Lili saya membantu resident ke toilet yang ternyata cuma mengganti popok. Pertama kali kami menangani Ida, seorang nenek yang sudah tua sekali dan wajahnya mirip nenek sihir di Snow White yang memberi apel beracun. Ida sepertinya menderita bipolar disorder karena dia sering teriak2 marah..lalu menangis..lalu ketawa dalam waktu yang hampir bersamaan. Lili menyuruh saya menanggapi dengan santai dan cukup mengiyakan apa kata Ida.

O iya...satu lagi..Ida memakai colostomy bag karena dia buang air besar dari perut karena dia menderita kanker usus jadi usus besarnya dipotong. Baru kali ini saya melihat langsung ada lubang di perut untuk membuang kotoran. Colostomy bag Ida sering bocor karena dia suka iseng mengutak atik kantongnya sehingga baunya menyebar kemana2. Bentuk lubang di perut itu tidak semenyeramkan yang saya duga karena cuma seperti lubang pusar tapi tidak berkerut2 dan warnanya hitam. Kotoran bisa keluar dari lubang itu sewaktu2. Nah waktu mengganti colostomy bag itu sekalian mengganti bajunya, Ida mulai berteriak2 marah2, menangis dan ketawa. Kecantikan tetap penting untuk Ida karena dia minta rambutnya disisir dan diberi jepit rambut. Bahkan waktu dia minta dibawa ke ruang tv tempat para resident berkumpul, dia bertanya kepada saya apakah dia keliatan cantik.

Di ruang tv, berkumpul hampir semua resident. Ada yang cuma diam di kursi malas, ada yang masih bisa jalan2 dan ada yang ngoceh2 ga karuan. Yang paling lucu ada seorang kakek yang berteriak "Mother of Christmas!" waktu Ida lewat. Di siang hari waktunya memberi minuman nutrisi pada resident yang berupa jelly, yogurt, milo, susu, dll. Saya mendapat jatah memberi minuman ke tiga orang nenek dan ketiganya cuma bisa tidur doang. Bicara pun tidak jelas lagi.

Kesan saya di hari pertama kerja ini adalah saya lebih suka pekerjaan ini daripada motong sayur dan nyuci piring. Walaupun pekerjaan ini berat tapi benar kata teman sekelas saya di kursus. Ada kepuasan tersendiri setelah melihat resident yang kita tangani jadi bersih, rapi dan terawat. Sampai jumpa ke hari kedua kerja.

Wednesday, June 15, 2011

Ngapdet blog sebelum hilang

Judul postingan ini sebenernya gak masuk akal. Ini sama aja kayak bilang,
"Ayo cepet nulisnya sebelum tintanya habis," atau
"Digas aja motornya, keburu bensinnya habis,"
Tapi saya setuju sama omongannya Mas Pepeng, "mnrtku kehilangan blog itu ndak papa, di banding kehilangan semangat nulis di blog (ngeblog)"
Maka, saya pun ngeblog hari ini (tolong dikasih musiknya kalo pas Betmen lagi keluar sarang). Tretetetetet................

Beberapa hari yang lalu saya tulis status di facebook untuk minta pendapat teman2. Bukan. Bukan yang "Pengen pacaran lagi., udah lama jomblo nihhhh.. hikss..." karena itu bajakannya temen saya yang lagi nginep di kost (OK, meskipun status itu memang lebih banyak jempolnya. Ugh!). Saya tanya, "Kalau diberi kesempatan melakukan apa yang tidak biasa dilakukan, apa yang kamu ingin lakukan?" Saya dapet jawaban yang sangat gokil mulai dari makan durian sama durinya, makan bebek sama ekornya (ya iyalah), ngupil di depan Kim Jong Il sampai mau nari stiptease di klub homo eh klub malam (habis ada cowok yang bilang, pingin daftar miss universe).


Berikut jawaban Kristina yang dari dulu emang sudah tidak ragukan lagi ketidakwarasannya: 
Mau pake bikini trus jalan2 ke mall....mau mendua hati....mau jadi agen rahasia CIA...belajar kungfu meringankan tubuh...mo menarikan black swan...mau tamasya ke mars...mau jadi geisha...
Berikut jawaban Ferry Tjio temen SMU yang ehm... dulu kayaknya waras deh...sekarang? walahualam.
merampok world bank&the fed lalu membeli sebuah pulau&segera mendirikan negara sendiri. mau menerbangkan pesawat ulang alik tanpa pendamping, mau makan durian sekalian dengan durinya,, mau membunuh singa afrika &mengolahnya menjadi sate ato dendeng balado.
Makasih banyak deh pokoknya atas ide temen2. Setidaknya saya jadi eksis di fesbuk (korban ababil). Bagi yang idenya mulia seperti Vicky Laurentina:
Aku ingin minta direktur rumah sakitku supaya menuntut pasien-pasien Jamkesmas yang pakai SKTM palsu untuk membayar jasa medis karena mereka tidak berhak pura-pura miskin!
Ide saudara sudah saya sampekkan ke Pemkot Jateng #halah. Intinya sih saya ingin tahu apakah temen2 juga bangun pagi, gosok gigi, mandi pagi dan kerja seperti biasa setiap hari, tapi sebenarnya ada sesuatu yang beda yang benar-benar ingin dilakukan? Sebentar lagi saya akan ikut pra jabatan (masuk kamp konsentrasi selama 3 minggu. Kayaknya ide ngupil di depan Kim Jong Il bisa dicoba) untuk resmi jadi Pe eN eS. Saya jadi berpikir, apakah ini yang saya inginkan sebenarnya? Seperti teman-teman ketahui bahwa saya selama ini menjalani "jalur kehidupan alternatif" yang gak banyak ditempuh banyak orang (CV terlampir. Heish!). Saya menjadi dokter PTT di Ninia, lembah Baliem, Papua (yang gak ada sinyal blas dan diakses dengan pesawat baling2 saja) selama setahun, traveling penuh waktu (ya, saya termasuk pengelana dari gua hantu) selama setahun dan kerja sosial merawat anak cacat (gaji kecil, hidup sehat) selama setahun. Efek sampingnya adalah ketika temen2 seangkatan saya sudah mulai nyicil rumah, mobil dan punya anak 2, saya masih lajang dengan harta benda satu tas ransel saja. Mungkin banyak teman saya yang malah memimpikan punya kesempatan seperti saya (kayak Kristina tuh akhirnya terpengaruh dan jadi pergi ke Oz. Kamu ngefans aku kan Kris? Ngaku deh! #waham kebesaran) tapi sejujurnya, setelah melakukan itu semua, kembali ke 'kehidupan nyata' jadi tidak terlalu gampang, karena:
  1. Kita harus menyesuaikan diri lagi dengan lingkungan dan teman2 lama padahal sudah beberapa tahun kehilangan kontak yang intens dengan mereka
  2. Kita punya standar yang berbeda, tapi tetap merasa 'gagal' karena kita tidak punya apa yang umumnya orang lain punya
  3. Kita kekurangan lawan bicara yang mungkin punya cara pandang sama dengan kita
  4. Sulit untuk merasa tetap tertarik pada hal-hal yang monoton sementara kehidupan kita dulu begitu dinamis dan tidak pernah sama
  5. Kita merasa beda dan aneh kayak badak bercula satu ato kura-kura ninja turtles
Jadi itulah yang bikin saya mikir (meskipun otak jarang dipake) apakah jalan ini yang akan saya pilih? Saya suka sekali pada puisinya Robert Frost: The Road Not Taken. Harus diakui, orang yang punya pilihan adalah orang yang beruntung. Tapi juga orang yang bingung, he-he. Sampai pada suatu hari saya menerima surat penerimaan dari sekolah kedokteran tropis dan penyakit menular. Saya dulu memimpikan jadi anggota MSF (dokter lintas batas) kalo sudah besar nanti (halah sekarang aja udah tua kali). Tapi bagaimana mungkin, membaca saja aku sulit.

Akhirnya (biar blognya gak panjang) saya memutuskan....jreeeeeng: mungkin sudah jalan saya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa *tolong lagu Indonesia raya dan obat kege-eran disiapkan*. Jadilah saya akan belajar tentang penyakit menularnya orang miskin bulan September nanti dan....saya tidak tahu apa yang ada di depan saya nantinya. Saya akan tetep mengajar dan selebihnya, you'll never know what's round the corner. Dan lagi, saya tetap hanya membawa satu tas saja (menghayati apa yang dipelajari).

Jam

Sejujurnya, inilah Ria dan Kristina...

Ria dan Kristina, sama-sama punya ide-ide yang nggak masuk akal saking nggak bangetnya pikiran kami berdua. Obrolan kami ini, berkat kemajuan jaman dan menjamurnya aplikasi internet (hiduplah Indonesia Raya!), kami sekarang bisa tuangkan di blog. Dulu kami suka ngetik-ngetik pake mesin ketik manual di belakang kertas HVS A4 bekas fotokopian. Tapi tetep aja kami tidak berhenti menulis. Kata pepatah: setipis-tipisnya tinta masih lebih tajam dari ingatan manusia. Kata Pramoedya: menulis berarti memetakan sejarah. Halah, kalo tulisan kita mah sebenernya gak ada hubungannya ama sejarah. Cuma mengukirkan betapa masa muda kami ini sangat indah. Dan jelas nggak mutu isinya. Jadi, mending kalo sisa-sisa waktu dan pengen baca yang tidak terlalu berguna sajalah baru buka blog kami... Tapi apapun komentar, masukan dan pendapat teman-teman, semuanya adalah cendera mata yang indah buat kami...

Ria dan Kristina (hualah, koyok undangan penganten. Amit2 deh. Lesbong juga pilih-pilih ah...)

About Us

My photo
pindah2..tergantung mood, Indonesia
Sri Riyati Sugiarto (aka Ria) adalah cewek kelahiran limpung..(pinggiran kota Pekalongan)..habis sekolah di SMU St. Bernardus Pekalongan trus kuliah kedokteran di Undip Semarang..sementara Kristina Melani Budiman (aka Kristina) juga lahir di Pekalongan trus satu SMU ama Ria dan kuliah di Atma Jaya Jogjakarta. kami kenal di kelas 3 SMU tapi mo duduk bareng selalu ga bisa gara2 terlalu cerewet dan kalo duduk sebangku selalu bikin keributan karena hobinya menggosip jadi terpaksa sampai sekarang tidak pernah duduk bareng..untungnya kita ga satu kampus :p