Sunday, January 24, 2010

Nasib Digusur



Barusan baca tulisan di blognya Jessie jadi teringat kejadian yang kemarin2 dialami sendiri oleh keluargaku. Jadi uang berkuasa itu memang benar2 ada dimana2. Alkisah ortuku punya usaha jualan mie ayam di sebuah mall kecil di kota kelahiranku yang tidak tercinta, Pekalongan . Papi mamiku sudah jualan di sana selama kurang lebih 2 tahun. Hatiku gembira karena papi mamiku sudah tidak perlu disubsidi lagi karena jualannya sudah lumayan laku. Jadi aku sudah ga pusing lagi tiap gajian karena gajiku amblas entah kemana.


Namun tiba2 menjelang pernikahanku bulan November kemarin aku mendapat berita kalau ortuku hanya boleh jualan di mall itu (sebut saja namanya MC) sampai akhir bulan November. Selidik ga punya selidik, mall itu akan dibongkar karena ada supermarket besar dari negara seberang (sebut saja namanya C4) yang akan menyewa tempat itu. Jadi mall yang tadinya tidak terstandarisasi bangunannya harus dirombak supaya sesuai dengan standar C4. Pujasera di depan mall tempat ortuku jualan pun dibongkar.


Tadinya ortuku tenang2 saja karena kabarnya walaupun C4 akan dibuka di situ, pujasera tetap akan ada. Ortuku setiap beberapa minggu sekali berusaha mencari kepastian apakah masih bisa menyewa di situ atau tidak. Akhirnya bulan kemarin datanglah berita yang tidak menggembirakan itu. Kejadian sebenarnya ternyata mall MC itu bangkrut lalu dibeli oleh salah satu orang terkaya di Pekalongan. Kemudian C4 memutuskan untuk menyewa di situ sehingga mall MC dibongkar. Kabarnya akan ada kantin, namun kantin itu akan dikelola oleh C4 sendiri. Para penyewa pujasera tidak bisa lagi jualan di situ.


Inilah cerminan di negara kita. Orang yang punya modal gede akan mengalahkan orang2 yang kekurangan modal. Bukan cuma ortuku yang jadi korban tapi juga karyawan2 MC yang dipecat karena C4 kabarnya ga mau memakai lagi karyawan2 MC. Waktu hari2 terakhir ortuku jualan di situ para karyawan MC tiap hari demo karena diPHK dan pesangon tidak dibayarkan dengan semestinya....tapi mau demo sampai tahun baru monyet juga tidak ada hasilnya.....nasib oh nasib...

Thursday, January 21, 2010

Hak untuk Nge-gym

Terinspirasi oleh Mbak Fanda, mulai tahun baru kemarin saya mendaftarkan diri sebagai anggota Gym di hotel Horison karena biayanya lagi didiskon dan saya pikir ada bagusnya juga bisa menumpang mandi di kamar mandi bershower meskipun tidak ada sumur di ladang *yeah, hidup joko tingkir!*. Ini keanggotaan saya yang pertama. Dari dulu saya punya pikiran yang salah bahwa Gym itu cuman buat orang yang ingin membentuk tubuh jadi berotot (methekol2 kaya Arnold Swazeneger). Sementara dalam otak saya yang dulu ndeso dan polos kaya cah kangkung (sekarang sepertinya sih agak buthek dan berlumut kaya bak kamar mandi kos-kosan), buat apa mbayar untuk kerja? Kalau olah raga mendingan narik becak ato mikul atau macul karena mereka semua ototnya keker-keker. Malah dapet uang lagi. Tapi sekarang paradigma saya berubah. Nge-gym untuk sehat. Kita bayar untuk mendapat sarana olah raga yang nyaman, bukannya lari-lari di jalan kampung trus terperosok ke selokan yang ditumbuhin rumput tapi tidak ditutup karena kalo musim kemarau masih dipakai untuk cari kecebong.

Sebenernya untuk rajin berlatih ke gym bukan hal yang susah (iya kan Mbak Fanda?). Tapi entah kenapa tekad kuat setangguh baja saja sepertinya tidak cukup. Kelihatannya saya juga harus punya kemampuan sebagai pawang hujan. Soalnya, sebagai penunggang Kymco matic saya selalu saja pulang ke rumah dalam keadaan kaya baru kesiram air seember dari orang yang lagi berusaha ngusir kucing yang ngeong-ngeong di atap. Basah kuyup. Kalaupun pakai ponco, itu bukan berarti saya kering, paling cuma mengurangi sampai taraf kaos cuma lepek doang, nggak bisa diperas. Pernah waktu nyalon di Johny Andrean training senter (yang murah meriah dong ya, sekalian bantu anak-anak yang belajar jadi tukang salon) saya ditanyain,
"Mau diblow kering atau setengah kering?" Konon blow setengah kering ini berkesan sexy.
"Kering aja Mbak. Saya naik motor. Nanti sampe rumah juga bakal setengah kering,"

Apa hubungannya nge-gym dengan hujan? Anu, kalo ujan-ujanan ke tempat fitness dipercaya pulangnya bakal masuk angin. Apalagi kalo nge-gymnya masih pemula, bukannya keringetan malah kedinginan karena ruangannya berAC dan mabok karena bau keringet para gymers yang lain yang tubuhnya berkilat-kilat setelah sit up dan angkat beban(mungkin) sudah gopek kali.

OK, mungkin saya berlebihan. Kalo niat datang ke tempat fitness, panas terik hujan badai kita kan slalu berangkat, ya kan? Saya toh sudah berkomitmen sampe bayar keanggotaan langsung tiga bulan (dan berharap punya perut kaya Shakira, bisep kaya Madonna, betis kaya Hillary Swank di bulan Maret nanti). Menurut majalah wanita yang saya baca, punya temen yang sama-sama bertekad nge-gym baik efeknya untuk menjaga komitmen kita. Saya punya! Hari itu saya janjian untuk berangkat bareng, apapun yang dibilang oleh Mas prakiraan cuaca ataupun Badan Meteorologi dan Geofisika. Satu yang saya lupa, sialnya, adalah untuk isi bensin. Jarum penunjuknya udah merah dan tidak kehijau-hijauan lagi. Jadi, dalam kondisi mendung habis hujan rintik-rintik, saya pun tetap melaju buat fitness. Pertama saya jemput temen saya dulu karena kost-kostannya deket. Diketok, tidak ada jawaban. Ditelpon, tidak ada yang angkat. Usut punya usut, semalam dia jaga malam dan sekarang dia pasti sudah dalam kondisi koma pasca anestesi dalam. Karena komitmen saya jelas, saya harus tetap berlatih, dengan atau tanpa teman, saya pun melaju ke tempat latihan. Penanda bensin saya berkedip-kedip genit. Jadi kedua, saya ke pompa bensin terdekat. Alamak. Pom bensin itu disegel alias ditutup! Saya langsung curiga bahwa semua berkonspirasi untuk membuat saya batal nge-gym. Saya putar ke arah lain, mengingat-ingat dimana ada pompa bensin lain di Semarang. Karena hidup saya jarang bergulir diluar daerah Kariadi-kost2an, saya selalu bergantung penuh pada pom bensin yang satu ini dan jarang mikir untuk isi bensin di tempat lain. Akhirnya saya jadi muter-muter nggak jelas di Semarang, dengan sinyal bensin saya mulai merona merah manja. Saya akhirnya ingat satu tempat yang sebenernya tidak jauh juga, tapi nggak kepikiran aja. Saya tancap gas ke sana. Mohon diingat sodara-sodara, saat ini gerimis sudah jadi hujan dan ponco saya sudah kuyup karenanya.

Satu kilometer dari tempat yang saya tuju, motor saya membisu meskipun gasnya sudah saya putar kuat-kuat. Blaik! (Celaka!). Saya berhenti grak di tengah jalan, dengan mobil yang mengklakson-klakson bak paduan suara di belakang. Saya nyengir dan mendorong motor saya minggir. Sadar bahwa tuh motor mogok dan saya harus menggerakkannya dengan sumber tenaga manusia bukan fosil, klakson2 berhenti dan mobil memberi saya jalan. Ha! Saya jadi punya ide. Saya dorong motor saya sampe pom bensin yang cuma beberapa meter saja dari lampu lalu lintas. Jalan hujan, mobil dan motor pada mengantri di lampu merah, tapi mereka membiarkan cewek yang mendorong motor di tengah mereka lewat! Saya punya keistimewaan melebihi ambulans! Bahkan ketika saya menganggap lampu merah sebagai hiasan perempatan semata, polisi pun tidak menghentikan saya melenggang bebas sambil menenteng eh menggandeng Kymco saya. Saya merasa bisep dan betis saya cukup dilatih saat itu juga.

Seusai mengisi bensin, motor langsung saya gas kuat-kuat: Ngreeeng....klesek! Mati. Saya coba berulang-ulang. Tidak ada hasil. Kata orang motor saya "masuk angin". Walah. Motor juga bisa masuk angin ya? Lalu apa yang bisa saya lakukan? Dorong lagi sampe rumah? Kerokin? Bikin teh anget? Saya pun mengongkelnya. Iya, pake kaki kanan dan kaki kiri secara bergantian, biar nggak gede sebelah. Tangan tetap pada gas, memutar kuat-kuat. Ongkel secara ritmis: satu dua tiga yak! Ulang satu dua tiga...begitu seterusnya. Saya juga heran kenapa nggak ada yang memberitahu saya pada waktu itu kalau motor masuk angin itu cuman perlu ditunggu sebentar sampai bensinnya masuk ke mesin, baru distarter. Kenapa juga orang membiarkan saya ngongkel dengan penuh semangat setelah ndorong motor berhujan-hujan?

Sampai ke tempat fitness, parkirannya penuh. Untuk menjejalkan motor saya, saya harus mengangkat pantat motor sebelah saya yang miring. Memang ada satpam yang batuin sih, tapi saya pikir, kenapa menyia-nyiakan kesempatan untuk membesarkan otot sekaligus?

Jadi, setelah sebulan jadi member gym senter, latihan saya sih mulus-mulus saja. Memang, saya masih tetap basah kuyup atau minimal, seperti istilahnya Johnny Andrean training senter, "setengah kering". Tapi latihan yang sesungguhnya sebetulnya sudah terjadi ketika saya memutuskan untuk tetap datang berlatih. Apapun keadaannya.

Sunday, January 17, 2010

Iklan Terbaik Sepanjang Masa!

Saya suka sekali iklan. Bahkan pernah saya nonton tivi tapi justru sibuk mindah saluran begitu acaranya main. Soalnya kalo film kan bisa ditonton lewat DVD tapi iklan kan cuman bisa dilihat dari tivi. He. Lebay. Tapi sumprit saya pernah bengong nontonin iklan gara-gara lama tidak nonton tivi, terus waktu iklannya selesai dan acaranya main lagi saya baru inget kalau tadi sebenernya kebelet pipis. Intinya sih, iklan bisa jadi sumber hiburan selain Aneka Ria Safari dan Tek-tek Out. Terutama iklan yang selera humornya fantastis seperti gambar di atas. Sori kalau gambarnya gak jelas karena iklan tersebut dijepret dari baliho jalan Gajah Mada Semarang yang rame banget dan nggak ada tukang parkir yang berdedikasi pada tugasnya. Jadi untuk mendapat hasil yang jelas diperlukan: (1.) Kamera yang super keren lensa leica dan bisa zoom sampe ke pori-pori. (2.) Flash light yang bisa menerangi sampe jarak ratusan meter kalo perlu yang kayak mercusuar. (3.) Tukang foto yang berani mati atau minimal brani kesrempet motor yang meleng-meleng demi hasil fotografi yang memukau. Berhubung syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi jadilah foto yang agak-agak gelap kaya di atas dengan nomor telepon yang (herannya) lumayan jelas. Mohon jangan dihubungi kecuali anda benar-benar butuh makam yang menarik sekarang juga. Oya foto ini hasil jepretan Mas Wahyu, blogger yang waktu itu ke Semarang (jadi dia yang tidak memenuhi syarat-syarat fotografer National Semarangic, catet!) buat kopi darat. Makasih ya Mas, meskipun tuh CD kalo masuk ke macbook bukannya kebaca malah bisa digoncang keluar karna kekecilan^_^.

Kembali ke masalah iklan, ya betul, iklan ini menjual makam: "Lahan Makam Gratis!"

Saya ngerti sih kenapa orang jualan makam. Makam kan properti juga, bisa diperjualbelikan. Kalau orang bisa jual beli saham atau valuta asing yang gak keliatan wujudnya, kenapa nggak makam yang jelas kliatan, berwujud, nyata, solid, keras, nggak bisa digigit dan susah dibawa-bawa di saku? Itu jelas-jelas bukan benda abstrak, nggak bisa dicopy-paste lagi. Jadi nggak mungkin ada yang jualan e-makam. Masalahnya ya cara penyampaian iklan ini: dengan pita merah tulisan GRATIS dan cewek baju merah??? Kenapa nggak skalian dikasih dekorasi sampanye, bunga-bunga, mobil jaguar dan bonus liburan ke Bali untuk dua orang? Kalo iklan ini majang foto horkep (horor-horor bokep) si suster keramas menurut saya masih lebih masuk akal. Kematian=setan=horor. Jadi siapa yang mau dikasih hadiah makam gratis? Beli satu dapet satu (buat jaga-jaga)?

Saya jadi inget lelucon dari majalah yang saya baca. Seorang perempuan lewat paruh baya berulang tahun. Salah seorang kemenakannya memberi dia lahan makam di daerah elit yang keren dan mahal. Sang bibi bilang terima kasih. Tahun berikutnya dia mengadakan jamuan makan untuk merayakan ulang tahunnya dan si kemenakan diundang lagi. Kali ini dia tidak bawa hadiah apa-apa. Si bibi bertanya sambil bercanda, "Mana hadiah saya, kemenakanku yang eksekutif muda?" Si kemenakan menjawab, "Yang tahun kemarin saja belum dipakai kan, Bi?"

Iklan bisa bikin kita ngakak keras-keras, baik karena kelucuannya ataupun kelayakannya untuk diketawain. Banyak yang bilang iklan itu terlalu membombardir, mensugesti dan membentuk pikiran yang gak sehat. Nggak juga ah. Kalau iklan seperti di atas, orang beli makam juga akan senang seperti belanja tas ato sepatu di mall. Seperti kata lelucon Mesir, "The graveyard was so amazing and luxurious that he was looking forward to staying in it," Tahukah anda piramid itu begitu megah dan penuh harta karun? Makanya Firaun tidak sabar ingin cepat-cepat meninggal eh meninggali eh maksudnya tinggal. Itulah sebabnya saya suka iklan: mati pun bisa jadi prestigius.

Jam

Sejujurnya, inilah Ria dan Kristina...

Ria dan Kristina, sama-sama punya ide-ide yang nggak masuk akal saking nggak bangetnya pikiran kami berdua. Obrolan kami ini, berkat kemajuan jaman dan menjamurnya aplikasi internet (hiduplah Indonesia Raya!), kami sekarang bisa tuangkan di blog. Dulu kami suka ngetik-ngetik pake mesin ketik manual di belakang kertas HVS A4 bekas fotokopian. Tapi tetep aja kami tidak berhenti menulis. Kata pepatah: setipis-tipisnya tinta masih lebih tajam dari ingatan manusia. Kata Pramoedya: menulis berarti memetakan sejarah. Halah, kalo tulisan kita mah sebenernya gak ada hubungannya ama sejarah. Cuma mengukirkan betapa masa muda kami ini sangat indah. Dan jelas nggak mutu isinya. Jadi, mending kalo sisa-sisa waktu dan pengen baca yang tidak terlalu berguna sajalah baru buka blog kami... Tapi apapun komentar, masukan dan pendapat teman-teman, semuanya adalah cendera mata yang indah buat kami...

Ria dan Kristina (hualah, koyok undangan penganten. Amit2 deh. Lesbong juga pilih-pilih ah...)

About Us

My photo
pindah2..tergantung mood, Indonesia
Sri Riyati Sugiarto (aka Ria) adalah cewek kelahiran limpung..(pinggiran kota Pekalongan)..habis sekolah di SMU St. Bernardus Pekalongan trus kuliah kedokteran di Undip Semarang..sementara Kristina Melani Budiman (aka Kristina) juga lahir di Pekalongan trus satu SMU ama Ria dan kuliah di Atma Jaya Jogjakarta. kami kenal di kelas 3 SMU tapi mo duduk bareng selalu ga bisa gara2 terlalu cerewet dan kalo duduk sebangku selalu bikin keributan karena hobinya menggosip jadi terpaksa sampai sekarang tidak pernah duduk bareng..untungnya kita ga satu kampus :p