Monday, April 11, 2011

Senangnya Bisa Pinjam Buku Gratis

Sudah dua kali saya mengunjungi perpustakaan kota di sini yaitu di Frankston dan di St. Albans tempat saya tinggal sekarang. Keduanya amat sangat mendukung dalam mengurangi angka buta huruf dan buta internet karena fasilitasnya yang sangat lengkap. Anggota perpustakaan bisa meminjam buku, DVD film, majalah dan lain sebagainya secara gratis tis tis kecuali kalau telat atau hilang baru disuruh bayar. Bagi yang tidak ada komputer dan internet di rumah bisa memakai komputer di perpustakaan. Wifi gratis pun disediakan. Bagi yang membawa anak2 ada tempat khusus anak2 yang isinya buku2 anak dan tempat bermain anak.

Petter bergaya di Frankston Library
Sewaktu saya masih tinggal di kota Frankston, saya tidak bisa menjadi anggota perpus karena saya tidak berencana menetap di situ. Namun tetap saja saya bisa berkunjung ke situ untuk kongkow2 dan ngeprint CV (bayar lhooo). Kenapa ngeprint CV aja harus ke perpus? Karena saya jarang sekali menemukan tempat foto kopi di sini. Mungkin untuk mencegah pembajakan buku2 kuliah.

Sejak Sabtu kemarin saya pindah ke kota yang namanya St. Albans. Di sini banyak sekali orang Asia terutama Vietnam. Bahkan ada jalan yang isinya penuh toko2 Vietnam dan restoran Vietnam. Saya tadi pergi ke sana untuk belanja juga sering diajak ngomong Vietnam padahal muka saya kan mirip orang Korea (ngarep.com). Tadi saya belanja sekalian berkunjung ke perpus kota St. Albans yang kebetulan sejalan dengan toko2 Vietnam itu. Kenapa saya berbelanja di toko Vietnam? Karena saya di sini terpaksa masak sendiri secara lebih murah dan suami tidak suka makanan barat seperti pasta, pizza, dll. Hasilnya tadi saya masak nasi ayam hainan yang tidak begitu menggoda.
Nasi hainam buat orang diet

Artikel ini melenceng ke arah timur laut karena sebenarnya saya bukan mau membicarakan nasi ayam hainam tapi mau membicarakan perpustakaan kota yang sangat keyen karena walaupun saya ini pendatang tapi dipercaya buat jadi member perpustakaan cuma dengan menunjukkan paspor dan perjanjian sewa rumah. Setelah itu saya langsung dibuatin kartu dan boleh menikmati fasilitas perpustakaan sampai puas. Boleh pinjam buku sampai 30 dengan gratis tis tis tis..kecuali kalo telat harus bayar denda. Kalau misal sudah waktunya mengembalikan buku tapi saya tidak sempat, bisa telpon perpustakaannya supaya diberi tenggang waktu. Ya ampun...kenapa bisa begitu ya....enak banget. Ga usah sewa buku di taman bacaan TJ yang walaupun telat sehari tetap didenda padahal dulu saya pernah ngaku kalau telat walaupun karyawan taman bacaannya ga nyadar. Saya sudah jujur tapi tetap aja disuruh bayar denda (curcol).

Kartu perpus saya...gambarnya ga bisa dirotate...kenapa ya????
Saya sempat tanya ke teman saya di sini, apa tidak ada orang peminjam buku yang iseng menjual bukunya ke toko buku bekas gitu. Kata teman saya...tidak mungkin bisa menjual bukunya karena bukunya sudah dicap milik perpustakaan jadi kalau ada orang yang menjual buku ke toko buku bekas, orang toko bukunya bisa bilang, " Lho...ini kamu nyuri dari perpus ya?"

Alhasil saya bisa meminjam buku "Ransom My Heart" yang ditulis oleh Mia Thermopolis atas bantuan Meg Cabot. Siapakah si Mia? Hayo tebak, yang benar bisa dapat hadiah gelas diambil di kost Ria karena kalau ambil ke sini kejauhan.

Mia adalah tokoh di buku Meg Cabot yang judulnya The Princess Diaries yang sudah difilmkan itu lho. Mia gadis biasa yang rambutnya keriting dan susah diatur serta tidak terkenal cantik. Jadi rada aneh juga kalau di filmnya si Mia ini diperanin oleh Anne Hathaway yang pastinya semua orang bilang cantik apalagi kalau dibandingkan dengan si Jamilah. Di buku ke 9 or ke 10 itu Mia ceritanya sedang menulis buku karena impian Mia adalah menerbitkan novel karya dia sendiri. Saya cari2 di Gramedia belum ada. Makanya saya sangat gembira sekali sampai berkaca2 seperti Anne waktu mendapatkan baju lengan menggelembung saat menemukan buku ini ada di perpustakaan. Saya langsung meminjamnya walaupun di buku itu banyak kata2 yang saya tidak tahu artinya misalnya: feisty, pshaw, oblique, forshoot dan masih banyak lagi karena saya baca di kereta dan tidak membawa kamus serta google translate.

Tetap saja membaca buku Ransom My Heart tentang Finnula, seorang anak tukang giling yang menculik seorang ksatria bernama Hugo yang ngakunya bernama Hugh yang baru pulang dari Holy Land gara2 diasingkan ke sana karena merayu istri pemilik hotel. Finnula menculik Hugo untuk minta tebusan dan uang tebusannya itu akan digunakan untuk modal menikah kakak Finnula yang cantik tapi "dim witted" dimana dia menghabiskan seluruh tabungannya hasil dari kerja menjual ginger ale selama 6 bulan hanya untuk membeli sisir model terbaru (dari tanduk kerbau kali ya). Lebih parah lagi, si Mellana (kakak Finnula) ini MBA dengan seorang "troubadour" (apa lagi ini..mungkin sejenis pengamen ya) yang miskin dan bahkan baju ganti pun terbatas. Mellana terpaksa minta tolong Finnula untuk mencari uang dengan tidak halal. Nah segi romantisnya...nanti si Hugo tentu saja akan terpikat oleh Finnula yang pintar memanah (hati pria) ini. Saya juga belum tamat membacanya :p.

Inti dari tulisan ini adalah..saya sangat senang tidak usah keluar duit untuk menyewa buku di perpustakaan. Hidup gratisan!!!

mencari uang jatuh di rumput
 

Thursday, April 7, 2011

Gym dan Saya

Gym memang udah lumrah buat warga urban, tapi saya ikut ngegym bukan karena gaya hidup. Hanya karena lapangan olah raga di Semarang terlanjur kepenuhan sama anak ABG alay yang gemar nongkrong sambil ngemut es unyil dan makan cireng. Belom lagi tukang tambal ban dan mas-mas ojek yang bakalan suit-suit kalo liat cewek lari-lari di jalan sendirian. Ini bukan perumnas, Mbak!

Walhasil dengan berat hati saya bayar iuran gym di salah satu fitness center di Semarang (pelit banget sih, hehe). Setahun yang lalu saya rajin banget fitness karena saya semi pengangguran. Nggak serajin Koh Gopek sih ya, Mbak Fanda, yang konon sehari sit up 500 kali (makanya dipanggil Koh Gopek) tapi setidaknya seminggu bisa sampai 4-5 kali menyambangi alat cardio, angkat beban dan berenang (wow kesannya sporty sekaleee). Kesannya doang. Sebetulnya saya selalu bingung milih senam yang mana yang sesuai buat saya, secara tampang saya kayak cewek 20 tahunan tapi tingkat kebugaran kayak nenek-nenek 80 tahunan. Pernah pas ikut aerobik saya selalu ketinggalan minimal 8 hitungan, jadi pas saya akhirnya berhasil menirukan gerakan sang instruktur, gerakannya sudah ganti yang laen. Kalo sang instruktur pas kebetulan nengok ngeliat orang-orang yang ikut senam di belakangnya, pasti yang pertama dilihat adalah saya. Trus mikir,

"ini orang ikutin senam saya atau lagi kejang ayan ya?"

Oleh karena itu saya pilih yoga, yang instruksinya antara lain,

"tarik napas, hembuskan perlahan-lahan...tarik nafas, hembuskan perlahan-lahan...pejamkan mata...namaste,"

Irama yang beginilah yang kira-kira cocok dengan saya.

Tiap sore, sayangnya, fitness center ini penuh dengan MMG (mas-mas garing) yang berotot tapi jarang berotak dan orang-orang yang antri treadmill. Oleh karena itulah saya pilih untuk datang pagi saja berhubung jarang ada yang ngegym pagi-pagi di sini. Begitulah, saya suka datang jam 6-an dan dan fitness center hanya milik saya saja. Saya bebas makai alat apa saja, tidak ada MMG yang nanya-nanya basi, "Mau fitness mbak?" (ya iyalah, masak mau mancing?) dan yang lebih OKnya, bisa ganti saluran TV ke National Geographic acara "intrepid traveler" dan nonton petualangan di hutan amazon sembari menggenjot sepeda statis. Tapi tunggu! Beberapa orang lain datang untuk fitness pagi-pagi juga. Mereka adalah ibu-ibu yang kelihatannya memang nggak perlu ngantor jam 8. Pertamanya saya senyumin lah mereka secara saya adalah member yang ramah, baik hati dan tidak sombong, selalu membuang sampah pada tempatnya, tidak pipis sembarangan, serta mengamalkan Pancasila, UUD 45 dan dasa dharma Pramuka. Tapi mereka ternyata bukanlah makhluk yang tidak berbahaya, karena tiba-tiba mereka menyambar remote dan mengganti-ganti saluran. Saya paham kenapa mereka nggak sukak sama acara menjelajah hutan apalagi nggak ada subtitle-nya. Makanya saya bilang,

"Oya, ganti saja salurannya. Acara film atau musik, nggak masalah kok,"

Tapi apa nyana ketika mata mereka langsung menclok pada....jreng234567x.... infotainment! Saya mendengus. Saya betul-betul percaya infotainment merusak cara berpikir dan sistem saraf pusat sama seperti kecelakaan ringan jatuh dari pohon kelapa beberapa kali. Tunggu saja sampai ada penelitian yang membuktikan, tapi itu betul lho (tanyakan pada dokter anda).

"Apa saja asal jangan infotainment," pinta saya mengiba, "Infotainment bikin pusing,"

"Nggak ada acara yang lain kok Mbak. Kalo pagi begini acaranya infotainment semua, " jawab si ibu cuek. Saya melongo dengan alasan si ibu yang nggak masuk akal. Karena bahkan nenek-nenek bunting sekalipun juga tahu kalo TV kabel itu bisa cari saluran dari belahan dunia lain yang pas gak nayangin infotainment. Bukan berarti saya bunting sih, tapi saya tahu kalo mungkin CNN ato BBC tidak sedang menayangkan honeymoon-nya Kris Dayanti, melainkan serangan udara Nato di Libya.

"Kayaknya TV aljazair nggak ada infotainment deh Bu. Tadi saya sudah cek," sindir saya.

"Memang saya pengen nontonnya infotainment kok," akhirnya ibu itu ngaku juga, meskipun bukan berarti dia mau ngalah dikit buat saya. Meskipun kesal, saya akhirnya menyerah pada beberapa spesies ganas yang haus berita artis gak penting ini. Dalam hati saya menyumpahi acara TV yang gak mutu, yang ngumbar urusan orang dengan lebay dan nggak realistis, yang mencekoki orang dengan drama murahan yang bikin cewek lebih gampang panuan (gak ada hubungannya sih, tapi entah kenapa cewek yang hobi sinetron+infotainment suka kegatelan, apapun alasannya). Saya langsung mikir pantes aja MMG suka nggodain cewek dan merasa keren, pantes aja cewek2 yang suka bermanja-manja kliatan oke buat mereka, pantes saja pikiran orang2 ini cupet banget....sebenernya saya cuman lagi badmood karena kalah rebutan remote. Saya ceritakan semua dengan penuh kedongkolan ke adik saya Nono, yang ternyata tanpa argumen apapun langsung memberikan solusi cerdas,

"Kalo dateng duluan, ganti saluran yang kita suka dan masukkan remote-nya ke dalam loker,"

Ha! Itu JENIUS. Kenapa nggak kepikiran ya sama saya?

Masalah lain dari gym adalah ketika orang jadi peduli banget ama berat badan. Berhubung dulu saya kurus banget sampe nyaris kaya pengungsi dari Somalia, sekarang saya kemana-mana dibilang,

"Kok gendutan sih?" atau, "Wah Ria sekarang gemuk banget,"

Sampai-sampai kalo habis makan kenyang bukannya bersyukur malah depresi (halah lebay. Depresi pas harus bayar maksudnya). Nah saya punya solusi cerdas untuk itu. Supaya tidak merasa gemuk kita harus:
  1. Memakai baju yang tepat. Baju ukuran S atau yang pas badan tidak baik untuk kita. Pakai baju yang longgar atau yang modelnya bikin kita kliatan kurus. Bukan salah tubuh mengandung, salah baju yang memberi kesan!
  2. Jangan bergaul sama orang yang terlalu body-minded. Contohnya adalah para model, penari balet, artis, instruktur fitness atau penyanyi dangdut. Bergaullah dengan penyair, sastrawan, seniman, pemuka agama, PNS yang sudah hampir pensiun, bos perusahaan katering atau tukang jual bakso. Percayalah, mereka punya topik lain yang dibicarakan selain berat badan.
  3. Kalau ada rapat/arisan, duduklah sama ibu-ibu yang 50 tahun ke atas. Kalo nggak menang langsing yang setidaknya menang muda.
  4. Bilang bahwa cita-cita kita sebenarnya adalah memenangkan 'the biggest loser asia'
  5. Sering berenang. Di air badan kita terasa lebih ringan.
Eniwei, menurut saya ngegym bukan untuk bikin kita terobsesi sama bentuk tubuh. Nanti kita bisa kena anoreksia dan kelainan jiwa lainnya. Makan itu nikmat, sehat itu berkat. Trus jangan lupa kalo ngegym pagi-pagi, sembunyikan remote-nya!

Friday, April 1, 2011

Ada apa ya?

Seminggu yang lalu, saya dan suami minta saran dari host tempat kami nebeng saat ini (sebut saja namanya R) enaknya jalan2 kemana ya yang dekat, murah meriah hepi. Kami beli tiket yang bisa dipakai 5 kali weekend seharga 15 AUD dan bisa dipakai kemana saja naik train, trem maupun bus. Murah ya..jadi seharian cuma bayar 3 AUD (sekitar 25rb an rupiah lah) sudah bisa kemana2. Kata R ada suatu kota yang bagus..kota kuno gitu namanya Belgrave. Di sana bisa naik kereta namanya Puffing Billy, itu kereta kuno yang berjalan sekitar 25 kilometer mengitari bukit dan lembah..masuk ke hutan2 juga.
Gambar diambil dari sini. Asik ya kelihatannya. Kami memutuskan untuk pergi ke sana hari Sabtu waktu saya libur walaupun cuma tahu di sana ada Puffing Billy doang. Jadi teringat pengalaman masa lalu bersama Ria yang kita pergi ke Katong dan jadi terkatong2.

Dari kota Frankston tempat kami tinggal sekarang, perjalanan ke Belgrave memakan waktu sekitar 2 jam dan kami harus ganti kereta 2 kali. Perjalanan naik keretanya terasa lamaaa banget apalagi waktu hampir sampai kok lewatnya hutan2 gitu...trus melewati kota2 yang temboknya banyak coret2nya kaya film Rumble in the Bronx. Sempat mikir kok serem juga ya..

Kesan pertama sewaktu menginjakkan kaki di Stasiun Belgrave adalah..."Lho kok sepi....ada apa ya di sini?".
Belgrave train station
Kami sampai di Belgrave sekitar jam 3 sore dan ternyata sudah terlambat untuk naik Puffing Billy. Lagian ternyata mahal juga tiketnya sekitar 30 AUD. Secara kami baru bekerja belum ada sebulan jadi uang segitu worth it banget. Kami memutuskan tidak jadi naik Puffing Billy padahal sudah mupeng. Cuma terlaksana foto di depan papan Puffing Billy.
Seharusnya naik Puffing Billy sangat romantis
 Kota Belgrave ternyata sangat mencengangkan karena kelihatannya hiburan satu2nya adalah Puffing Billy itu. Kotanya berbukit2, jalannya naik turun seperti di Semarang bagian Jatingaleh itu lho. Jalan utamanya tidak begitu besar tapi saya senang karena saya teringat masa kecil di Pekalongan waktu masih sepi dan saya sering main di sawah. Di tengah bunderan, kami melihat ada papan penunjuk jalan menuju gereja Katolik jadi kami memutuskan pergi ke gereja karena sudah 3 minggu tidak pergi ke gereja. 


pusat kota yang sepi

belokan dari stasiun


gereja Katolik yang sepi

ternyata..hari Sabtu tak ada misa..kenapa oh kenapa..
 Sampai di gereja kok tidak ada orang di hari Sabtu padahal gereja saya dulu di Kristoforus Grogol selalu ada orang dan anjing gereja. Pastornya pun tinggal di situ. Tapi ini gereja kok sunyi sepi sendiri, sudah gitu hari Sabtu tidak ada misa, misa cuma hari Jumat dan Minggu. Sebagai perbandingan, gereja Kristo misa Sabtu sore 2 kali, minggu 5 kali. Gereja Pekalongan pun misa Sabtu sekali, Minggu 2 kali (kalau salah tolong dibenarkan). Saya dan suami pun terheran2..bahkan anjing gereja pun tak ada. Biasanya di gereja selalu ada anjing buat penjaga. Mungkin Belgrave sangat aman tentram gemah ripah loh jinawi ya jadi ga perlu ada anjing herder buat penjaga.
Bunderan kota yang mirip Simpang Lima
 Kami memutari daerah sekitar kota cuma makan waktu 1 jam setelah itu kami bingung mau ngapain. Rasanya kok sayang...perjalanan 2 jam masa cuma 1 jam di situ. Akhirnya kami pun mencari tempat makan yang enak, banyak dan murah..apakah ada? Setelah berjalan bolak balik kami menemukan tempat makan idaman yaitu...jreng 8 kali saja....pizza murah..yang cuma bisa take away..ga bisa makan di situ. Mungkin untuk efisiensi biaya. Ga perlu sewa tempat lebih gede, ga perlu cleaning service juga.


chef dari Italia asli
 Mula2 kami ragu2 mau beli karena sepertinya muka chefnya serem tapi ternyata dia sangat ramah. Sepertinya dia asli dari Italia karena saya dipanggil "senorita" (kalo ga salah denger). Senorita itu bahasa Italia bukan ya?
Katanya gelatto asli Italia tapi ternyata made in Australia
 Saya tadinya membayangkan gelatto asli itu bentuknya tidak dalam cup seperti di atas..tapi pakai cone dan melingkar2 seperti es krim KFC yang harganya goceng. Ternyata tidak sesuai bayangan saya. Tapi tak apalah namanya juga usaha.
Ini baru pizza

Menikmati pizza di kereta bersama Gilbert
Pizzanya seharga 6.9 AUD atau sekitar 60 ribuan ini enak banget. Rotinya tipis dan isinya banyak. Kebalikan dari pizza yang itu itu lho yang rotinya tebel banget tapi toppingnya sedikit sampai kalau beli pizza seafood belum tentu setiap orang dapat udangnya. 


Perjalanan ke Belgrave ini akhirnya diakhiri dengan makan pizza di dalam kereta.


The End

Jam

Sejujurnya, inilah Ria dan Kristina...

Ria dan Kristina, sama-sama punya ide-ide yang nggak masuk akal saking nggak bangetnya pikiran kami berdua. Obrolan kami ini, berkat kemajuan jaman dan menjamurnya aplikasi internet (hiduplah Indonesia Raya!), kami sekarang bisa tuangkan di blog. Dulu kami suka ngetik-ngetik pake mesin ketik manual di belakang kertas HVS A4 bekas fotokopian. Tapi tetep aja kami tidak berhenti menulis. Kata pepatah: setipis-tipisnya tinta masih lebih tajam dari ingatan manusia. Kata Pramoedya: menulis berarti memetakan sejarah. Halah, kalo tulisan kita mah sebenernya gak ada hubungannya ama sejarah. Cuma mengukirkan betapa masa muda kami ini sangat indah. Dan jelas nggak mutu isinya. Jadi, mending kalo sisa-sisa waktu dan pengen baca yang tidak terlalu berguna sajalah baru buka blog kami... Tapi apapun komentar, masukan dan pendapat teman-teman, semuanya adalah cendera mata yang indah buat kami...

Ria dan Kristina (hualah, koyok undangan penganten. Amit2 deh. Lesbong juga pilih-pilih ah...)

About Us

My photo
pindah2..tergantung mood, Indonesia
Sri Riyati Sugiarto (aka Ria) adalah cewek kelahiran limpung..(pinggiran kota Pekalongan)..habis sekolah di SMU St. Bernardus Pekalongan trus kuliah kedokteran di Undip Semarang..sementara Kristina Melani Budiman (aka Kristina) juga lahir di Pekalongan trus satu SMU ama Ria dan kuliah di Atma Jaya Jogjakarta. kami kenal di kelas 3 SMU tapi mo duduk bareng selalu ga bisa gara2 terlalu cerewet dan kalo duduk sebangku selalu bikin keributan karena hobinya menggosip jadi terpaksa sampai sekarang tidak pernah duduk bareng..untungnya kita ga satu kampus :p