Monday, March 30, 2009

Winnie-The-Pooh, oleh A. A. Milne


I am a Bear of Very Little Brain, and long words bother me.A. A. Milne (1882 - 1956), Winnie-the-Pooh
Kristina bilang aku ini aliran pluralis. Aku tidak tahu apa artinya, tapi yang jelas faktanya aku sama sekali bukan. Aku suka sekali baca buku anak-anak. Serius. Buku favoritku adalah Pangeran Kecil (Le Petit Prince) oleh Antoine de Saint Exupéry. Aku membaca nyaris semua bukunya Road Dahl, sekarang aku sedang menyelesaikan Alice in Wonderland dan sebelum tidur, aku baca satu bab dari buku Winnie-The-Pooh. Aku bahkan membaca ulang (kayaknya sudah lebih dari 10 kali, berhubung ceritanya lebih pendek dari puisinya Taufik Ismail "Karangan Bunga") buku "A Very Hungry Caterpillar" tentang ulat yang makan terus sampai sakit perut, tapi tidur lama sebelum jadi kupu-kupu. Buku ini ukuran hurupnya besar-besar, mungkin kalau dibandingkan dengan tes hurupnya dokter mata itu hurup E yang paling atas, jadi singkat kata, kita bisa baca buku ini dari jarak 1 meter tanpa kesulitan membedakan B atau P (nggak singkat deh kayaknya). Perhatian: ini adalah buku untuk anak pre-school yang masih bingung apa bedanya kerbau sama sapi (sapi kulitnya tidak pernah kencang, meskipun gemuk, sedangkan kerbau kulitnya selalu kencang, meskipun kurus-FYI). Jadi apa dasarnya aku dibilang aliran pluralis? (apa sih artinya pluralis? Alis lancip ya?). Oya, tambahan lagi, waktu aku SMU aku penggemar setia komiknya Yu Asagiri dan penggila Doraemon, termasuk yang seri petualangan. Jadi kenapa aku suka Ronggeng Dukuh Paruk-nya Ahmad Tohari? Alasannya sederhana: karena tokoh utamanya cewek ndeso yang cantik bernama Sri. Nah kan, ini aku yang lagi jualan jujur kacang ijo. Kalau ada tokoh novel yang namanya Kristina, taruhan deh, dia juga bakalan dijadikan novel favoritnya sepanjang masa!

Winnie The Pooh jadi terkenal karena Disney mengangkat kisahnya ke televisi dan menjadikan tokoh-tokoh di dalamnya sebagai karakter Disney. Tidak heran kalau 'perkenalan'ku dengan Pooh adalah karena jaket mandi bergambar beruang Pooh sedang terbang pakai balon (pastinya palsu, bukan merk Disney, dan kainnya tipis banget jadi kalo lupa bawa handuk percuma, tetep basah juga). Lalu pas aku masih SMU aku menempel hiasan dinding dari gabus bergambar Winnie The Pooh yang sedang makan madu. Hiasan dinding ini murah banget, karena beli di penjual emperan di Jogja. Rencana semula, mau dijual ke anak kost yang lain. Tapi karena nggak ada yang beli, aku tempel sendiri di kamarku. Ternyata benar, ada harga ada kualitas. Hiasan ini nggak mau nempel dengan baik di dinding karena lemnya murahan jadi jatuh terus. Suatu saat aku pakai lem UHU banyak-banyak dan akhirnya nempel juga. Tapi apa mau dikata, pas aku tidur hiasan ini jatuh dan menimpa kepalaku yang sedang mimpi dikencani cowok basket (hehe). Untung saja hiasan dinding ini dari gabus, coba kalau dari besi, pasti aku sudah gegar otak.

Intinya, aku cuma ingin bilang bahwa Winnie The Pooh bukanlah sekedar kartun anak-anak yang tidak bisa dinikmati orang dewasa. Kalau dilihat lebih jauh, kata-kata dalam buku A.A. Milne (aku tidak tahu singkatan dari apa A. A. itu, tapi pastinya kalau di kelas si Milne ini absennya bakal paling atas karena namanya dobel A) ini sangat bijaksana, pintar, sekaligus sederhana dan lucu. Menurutku sih, sebab selera humorku tergolong aneh (kalau tidak bisa dibilang jayus). Adalah Christopher Robin, anak laki-laki dalam cerita ini, yang dalam waktu singkat bakal jadi "pahlawan" bagi dunia kecil si Winnie-The-Pooh. Tidak ada yang istimewa dalam karakter Christopher, kecuali bahwa dia satu-satunya tokoh manusia. Lalu si Edward beruang, yang kemudian dinamai Winnie (dia-lah yang sedang kita bicarakan). Winnie adalah beruang dengan pikiran paling sederhana di muka bumi. Mungkin kalau dibandingkan dengan tokoh kartun yang lain, dia seperti Homer Simpson, dan dunia bakalan lebih baik kalau semua orang berpikiran sesederhana mereka. Piglet, hewan tidak jelas yang kecil tapi banyak peranannya, sama seperti bakteri dan plankton, yang kecil tapi membentuk sumber energi utama dari rantai makanan (apaan coba). Owl, tokoh yang tidak banyak bekerja tapi banyak bicara dengan kata-kata sulit supaya dianggap bijaksana. Rabbit-dengan teman-teman dan sanak saudaranya- adalah tokoh yang tidak pernah belajar dari buku tapi tahu tentang banyak hal. Dialah yang selalu tahu bagaimana membuat rencana yang pintar. Kanga dan Baby Roo, adalah tokoh yang "biasa-biasa saja" tapi karena saking biasanya, mereka justru jadi istimewa (di dunia yang tidak biasa). Eeyore, keledai pesimistis yang mewakili semua orang yang berpikiran negatif dan selalu menemukan alasan untuk mengeluh. Itulah dunia Winnie-The-Pooh. Kenapa mereka membuat aku kagum seperti anak umur sembilan tahun? Lupakan kartun Disney tentang Tigger (di buku pertama Winnie belum ada tokoh Tigger, jadi aku cuma tahu tentang dia dari filmnya Disney, tidak menarik). Winnie-The-Pah-Poh (dulu aku juga mikir ini cuma kartun anak-anak yang wagu) jauh lebih dari sekedar macan yang melompat-lompat pake ekor, tapi tentang berpikir sederhana dan menikmati hidup yang indah, dari mata anak-anak.

Beberapa kutipan favoritku:
  1. "My spelling is Wobbly. It's good spelling but it Wobbles, and the letters get in the wrong places,"
  2. "We're going to discover the North Pole," "Oh!" said Pooh again. "What is the North Pole?" he asked. "It' just a thing you discover,"
  3. "When you wake up in the morning Pooh," said Piglet at last, "What's the first thing you say to yourself?" "What's for breakfast?" said Pooh. "What do you say, Piglet?" "I say, I wonder what's going to happen exciting to-day?" said Piglet. Pooh nodded thoughtfully. "It's the same thing," he said.

Saturday, March 21, 2009

Jatuh Cinta

"Words, Carravagio. They have a power," -Michael Ondaatje, The English Patient.

Ada orang yang suka memainkan alat musik. Ada orang yang suka menari. Ada orang yang gemar melukis. Ada orang yang tergila-gila pada komputer dan teknologi. Ada yang suka pada alam, ada yang mengamati bintang-bintang. Ada yang senang menghibur orang lain atau memecahkan teka-teki. Aku? Sejak aku bisa membaca, aku jatuh cinta pada kata-kata.

Seingatku, aku tidak pernah membaca lebih cepat dari orang lain. Waktu belajar membaca dulu, aku selalu mengeja keras-keras sampai tidak tahu artinya: membaca dalam hati. Sampai aku kuliah pun, kebiasan membaca sambil mulut sedikit komat-kamit masih terbawa. Jadi jelas bahwa aku bukannya orang yang 'melek buku' atau 'kutu buku', tapi sekedar orang yang menemukan dunianya sendiri waktu membaca buku. Waktu aku masih SD aku selalu menunggu hari Kamis, yaitu waktu majalah Bobo terbit. Aku selalu membaca semua cerpen dan dongengnya, sampai katam dalam sehari (bukan karena kecepatan membaca tapi karena nggak main ding dong sampai majalahnya habis), dan aku tahu persis kalau ceritanya diulang (cuma diganti ilustrasinya) karena aku ingat semua ceritanya. Aku paling suka pelajaran mengarang. Menurutku ini adalah hiburan. Bayangkan saja, kalau ujian kita harus memilih jawaban A, B, C atau D, yang mana cuma satu jawaban yang benar, jadi kita harus menebak (atau membaca pikiran si pembuat soal) untuk memilih jawaban yang benar. Betapa frustrasinya! Sedangkan mengarang, kita punya selembar halaman kosong. Kita bisa mengisinya dengan apapun yang terlintas di kepala kita, ide-ide kita, dan suara kita didengar oleh orang lain lewat tulisan. Tidak ada jawaban yang salah. Kemungkinannya tidak terbatas pada A,B C atau D. Betapa bebasnya! Dan ini yang paling menyenangkan: kita dapat tambahan nilai untuk ini^_^.

Aku termasuk orang yang aneh. Kadang-kadang, jadi orang yang tidak biasa itu tidak terlalu gampang. Orang akan mengernyitkan dahi atau tertawa mengejek. Inilah gunanya aku menulis: aku bisa jadi seaneh-anehnya tanpa harus melihat apa yang dipikirkan orang lain. Aku punya buku harian dan aku menuliskan semua pikiranku di dalamnya, dari yang jayus sampai yang paling gak masuk akal. Buku harianku tidak pernah menilai. Dia diam saja dan 'mendengarkan'. Dari sini aku bisa memikirkan persoalanku dan pendapatku secara lebih tenang dan tidak dipengaruhi pendapat orang lain. Beginilah cara kata-kata bekerja dalam keseharianku.

Orang bilang, buku yang baik adalah teman sejati. Aku lumayan setuju. Kalau kita membaca buku, penulis buku itu sedang berbagi pikiran dengan kita, jadi seolah-olah ada yang mengajak kita 'bicara'. Kita jadi tahu bagaimana si penulis berpikir dan membuka 'jendela' di kepala kita sehingga kita bisa melongok ke luar dan melihat hal-hal yang sama sekali baru. Ini sangat membantu terutama kalau kita sedang sendirian, bosan, dalam perjalanan atau menunggu, atau sekedar berada di tempat aneh dimana tidak seorang pun bakal bicara dengan kita. Dengan kata lain,buku seperti pintu untuk 'melompat keluar' dan berada di tempat lain yang lebih menarik untuk dikunjungi.

Kata-kata selalu membuatku terkagum-kagum. Aku menuliskan puisi Desiderata karya Marx Ehrmann, orang Jerman, di atas wastafelku jadi sekarang aku hapal karena bisa melirik-lirik tiap kali gosok gigi atau buang ingus (atau sekedar ngupil dengan tenang). Puisi ini membuatku merasa lega di kala aku sedih atau merasa kesepian. Lalu lirik lagunya Casting Crowns, Who Am I, mengingatkan aku banyak hal yang seringkali aku lupa. Aku suka sekali kutipan kata-kata orang lain yang kadang tidak selalu bijak, tapi sekedar penuh humor. "If we can send a man to the moon, why don't we send them all?" atau "My wife is doing Pilates, I think that's his name," dan kata-kata ini membuat aku tertawa meskipun hidupku sendiri sedang tidak lucu.

Jadi, aku bersyukur dulu diajari membaca. Aku merasa duniaku pasti sangat sempit andaikata aku buta huruf. Ada orang yang merasa tidak bisa hidup tanpa musik, tanpa kopi, tanpa kentut di pagi hari. Aku? Aku jatuh cinta pada kata-kata. Sampai sekarang.

Sunday, March 15, 2009

Halo, pada kangen kah? (ini logat Papua)

Buat teman-teman (terutama Kristina) pembaca setia blogku yang gak mutu, aku baik-baik saja. Kata Sue Monk Kidd di bukunya "The Mermaid Chair", orang yang berani menuliskan keadaan yang sebenarnya artinya sudah melalui keadaan itu dengan baik. Ya semoga saja kasusku juga begitu.

Dua minggu yang lalu, si Kucel (bagi yang tidak tahu itu siapa, silahkan baca postingan sebelumnya) bilang padaku kalau dia baru-baru ini saja suka sama cewek lain. Walopun kita nggak pernah pacaran, kenyataan bahwa dia datang untuk bicara adalah bukti bahwa dia tahu kita lebih dari teman. Karena sejak bulan September tahun lalu dia juga yang selalu datang, ini berarti kita bukan bertepuk sebelah tangan apalagi sebelah kaki. Sampai sekarang aku tidak paham kenapa ceritanya jadi begini. Setahuku kalo di film drama Korea itu (kesenenganmu Kris) kayaknya kalo pasangan yang tarik ulur pasti lama-lama jadian di episode belakangan, misalnya di CD ke-44 (biar yang nonton ngikutin terus). Lhah ini belum ada kejadian apa-apa malah sudah ada tokoh lain terus tiba-tiba jadian sama Kucel. Jadi aku bingung selama ini maksudnya gimana (dan aku dikontrak berapa episode sih? hehe) tapi memang secara wajar aku jadi sedih-sedih dan tiba-tiba nggak peduli lagi pada korban gempa bumi di Afrika (emangnya biasanya gimana sih) pokoknya merasa jadi orang paling malang sedunia. Aku jadi males nulis blog (ini gejala gangguan pikiran yang serius bagi aku, beneran lho), males ketemu orang, males kerja dan males nyuci/nyetrika baju (dari dulu sih^_^). Pokoknya aku patah hati dan tiba-tiba saja di kamarku selalu penuh dengan lagunya Meggi Z, mulai dari jatuh bangun, sakit gigi, usah di kejar lagi, hati yang luka, dsb. Kalo mau tahu lagunya coba buka you tube-nya Bang Meggi. Lumayan bagus kok lama-lama (highly recommended).

Intinya aku merasa diperlakukan tidak adil, sudah hubungan kita gak jelas selama 6 bulan trus berakhirnya cuman karena dia jadian sama cewek lain. Aku langsung banting cangkir lah ya (Kris cangkirnya itu dari IKEA, jadi murah, belinya lusinan, dan sumprit yang aku banting itu udah agak retak sedikit). Btw, waktu itu aku malah agak merasa keren karena biasanya aku terlalu takut berekspresi dan bukan orang yang agresif. Aku waktu itu tidak tahu harus bagaimana. Aku pingin melakukan yang benar; memaafkan dan melepaskan, tapi rasa tidak terima, marah, sedih, ego yang terluka dsb itu susah dilawan. Apalagi cewek yang dia pilih itu bukan orang yang simpatik. Cewek Jerman ini pekerja baru di komunitas kita, baru datang akhir Januari kemarin dan dia sudah berhasil menggaet cassanova di tempat kerja kita, cowok Brazil yang lumayan cute dan doyan surfing (di laut, bukan di internet, emangnya aku). Tapi sifat si cowok Brazil ini suka mengencani banyak cewek. Kesannya sih dia orang yang merasa paling OK dan keren di sini, lagian dia sudah kerja di tempat yang sama selama 6 tahun (sebagai relawan!) jadi dia bisa memacari cewek yang beda-beda tiap tahun. Kalau baru kenal sepintas memang cowok Brazil ini kelihatan menarik: tinggi, cool, pinter dansa, Inggrisnya bagus dan PeDe abis. Tapi bagi aku dia terlalu sombong. Intinya, cowok Brazil ini cukup populer, tapi dia juga selalu gonta-ganti cewek. Nah si cewek jerman ini pertamanya langsung tertarik sama dia. Begitu tahu dia digilir ama cewek lain dia tinggalin si cowok Brazil ini. Trus, baru awal bulan Maret ini, dia mendekati Kucel dan langsung jadian! Aku tidak habis pikir, bagaimana mungkin Kucel bisa suka sama cewek yang bisa naksir juga sama si cowok Brazil dengan gampangnya. Kucel jelas-jelas orang yang berbeda: low profile, down to earth, doyan macul, dan tidak pernah mencari perhatian. Dia tipe orang yang bisa menghilang dan muncul tiba-tiba kaya penampakannya Harry Pantja. Usut punya usut cewek ini memang punya banyak kemiripan sama Kucel: suka main-main kaya anak-anak; dari gulat sampai trampolin, suka jalan/lari malam-malam, panjat pohon, berenang di danau yang dingin banget dan tidur di kandang beralaskan jerami. Jadi wajar saja kalau Kucel merasa menemukan separo dirinya. Sedangkan aku jelas-jelas beda, hobiku baca buku, nonton teater, nonton film dan makan. Aku bakal kehabisan napas kaya orang sekarat cuman lari selama 10 menit. Aku bisa tidur di jerami di Papua, tapi jelas nggak mungkin kalau aku punya kamar dengan selimut listrik trus pindah tidur ke kandang kuda. Aku dan Kucel sangat berbeda dalam hal apa yang kita suka. Mungkin cewek ini betul-betul cocok dengan dia. Tapi aku punya alasan yang berbeda untuk suka sama Kucel. Kucel tidak pernah main-main buat sekedar dapat cewek, dia punya pendirian dan percaya pada keyakinannya, Kucel sopan, tidak pernah pamer tingkah dan yang terpenting, Kucel peduli sama perasaan orang lain. Semua ini yang aku rasa beda dengan cewek jerman ini. Dia selalu cuma tertawa keras-keras ketika orang lain mengernyitkan dahi, dia tidak meminta maaf kalau tidak sengaja menyenggol orang lain, dia memberi komentar negatif begitu saja. Sejujurnya aku tidak pernah memperhatikan dia. Dia cuman orang yang pertama kali tanya ada hubungan apa aku dengan Kucel bulan Februari lalu, dan ini bikin aku cukup kaget (kita tidak pernah kelihatan bareng di tempat kerja). Jadi, aku merasa dia sudah memperhatikan kami sebelumnya. Aku tidak mau berpikir terlalu banyak apalagi mengumpulkan poin-poin buruk sekedar untuk membuat cewek ini kelihatan jahat seperti tokoh ibu tiri dalam sinetron. Aku tidak kenal dia (dia baru sebulan lebih berada di sini) dan aku tidak ada hak untuk menilai. Aku cuma kecewa bahwa Kucel yang aku kagumi karena keteguhan pendiriannya buat tidak pacaran untuk 'mengembangkan dirinya dulu' sekarang sudah tidak ada lagi. Seberapapun miripnya cewek ini dengan dia, Kucel belum punya waktu untuk betul-betul kenal dia. Apalagi cewek ini baru 'pindah tangan' dari si cowok Brazil. Atau mungkin ini semua cuma rasionalisasiku karena aku patah hati. Tapi serius deh, emangnya bisa membangun hubungan yang sehat berdasarkan perasaan yang mengharu-biru selama 4 (empat) hari? Tapi itu bukan urusanku. Keputusan dia adalah tanggung jawab dia. Tanggung jawabku adalah mengurus perasaanku sendiri dan melakukan yang terbaik buat saat ini.

Kadang, meskipun keputusanku tepat: keadaan ini tidak ada hubungannya denganku, lanjutkan saja hidupku sendiri. Tapi namanya ego dan perasaan susah dikendalikan. Ada kata-kata bijak: orang yang mengendalikan dirinya sama seperti orang yang mengalahkan kota. Aku jadi paham artinya, karena keinginanku waktu itu adalah membanting semua cangkir di IKEA. Hehe. Nggak ding. Pokoknya marah, sedih dan kecewa, padahal aku masih harus kerja di tempat yang sama dan masih harus berhubungan dengan orang-orang lain. Ada beberapa kemungkinan saat ini yang kelihatannya membantu tapi sebetulnya tidak:
1. Mengencani cowok lain. Bukan untuk bikin Kucel cemburu, tapi sekedar untuk mengalihkan perasaan (istilahnya Bang Meggi: pelipur lara). Ini cara tergampang, apalagi kalau kita tahu ada orang lain yang naksir kita juga. Tapi ini tidak benar. Tidak adil bagi cowok lain itu cuma sebagai pelarian. Lagipula, kita harus mengatasi perasaan kita sendiri. Menghindari masalah cuma akan mendatangkan masalah lain di kemudian hari.
2. Membayangkan bahwa Kucel akhirnya sadar bahwa cewek ini tidak baik dan malah membuka pikirannya bahwa selama ini akulah cewek yang dia cari. Klasik banget. Aku membayangkan ini selama ribuan kali. Menghibur tapi tidak membantu. Setiap kali aku melihat Kucel atau cewek ini, perasaan "masih mengharap" justru membuat keadaan lebih parah.
3. Mencari dan mendata kelemahan Kucel dan berusaha berpikir bahwa aku toh tidak benar-benar suka dia, karena cowok yang aku suka harusnya punya kualitas ini itu dan bukan Kucel. Ini kelihatannya sangat baik, karena selain bikin kita ilfil sama Kucel juga kita jadi optimis sama diri kita sendiri. Kepedean meningkat. Tapi ini tidak membantu juga. Pada dasarnya, kalau kita suka sama seseorang, kita menerima kelemahannya dan seberapapun kita berusaha mengingat-ingat kejelekannya, tidak menghilangkan kenyataan bahwa kita tetap mengaguminya. Berikut kekurangannya. Karena inilah yang membuat dia a complete human being.

Jadi, harusnya bagaimana? Aku juga mikir lama banget buat jawab pertanyaan ini, sementara hari jalan terus. Kerja, makan, tidur, mandi rasanya seperti siksaan (Bang Meggy betul-betul mengerti perasaanku, lebih baik sakit gigi atau pilek sebulan). Aku, yang gak pernah olah raga dengan alasan trauma masa SMU yang takut sama bola, tiba-tiba pingin lari. Berlari, berlari, hingga hilang pedih peri. Hehe. Aku benar-benar lari, waktu itu dingin berangin dan aku sudah mengalami gangguan makan tidur selama hampir 5 hari. Aku lari sampai berhenti di rumput, jatuh duduk dan terengah-engah rasanya susah bernapas lagi. Tiba-tiba ada laki-laki yang sedang bawa anjingnya jalan-jalan melintas. Dia melihat aku, senyum dan bilang, "Shit happens," dan berlalu begitu saja. Aku jadi bengong kaya kena kejang ayan. Kedengarannya tidak masuk akal, tapi perasaanku membaik. Aku pulang, berdoa dan bilang terima kasih sama yang menciptakan bunga, anjing, bebek, kelinci dan burung onta^_^.

Aku kembali kerja secara normal. Memang masih terasa berat kalau aku lihat Kucel apalagi sama-sama cewek ini, yang jelas-jelas nggak punya rasa peduli (oh ya, pas hari Minggu aku 'nangkep basah' cewek ini mandangin aku, padahal jelas-jelas aku duduk di belakang deretan bangku lain dari tempat duduk dia! Aneh banget kan? -hehe, ini minta suporter dari pembaca blog sekalian, ayo pilih dukung Ria-hahaha). Tapi aku tidak lagi sedih-sedih apalagi mengasihani diri sendiri. Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi dan tidak pernah tahu apa yang bakal terjadi. Yang kelihatan sekarang memang tidak menyenangkan, tapi hidup memang tidak selalu mulus kan? (kata orang itu, shit happens). Aku syukuri saja apa yang terjadi. Aku tidak berharap apa-apa lagi. Aku tidak berkhayal lagi apa yang bakal aku ucapin kalo Kucel minta aku balik atau kalau aku ketemu cowok keren kaya Mr. Darcy di novelnya Jane Austen. Aku cukup bangga bahwa aku sudah melakukan yang benar, tetap berjalan lurus dan tidak marah-marah atau mencari pelampiasan. Sisanya, biarlah itu jadi kejutan. Aku boleh menangis kadang-kadang kalau sedih, tapi aku tidak pernah lagi berusaha berpikir apakah keputusan Kucel memacari cewek ini benar atau salah. Yang aku pikirkan apakah yang aku lakukan sendiri sudah benar. Aku mengisi waktu luangku dengan baca buku (seperti biasa) dan nulis blog lagi (aha!). Seperti yang aku bilang sebelumnya, yang terpenting bukan chek point-nya, tapi perjalanannya. Apapun yang ada itu bagus adanya (meskipun aku kebanyakan nggak ngerti bagusnya dimana).

Minggu ini ketika cuaca cerah aku pergi ke luar rumah dan melihat bunga-bunga yang muncul di awal musim semi. Strive to be happy, kata puisi Desiderata, karena kebahagiaan itu pilihan. Aku memilih untuk percaya bahwa sesuatu yang bagus bakal terjadi, itu sama pastinya dengan perputaran bumi, pergantian cuaca dan datangnya musim yang baru =D.

Monday, March 2, 2009

Waiting

I always hate waiting. Waiting is the most horrible thing for me. Waiting too long will make me angry, hungry,crazy, etc. But there always be a chance that I must wait something or someone everyday such as:
  1. Waiting for busway at the busway shelter which full of people.
  2. Waiting for my boyfriend pick me at my office like now.
  3. Waiting for food like this afternoon. I waited 20 minutes for my lunch (bihun goreng)
  4. Waiting for my monthly salary.
  5. Waiting for the right time from God to get married.
  6. Waiting my dreams come true.
  7. Waiting for weekend when I could spend my time sleeping and watching movies
  8. Etc...etc...

Last Friday I attended "Prayer Meeting" at my office. The evangelist told a story about waiting. He said that he hate waiting so much. That's why he left his first job interview and his father was very upset. But...someday he met his soulmate. The lucky woman is a lecturer. As a lecturer she has a long working hours because after her class, there're a lot of students that want to ask some questions about her lesson. The evangelist is waiting for his girlfriend (now she is his wife) patiently. Once his friend asked him, "You said that you hate waiting, but why do you want to wait for your girlfriend?". The evangelist said, "I still hate waiting...but now..I have the more important thing than waiting."

What a romantic word from the evangelist. I was so touched by his story. And now, if I must wait for something or someone, I try to think what's more important behind this "waiting moment". For example, while I were waiting busway...I will think that after I arrived at my boarding house, I could meet my close friend. Now, I'm still waiting my boyfriend. Most of my colleagues have gone home. But I don't mind to wait, because after this I could meet my boyfriend. ^_^ I think I start to enjoy waiting haha...

Jam

Sejujurnya, inilah Ria dan Kristina...

Ria dan Kristina, sama-sama punya ide-ide yang nggak masuk akal saking nggak bangetnya pikiran kami berdua. Obrolan kami ini, berkat kemajuan jaman dan menjamurnya aplikasi internet (hiduplah Indonesia Raya!), kami sekarang bisa tuangkan di blog. Dulu kami suka ngetik-ngetik pake mesin ketik manual di belakang kertas HVS A4 bekas fotokopian. Tapi tetep aja kami tidak berhenti menulis. Kata pepatah: setipis-tipisnya tinta masih lebih tajam dari ingatan manusia. Kata Pramoedya: menulis berarti memetakan sejarah. Halah, kalo tulisan kita mah sebenernya gak ada hubungannya ama sejarah. Cuma mengukirkan betapa masa muda kami ini sangat indah. Dan jelas nggak mutu isinya. Jadi, mending kalo sisa-sisa waktu dan pengen baca yang tidak terlalu berguna sajalah baru buka blog kami... Tapi apapun komentar, masukan dan pendapat teman-teman, semuanya adalah cendera mata yang indah buat kami...

Ria dan Kristina (hualah, koyok undangan penganten. Amit2 deh. Lesbong juga pilih-pilih ah...)

About Us

My photo
pindah2..tergantung mood, Indonesia
Sri Riyati Sugiarto (aka Ria) adalah cewek kelahiran limpung..(pinggiran kota Pekalongan)..habis sekolah di SMU St. Bernardus Pekalongan trus kuliah kedokteran di Undip Semarang..sementara Kristina Melani Budiman (aka Kristina) juga lahir di Pekalongan trus satu SMU ama Ria dan kuliah di Atma Jaya Jogjakarta. kami kenal di kelas 3 SMU tapi mo duduk bareng selalu ga bisa gara2 terlalu cerewet dan kalo duduk sebangku selalu bikin keributan karena hobinya menggosip jadi terpaksa sampai sekarang tidak pernah duduk bareng..untungnya kita ga satu kampus :p