Saturday, March 21, 2009

Jatuh Cinta

"Words, Carravagio. They have a power," -Michael Ondaatje, The English Patient.

Ada orang yang suka memainkan alat musik. Ada orang yang suka menari. Ada orang yang gemar melukis. Ada orang yang tergila-gila pada komputer dan teknologi. Ada yang suka pada alam, ada yang mengamati bintang-bintang. Ada yang senang menghibur orang lain atau memecahkan teka-teki. Aku? Sejak aku bisa membaca, aku jatuh cinta pada kata-kata.

Seingatku, aku tidak pernah membaca lebih cepat dari orang lain. Waktu belajar membaca dulu, aku selalu mengeja keras-keras sampai tidak tahu artinya: membaca dalam hati. Sampai aku kuliah pun, kebiasan membaca sambil mulut sedikit komat-kamit masih terbawa. Jadi jelas bahwa aku bukannya orang yang 'melek buku' atau 'kutu buku', tapi sekedar orang yang menemukan dunianya sendiri waktu membaca buku. Waktu aku masih SD aku selalu menunggu hari Kamis, yaitu waktu majalah Bobo terbit. Aku selalu membaca semua cerpen dan dongengnya, sampai katam dalam sehari (bukan karena kecepatan membaca tapi karena nggak main ding dong sampai majalahnya habis), dan aku tahu persis kalau ceritanya diulang (cuma diganti ilustrasinya) karena aku ingat semua ceritanya. Aku paling suka pelajaran mengarang. Menurutku ini adalah hiburan. Bayangkan saja, kalau ujian kita harus memilih jawaban A, B, C atau D, yang mana cuma satu jawaban yang benar, jadi kita harus menebak (atau membaca pikiran si pembuat soal) untuk memilih jawaban yang benar. Betapa frustrasinya! Sedangkan mengarang, kita punya selembar halaman kosong. Kita bisa mengisinya dengan apapun yang terlintas di kepala kita, ide-ide kita, dan suara kita didengar oleh orang lain lewat tulisan. Tidak ada jawaban yang salah. Kemungkinannya tidak terbatas pada A,B C atau D. Betapa bebasnya! Dan ini yang paling menyenangkan: kita dapat tambahan nilai untuk ini^_^.

Aku termasuk orang yang aneh. Kadang-kadang, jadi orang yang tidak biasa itu tidak terlalu gampang. Orang akan mengernyitkan dahi atau tertawa mengejek. Inilah gunanya aku menulis: aku bisa jadi seaneh-anehnya tanpa harus melihat apa yang dipikirkan orang lain. Aku punya buku harian dan aku menuliskan semua pikiranku di dalamnya, dari yang jayus sampai yang paling gak masuk akal. Buku harianku tidak pernah menilai. Dia diam saja dan 'mendengarkan'. Dari sini aku bisa memikirkan persoalanku dan pendapatku secara lebih tenang dan tidak dipengaruhi pendapat orang lain. Beginilah cara kata-kata bekerja dalam keseharianku.

Orang bilang, buku yang baik adalah teman sejati. Aku lumayan setuju. Kalau kita membaca buku, penulis buku itu sedang berbagi pikiran dengan kita, jadi seolah-olah ada yang mengajak kita 'bicara'. Kita jadi tahu bagaimana si penulis berpikir dan membuka 'jendela' di kepala kita sehingga kita bisa melongok ke luar dan melihat hal-hal yang sama sekali baru. Ini sangat membantu terutama kalau kita sedang sendirian, bosan, dalam perjalanan atau menunggu, atau sekedar berada di tempat aneh dimana tidak seorang pun bakal bicara dengan kita. Dengan kata lain,buku seperti pintu untuk 'melompat keluar' dan berada di tempat lain yang lebih menarik untuk dikunjungi.

Kata-kata selalu membuatku terkagum-kagum. Aku menuliskan puisi Desiderata karya Marx Ehrmann, orang Jerman, di atas wastafelku jadi sekarang aku hapal karena bisa melirik-lirik tiap kali gosok gigi atau buang ingus (atau sekedar ngupil dengan tenang). Puisi ini membuatku merasa lega di kala aku sedih atau merasa kesepian. Lalu lirik lagunya Casting Crowns, Who Am I, mengingatkan aku banyak hal yang seringkali aku lupa. Aku suka sekali kutipan kata-kata orang lain yang kadang tidak selalu bijak, tapi sekedar penuh humor. "If we can send a man to the moon, why don't we send them all?" atau "My wife is doing Pilates, I think that's his name," dan kata-kata ini membuat aku tertawa meskipun hidupku sendiri sedang tidak lucu.

Jadi, aku bersyukur dulu diajari membaca. Aku merasa duniaku pasti sangat sempit andaikata aku buta huruf. Ada orang yang merasa tidak bisa hidup tanpa musik, tanpa kopi, tanpa kentut di pagi hari. Aku? Aku jatuh cinta pada kata-kata. Sampai sekarang.

5 comments:

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

mo ngasih comment ke tulisanmu yang terbaru. asale neng blog rak iso dikei comment..eror ki koyone. aku juga jatuh cinta ama membaca...dan kata2 secara aku sangat sering berkata2 sampe akeh seng mumet neng aku ngomonge cepet2. soal majalah bobo..aku juga biyen seneng moco majalah bobo. jadi bisa dibilang dulu selerane dewe rodo nyambung. tapi tambah gede ketokE kowe jadi terpengaruh aliran pluralisme dan aku abstrak. terjemahan: kowe seneng buku2 the alchemist, puisi desideria, ronggeng dukuh paruk dll yang notabene nek aku moco iso kliyengan. aku saiki fanatik karo novel2 romantis, komik karo moco detik.com. dadine rak gitu nyambung. tapi rak masalah...kan seng penting nek soal nggawe blog rak penting dewe nyambung banget hohoho. ria..tetep nulis yo....aku moco tulisanmu dadi terhibur. padahal aku isih sedih ke soale aku entuk email dhek kambing gunung tentang apakah aku available dan jadi ngeliat kambing gunung. dan aku bakalan bilang kalo aku ga bisa liat kambing gunung hiks hiks..koyone aku ki wes dikei panganan seng aku paling doyan tapi malah takbuang soale aku wes terlanjur tuku panganan seng liyane seng aku rak doyan tapi nek aku tuku panganan kuwi wong liyane juga iso melu mangan, (mudheng rak maksudku? haha). aku durung sempet nulis2 maneh asale aku isih sibuk banget biasalah dikejar2 (nggayane). jadi sebagai comment penutup: hidup membaca !!!!!
eh klalen..siji maneh..nek kowe dhek biyen seneng moco bobo kudune ngerti cerito cewek cina seng alise pitak kebalang genteng....

Sri Riyati said...

Kris makasih buat ngasih comment ampe dibela2in lewat Facebook. Oiya ya, brarti aku nggak inget semua ceritanya, haha. Kayaknya iya sih samar-samar aku inget tentang cowok yang melukis alis istrinya karena waktu kecil dia jatuhin genteng. Tapi dia nggak ngaku kayaknya, terus waktu sudah jadi suami istri, istrinya nanya kenapa dia mau melukis alisnya tiap hari. Trus suaminya bilang karena dialah cowok yang bikin alis istrinya cacat. Kayaknya aku jadi inget ceritanya sekarang haha.Kayaknya memang kesamaan kita di situ, waktu SMU juga kita ngarang cerita sama2 dan berharap bisa bikin buku sama-sama sekarang kayaknya seperdelapan sudah tercapai, setidaknya kita bikin blog sama-sama. Menurutku kita nggak beda aliran, alias sama-sama error. Kalopun beda cara ngungkapinnya, itu karena kita kan sama-sama unik jadi punya cara sendiri. Ronggeng Dukuh Paruk kuwi orak gawe kliyengan ho. Itu murni fiksi. Desiderata juga puisi sing gampang dipahami. Aku moco puisine Ted Hughes (mboh sopo kuwi, aku nemu kumpulan puisine neng tumpukan koran) nah kuwi bener2 susah dipahami. Aku rak mudeng kenapa orang nulis sesuatu yang orang lain nggak paham. Apa gunanya coba? Kan nggak ada informasi yang dibagikan. Hehe. Tapi aku juga suka cerita anak-anak. Belakangan ini aku baca buku Winnie The Pooh dan Alice in Wonderland.
Soal panganan, aku mudeng (tentu saja, panganan gitu lho). Memang kadang kita harus menelan "pil pahit" dan bukannya "biskuit" (opo jal) tapi sing penting kan kowe ora egois dan pasti besar upahnya. Pada waktunya nanti pasti sing kowe inginkan akan tercapai, tapi kita nggak pernah tahu kapan, sing penting tetap percaya dan lakukan sing bener. Menghibur rak? (aduh...)

jc said...

"Kalau kita membaca buku, penulis buku itu sedang berbagi pikiran dengan kita, jadi seolah-olah ada yang mengajak kita 'bicara'. Kita jadi tahu bagaimana si penulis berpikir dan membuka 'jendela' di kepala kita sehingga kita bisa melongok ke luar dan melihat hal-hal yang sama sekali baru."

Setuju bangetsss!!! Makanya kadang suka heran sama teman yang ngga suka baca buku, tapiii... sama seperti ada yang suka sama Pramoedya Ananta Toer dan benci dengan Raditya Dika yang mencampuradukkan bahasa Indonesia, begitulah manusia. Hehehehe.

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

Hei Jessie, makasih untuk komentarnya. Aku bisa melayang-layang kalo yang muji dirimu (secara dirimu kan penulis, gitu lho). Oya, itu blogmu kok aku jadi bingung ya, link ke website lain atau gimana (maklum gaptek). Tetap menulis dan aku kadang juga mencampur-adukkan bahasa Indonesia dengan Jowo Limpungku. Aduh. Ya mulai dari sekarang aku akan berusaha untuk bisa menulis dengan baik dan benar dulu, sebelum 'berimprovisasi'. Aku juga setuju banget dengan penggunaan bahasa Indonesia yang benar. abis banyak orang tidak bisa mengeja. "DIKONTRAKKAN" harusnya pakai 2 huruf K, karena kata dasarnya kontrak. Tapi kalau protes pasti dibilang, "Sudahlah, jangan dibikin rumit. Belajar matematika, fisika, kimia saja,". Nggak heran Bahasa Indnesiaku dulu cuma pas 6.

Dio Wibowo said...

tulisan yg jorooooooook.... tapi salute buat pembuatnya.. your creativity in word could embrace this world...

Jam

Sejujurnya, inilah Ria dan Kristina...

Ria dan Kristina, sama-sama punya ide-ide yang nggak masuk akal saking nggak bangetnya pikiran kami berdua. Obrolan kami ini, berkat kemajuan jaman dan menjamurnya aplikasi internet (hiduplah Indonesia Raya!), kami sekarang bisa tuangkan di blog. Dulu kami suka ngetik-ngetik pake mesin ketik manual di belakang kertas HVS A4 bekas fotokopian. Tapi tetep aja kami tidak berhenti menulis. Kata pepatah: setipis-tipisnya tinta masih lebih tajam dari ingatan manusia. Kata Pramoedya: menulis berarti memetakan sejarah. Halah, kalo tulisan kita mah sebenernya gak ada hubungannya ama sejarah. Cuma mengukirkan betapa masa muda kami ini sangat indah. Dan jelas nggak mutu isinya. Jadi, mending kalo sisa-sisa waktu dan pengen baca yang tidak terlalu berguna sajalah baru buka blog kami... Tapi apapun komentar, masukan dan pendapat teman-teman, semuanya adalah cendera mata yang indah buat kami...

Ria dan Kristina (hualah, koyok undangan penganten. Amit2 deh. Lesbong juga pilih-pilih ah...)

About Us

My photo
pindah2..tergantung mood, Indonesia
Sri Riyati Sugiarto (aka Ria) adalah cewek kelahiran limpung..(pinggiran kota Pekalongan)..habis sekolah di SMU St. Bernardus Pekalongan trus kuliah kedokteran di Undip Semarang..sementara Kristina Melani Budiman (aka Kristina) juga lahir di Pekalongan trus satu SMU ama Ria dan kuliah di Atma Jaya Jogjakarta. kami kenal di kelas 3 SMU tapi mo duduk bareng selalu ga bisa gara2 terlalu cerewet dan kalo duduk sebangku selalu bikin keributan karena hobinya menggosip jadi terpaksa sampai sekarang tidak pernah duduk bareng..untungnya kita ga satu kampus :p