Sunday, February 28, 2010

Saya dan HaPe


HaPe atau telepon genggam nampaknya tidak terlalu cocok dengan saya. Saya curiga hubungan saya dengan HP harus diruwat dan dikasih selamatan dulu supaya tidak ciong.

Belakangan ini ada orang-orang aneh (freak) yang SMS cuman buat nanyain nomer HP saya yang lain buat ditelpon. Aneh sekali. Kalo sudah tahu nomer HP saya kenapa nggak langsung telpon? Saya tanya siapa, malah cuman bilang "temen kuliah di Undip" dan katanya lagi saya pasti bakal tahu kalau nanti dia telpon, tapi ke nomer HP yang lain. Saya nggak mudeng, nggak ambil pusing dan jelas nggak saya bales lagi. Saya bukan tipe orang 'pengoleksi HP jadi-jadian' (yang jumlah HPnya lebih dari jumlah balonku alias lebih dari 5) atau 'kerja sambilan jualan pulsa' (jadi terpaksa HPnya banyak). HP saya satu, jadul, hanya ada karena dipaksa ortu supaya setidaknya kalau saya hilang, ortu nggak disalahkan karena lupa berkomunikasi dengan anak. Saya juga nggak hapal nomer HP saya sendiri, karena, kenapa ya? Saya kira karena saya nggak pernah merasa perlu menelpon diri sendiri. Kalo ternyata pengirim SMS itu baca blog (kayaknya sih enggak, dia lagi sibuk kirim SMS gak penting soalnya), mari saya kasih tahu kenyataannya: salah orang kalo mau ngerjain lewat SMS. Saya orang yang nggak akan repot-repot membalik tangan buat tahu siapa yang kirim SMS tak dikenal dan apa maksudnya. Bagi saya bunyi HP cuma interupsi terhadap hidup saya yang tenang dan damai dan sejahtera dan gemah ripah dan loh jinawi dan toto tentrem dan kerto raharjo.

Saya mengakui, adanya HP memang sangat berguna. Misalnya kita kekuncian di WC dan musik di luar keras banget sampai-sampai kalopun kita gedor-gedor pintu nggak ada gunanya. Atau, kita lagi bertamu ke rumah atasan, kolega kita sibuk cerita ngalor ngidul padahal di giginya ada cabe sebesar biji jagung hibrida (akan sangat membantu kalo kita SMS kolega untuk kumur dulu sebelum bicara). Atau, kalo mati lampu dan kita pas lagi makan, lumayan lampu HP bisa untuk membedakan mana daging dan mana lengkuas jadi tidak salah gigitan. Atau, ditanyain orang sekarang jam berapa dan kebetulan kita lupa bawa jam tangan. Atau lagi, kalau kita terjebak dalam pertemuan yang membosankan dengan orang yang enggak banget dan butuh alasan buat kabur.

Tapi HP juga punya efek samping. Soalnya HP yang on membuat kita seperti available selama 24/7. Contohnya, teman saya pernah ditelpon atasannya karena dia butuh laporan saat itu juga pada Sabtu malam saat dia lagi karaokean. Dia mengeluh pada saya bahwa pekerjaannya sudah mengganggu kehidupan pribadinya. Saya juga pernah ditelpon kurir pas lagi tidur siang. Ditanyai barangnya mau taruh dimana. Waduh, itu kan sudah lewat jam kantor. HP seolah-olah membuat semua tugas mendadak jadi mungkin. Padahal, menurut saya, kalau mau minta tugas yang mendadak haruslah memenuhi dua syarat. Satu, keadaan gawat darurat. Dua, saya lagi jaga atau perkecualiannya, cuma saya makhluk di dunia ini yang bisa menolong. Kalo syarat ini dipenuhi, saya rasa gangguan karena HP akan jarang terjadi. Dulu, ketika HP mulai marak saya juga merasa senang karena kita bisa menghubungi dan dihubungi dimana saja, tidak harus ke wartel atau menunggui telepon berdering di rumah. Pergi kemanapun, semua anggota keluarga terasa dekat. Namun di sisi lain kita jadi semakin tidak punya ruang sendiri. Pacar teman saya rutin menelponnya setiap hari. Kalau tidak dijawab dan teman saya itu tidak menelpon balik, pacarnya ngambek karena merasa tidak diperhatikan. Akibatnya, teman saya jadi merasa tidak punya kebebasan sendiri. Yang paling buruk, kalau kita jadi bisa di SMS jam 6 pagi untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang mendesak atau ditelpon dimana saja untuk dimarahin/ditegur dari jarak jauh. Meskipun berusaha diabaikan, informasi tersebut pasti sudah mengusik pikiran kita. Jadi, saya kira, orang yang selalu melayani HPnya adalah orang yang bekerja sepanjang waktu.

Tentu saja, saya tidak melupakan bahwa HP bisa membuat kita tidak kehilangan kesempatan untuk bisa updet status, nge-tweet setiap hari atau posting blog lebih rajin karena bisa dilakukan kapan saja di sela-sela kemacetan seperti sohib blogger saya Vicky. HP juga bisa dipakai buat baca, dengerin musik dan foto kalo lupa bawa kamera, jadi apapun bisa direkam secara spontan dan segera, seperti wartawan. Bagi orang bisnis, HP bikin mereka lebih laris karena tidak pernah telat terima order.

Sayang seribu sayang, selama ini di sekitar saya, HP justru lebih banyak digunakan untuk:
  1. miskol. Supaya yakin kalo nomer yang saya kasih itu bener-bener nyambung ke HP saya dan bukan HP pembantu kost-kostan.
  2. kalo sudah yakin itu nomer saya, maka saat yang tepat untuk mengirim SMS (dari paket gratisan) yang super urgent seperti: udah tidur ya? (kalo iya, bukannya bunyi SMS sampean itu seperti weker yang sangat tidak diharapkan?)
  3. Kalo tidak dibales, kirim lagi, pertanyaan seperti: kok tidak dibales sih? Bales cepat.
  4. Miskol-miskol beberapa kali biar mendapat perhatian.
  5. Mencoba SMS pake nomer lain, barangkali dibalas.
Itu belum termasuk penyalahgunaan HP untuk promosi asuransi, cari konsumen kartu kredit dan peminat bisnis valas atau future. Juga untuk orang-orang yang demen curhat berjam-jam lewat telepon. Kalo pacar sih gapapa, karena termasuk investasi masa depan (ingat, hubungan yang baik dasarnya komunikasi, hehehe). Tapi kalo cuman ndengerin temen yang ngobrol hanya karena mereka pingin ngeluh tapi nggak ada yang ndengerin? Pengen ganti nomer gak sih rasanya? (padahal saya juga pernah gitu sih, itu menjelaskan kenapa banyak temen saya yang ganti nomer).

Ketergantungan pada HP menurut saya cuma masalah kebiasaan semata. Kalo kita ketok pintu gak ada jawaban, refleknya adalah men-speed dial nomer si empunya kamar. Saya terlatih tidak pakai HP sejak saya bertugas di desa Ninia yang berada di salah satu lereng pegunungan Jayawijaya. Satu-satunya sarana komunikasi adalah radio transistor. Jadi saya mulai belajar bahwa komunikasi bisa dilakukan untuk hal-hal yang penting saja, misal:
Saya: Ninia-Wamena! Ninia-Wamena!
Operator Wamena: Disini Wamena. Ganti.
Saya: Wamena, saya butuh beras kirim segera. Ganti.
Operator Wamena: (di sela-sela bunyi gemerisik) Wamena-Ninia tidak dikopi baik. Tolong ulangi. Ganti.
Saya: Ninia-Wamena. Saya butuh beras. Beras. Bravo echo romeo alfa sierra. B-E-R-A-S. Roger. Ganti.
Operator Wamena: Tidak dikopi baik. Mohon ulangi. Ganti.
Campuran antara sambungan yang jelek, aki yang soak, lalu-lintas radio yang padat dan operator yang setengah budeg membuat saya enggan curhat lewat HT.

Lalu waktu saya traveling, Bokap saya nelfon. Pertama, kadang Bokap tidak bisa menghitung perbedaan waktu. Saya pernah ditelpon jam 2 pagi ketika saya harus ngejar kereta jam setengah 5. Bingung kan mau tidur lagi atau nggak. Lalu pernah juga waktu ditelfon, saya suruh Bokap bicara cepet-cepet karena saya lagi di daerah yang roamingnya per menit bisa buat makan seminggu di warteg. Kedua, perintah orang tua suka tidak masuk akal seperti cari pasaran emping di Bern. HP bikin saya merasa dimonitor dan serba salah. Jadi, ketika HP saya ketinggalan di benua tetangga, saya sedih tapi juga sedikit lega. Saya bisa menulis kartu pos, "Bapak, Ibu, hari ini saya mau loncat dari pesawat pake parasut. Doakan semoga pas difoto nggak kelihatan kalo muka saya penuh horor," Nah, ketika saya bicara dengan Ibu lewat Skype seminggu kemudian, saya sudah duduk di rumah menyeruput teh manis. Kalo ada HP, bisa-bisa ada teriakan dikirim dari hemisfer bumi yang lain.

Enaknya tidak pake HP adalah bahwa kita memegang kendali kapan orang bisa menghubungi kita. Sementara kita bisa menghubungi orang lain kapan saja karena mereka pake HP. Oya, saya juga jadi rajin mengirim surat tertulis buat curhat, rasanya lebi romantis. Kalo ada yang mendesak, saya kirim email. Langganan speedy kan selalu sama per bulan, heran deh kenapa kita harus bayar lebih buat pulsa HP?

Friday, February 19, 2010

Saya mendukung sinetron indonesia

Anti sinetron? Cobalah dipikir ulang dulu...

Sama seperti kebanyakan rekan-rekan, dulu saya juga mikir sinetron itu jayus, lebay, jijay dan nggak mutu banget (tapi entah kenapa ditonton juga, buktinya sampai tahu kalo itu jayus, lebay, jijay dan nggak mutu, hehe). Tapi sekarang, saya berubah pikiran. Tenang, tidak sampai taraf kecanduan sinetron sampai nggak sempet updet blog (percayalah, saya punya alasan lain yang lebih nggak mutu untuk nggak sempet ngupdet blog, misalnya karena saya sibuk ngupil pake jempol kaki, trus mikir kenapa susah ya? Apa saya kurang latihan yoga? Semacam itulah). Tapi saya sudah memikirkan (taelah, sejak kapan ya saya mau repot-repot mikir) alasan kenapa sinetron itu bentuknya semacam itu.

Mulanya gara-gara saya cari tanaman untuk kost-kostan saya yang gersang. Di Limpung, tukang jual tanaman jual apa saja, mulai dari biji jagung hibrida sampai segala jenis bibit sengon. Kalo mau nengok sawahnya sekalian di belakang kios si tukang jual tanaman, kita juga bisa mborong beli benih padi yang baru disemai. Di Semarang, betapa terkejutnya saya, tukang jual tanaman cuman jual...tanaman hias (ya iyalah Ria, emang seharusnya gitu kaleee). Mulai dari tanaman yang saya kira rumput liar sampai pohon palem yang besar dan bercabang-cabang serta pakis kecil berbatang besar nan eksotis seharga jutaan rupiah. Apa pasal? Di Semarang sebagian besar orang tidak punya sawah di belakang rumah (tidak mengejutkan?). Jadi bibit lamtoro gung, duren sawit dan nangka tidak dijual, sebab tidak sesuai permintaan pembeli. (Mungkin pembaca nggak sabar nyaranin saya harus nyari di departemen pertanian). Oh ya akhir cerita saya beli banyak tanaman yang murah-murah saja seperti....mmm, saya tidak tahu namanya. Soalnya saya tetep mengira itu sejenis rumput.

Kali lain saya sedang menginap di rumah teman yang pekerjaannya buruh pabrik tekstil. Waktu dia sibuk kerja, saya bosan. Saya lantas berjalan-jalan dan melihat ada: toko buku! Saya senang sekali, berharap minimal ada komik. Tapi jreng2345x, yang dijual ternyata cuma novel-novel stensilan, misalnya yang dikarang Freddy S itu lho. Sama buku TTS bergambar cewek-cewek seksi. Untung saya suka juga ngisi TTS (dan baca novel stensilan-lho?!?) Jadi sodara-sodara, intinya bukan novelnya Freddy S itu bagus apa enggak tapi bahwasanya ketersediaan suatu barang/jasa adalah karena permintaan konsumen. Setuju?

Kembali ke masalah apa tadi (sudah lupa karena kebanyakan ngelantur), oya, sinetron. Kenapa Raam Punjabi dan kroninya bikin cerita semacam itu? Menurut hemat saya, karena cerita semacam itulah yang diminati sebagian besar pemirsa televisi. Cerita yang semacam itu yang bisa menawarkan mimpi. Memang tidak masuk akal, berlebihan, didramatisir dengan segala haru-biru yang nggak realistis kalau tidak bisa dibilang wagu. Tapi memang perlu. Saya sering dengar, kenapa tidak bisa bikin opera sabun yang agak betul, misalnya pasien yang meninggal itu di-CPR, bukan cuma dilihat, lalu dengan wajah sendu bilang ke keluarganya, "Maaf, ibu sudah meninggal," lalu diikuti derai isak tangis anak-anaknya yang malang. Tapi memang cuma adegan itu yang perlu: kesedihan yang diperlihatkan ke keluarganya. Soal bagaimana menyelamatkan pasien yang meninggal itu bukan urusan pemirsa televisi. Kalo saya editor, justru adegan CPR akan saya potong karena menghabiskan waktu untuk detil-detil yang tidak penting, tidak menguras emosi dan mengurangi slot iklan.

Banyak yang bilang, kenapa sinetron tidak bisa seperti ER, CSI atau opera sabun amerika yang lain. Atau minimal yang realistis, menyunting hidup kebanyakan orang Indonesia. OK. Pertama, siapa sih sebagian besar penonton TV Indonesia? Ibu-ibu dan pembantu rumah tangga. Coba tebak, apa mereka memilih "Cinta Fitri" atau "CSI Miami: Appendicitement"? Saya pikir, orang-orang televisi itu sudah mensurvei pasaran mereka. Kalau kita sebel dengan alur sinetron Tersanjung 212 (eh itu Wiro Sableng ya?) kita masih bisa nonton DVD, bikin blog, ngisi TTS atau baca stensilan, hihi. Lagipula, kan masih ada youtube (Hore!). Tapi mereka kan cuma punya televisi. Halo masyarakat minoritas Indonesia, ngalah dong sama ibu-ibu RT dan PRT. Kedua, mengapa sinetron tidak bikin sesuatu yang lebih nyata? Karena, sodara-sodara pendengar dan pemirsa, kenyataan itu menyakitkan. Lagipula, kalau mereka ingin melihat kenyataan, mereka tinggal melongok ke kehidupan masing-masing atau ke luar jendela. Kemiskinan, kemelaratan, kehidupan di desa dan segala intrik-intriknya, kita semua berada di dalamnya. Kalau namanya hiburan ya mereka butuh sesuatu yang lain untuk dilihat, sesuatu yang menawarkan mimpi. Misalnya anak-anak SMU yang belum genap 17 tahun sudah kebut-kebutan di jalan naik mobil mewah mengejar cewek cantik yang masih ingusan. Inilah sesuatu yang jarang dilihat. Inilah yang ingin dicapai: punya mobil, rumah mewah, suami yang ganteng dan direktur. Kalau tentang kehidupan petani dan buruh yang diperas lintah darat? Wah, itu mah pemirsa TV lebih tahu daripada pembuat sinetronnya.

Negara maju bisa bikin opera sabun tentang hidup yang miskin, penyakit dan kerja keras yang kelihatan nyata (lalu menyebutnya film independen) karena mereka sudah tidak lagi berkubang di dalamnya. Jadi saya mendukung sinetron Indonesia, karena mengibur dan memberikan mimpi-mimpi. Tentang mobil dan rumah, sebab kenyataannya mereka numpang di rumah orang dan cuman pulang kampung kalau lebaran. Tentang cewek-cewek yang manja yang menangis-nangis, karena kenyataannya mereka adalah perempuan yang sangat kuat, yang menjadi tulang punggung keluarga, pencari nafkah, ibu bagi anak-anaknya sekaligus melawan kanker yang dideritanya sendiri (ini kisah nyata: sebagian pasien kanker leher rahim stadium akhir di RS Kariadi adalah ibu rumah tangga yang bekerja dan suami pengangguran). Biarlah bermimpi. Sampai nanti kalau kita udah mencapai semua mimpi itu, kita boleh bikin sinetron tentang kemiskinan yang nyata, yang dialami oleh negara lain. Bukan kita.

Hanimun Edisi Kedaluarsa

Foto bersama om Indra
Foto pre wed di museum


Bhan Seo yang hambar..isinya udang, taoge


Selamat datang di WC rame2



Ini disulam lho..




Flower park dari atas






Pulang dari air terjun bersama motor tahun 1980





Elephant waterfalls




Jalan menuju ke bawah air terjun


Jalan menuju air terjun yang penuh perjuangan



Phuc yang mirip Ko Denny


Sarapan segambreng di hotel...cuma 20 USD berdua per malam lho



Menara Eiffel palsu

Akhirnya punya waktu 30 menit buat nulis hanimun edisi tamat yang pastinya tidak ditunggu2 pemirsa karena sudah kedaluarsa. Berhubung saya butuh pencerahan kalau suatu hari nanti saya sudah tua dan rumah tangga saya sudah tidak berbunga2 lagi, saya menyempatkan diri untuk menulisnya. Kota terakhir yang saya dan suami kunjungi waktu hanimun di Vietnam adalah Da Lat, sebuah kota di atas gunung yang sangat dingin (16 derajat Celcius kira2), banyak bunga2 (seperti hati saya waktu itu) dan dijuluki Little Paris karena dia memiliki menara yang mirip menara Eiffel. Usut punya usut ternyata bangunan yang mirip menara Eiffel itu adalah jreng 2 milyar x tiang listrik PLN (tentu saja di sana namanya bukan PLN). Kami menyempatkan diri foto di depan menara Eiffel palsu itu buat kenang2an walaupun dengan susah payah karena jalanan sepi dan tidak ada orang yang dimintain tolong untuk mengambil fotonya.

Hari pertama kami sampai di Da Lat disambut oleh penipuan. Menyedihkan memang ternyata ada juga penipu dimana2. Kami booking hotel lewat website di internet. Kami sudah booking 3 hotel dan tidak ada masalah. Eh waktu sampai di Da Lat, kami langsung menuju hotel X dan disambut oleh pemilik hotelnya kalau tidak ada booking atas nama kami. Karena pemilik hotelnya berbaik hati, kami pun dibawa ke hotel milik adiknya. Untunglah Da Lat tidak sekejam ibu kota jadi kami masih selamat dan sehat walafiat.

Setelah mengalami shock gara2 tertipu, kami pun lapar dan kami menemukan restoran yang katanya direkomendasikan di internet yaitu restoran Throng Dong. Di situ kami berkenalan dengan Phuc, satu2nya pelayan restoran di situ yang mukanya mirip Ko Denny (teman kami). Sepertinya kami berjodoh dengan Phuc karena berkat makan di restoran itu kami bisa menyewa motor Honda tahun 1980 (lebih tua dari umur saya) dengan harga murah meriah, 40 ribu rupiah untuk 1,5 hari.

Hari kedua di Da Lat kami habiskan dengan travelling naik motor ke Cam Ly waterfall, Elephant waterfall, Flower Garden, desa tradisional dan katedral. Cam Ly waterfall adalah air terjun kecil yang lumayanlah daripada ga ada. Elephant waterfall itu yang luar biasa. Perjalanan menuju ke sana 2 jam naik motor melewati hutan dan jalan di tepi jurang. Untung kami ga nyasar dan motornya ga mogok. Elephant Waterfall adalah air terjun yang medannya paling sulit dilewati. Buat orang2 tua apalagi yang jalan saja susah mendingan jangan ke sana. Untuk menuju ke air terjunnya harus dengan susah payah mendaki batu2 yang curam. Nyawa pun bisa terancam kalau lengah sedikit. Tapi itu semua terbayar karena air terjunnya bagus banget, besar dan lebar seperti air terjun Niagara lah kira2 semestinya.

Flower garden adalah taman bunga yang luas sekali dan penuh bunga berwarna-warni khas kota Da Lat. Taman bunganya bagus banget dengan bunga2 yang sebagian besar saya tidak tahu namanya. Di sana kita bisa berjalan2, foto bersama kuda serta membeli bibit bunga untuk ditanam di rumah. Katanya sih bibit bunganya bisa tumbuh di suhu berapapun tapi belum terbukti karena bibit bunga yang saya beli tidak saya tanam sendiri.

Sebenarnya ada juga tempat yang harus dikunjungi oleh turis2 yaitu Crazy House dan Valley of Love tapi kami tidak sempat ke sana. Crazy House merupakan hotel yang bentuknya aneh yaitu seperti rumah pohon yang mencong2 ga jelas. Valley of love kabarnya adalah lembah yang sangat romantis tapi sayangnya tutupnya jam 5 sore dan kami sampai di sana waktu sudah hampir tutup. Akhirnya kami berkunjung ke desa tradisional (Embroidery) tempat para wanita menyulam lukisan2 spektakuler yang tidak boleh difoto. Jadi para embroider itu memakai baju tradisional Vietnam dan kerjanya menyulam lukisan2 mulai dari lukisan binatang maupun lukisan orang. Saya melihatnya saja sudah pusing. Bayangkan lukisan taman bunga mawar yang disulam menggunakan benang sehelai demi sehelai. Sungguh pekerjaan yang hanya cocok buat orang yang sabar dan ususnya panjang.

Karena kami belum ke gereja, kami menyempatkan diri mengikuti misa dengan bahasa Vietnam di katedral. Kami tidak tau apa2, hanya menebak2 saja dari urut2an misa yang kami ingat. Yang paling berkesan adalah para penjaga parkir di katedral itu tidak mau dibayar!!! Beda sekali dengan tukang parkir di gereja2 di Jakarta yang selalu menagih ongkos parkir. Padahal di katedral itu udaranya sangat dingin dan mereka harus menjagai motor2 secara gratis. Benar2 pelayanan yang menyentuh hati.

Akhirnya tibalah hari2 terakhir kami di Vietnam. Pagi hari ke-3 di Da Lat pun kami naik bis kembali ke Saigon naek sleeping bus yang sayangnya kurang menyenangkan. Sopirnya menaikkan penumpang di tengah jalan, sudah mirip deh dengan bis Jakarta-Pekalongan. Ada seorang penumpang yang sepertinya mabuk. Dia bahkan hampir duduk di pangkuan Petter. Lalu bisnya sempat mogok di tengah jalan karena kehabisan uang bensin dan saya terpaksa menahan pipis. Waktu sampai di pom bensin, saya terkejut melihat toiletnya...ternyata budaya pipis rame2 tidak cuma dilakukan cowok, tapi cewek juga.

Kami sampai di Saigon sore hari dan besoknya kami harus kembali lagi ke Jakarta tidak tercinta. Sore itu kami berjalan2 di festifal makanan di alun2 Saigon. Banyak makanan yang aneh2 dan kami makan Bhan Seo atas rekomendasi bule yang menginap di hotel yang sama dengan kami. Rasanya agak hambar ya dibandingkan nasi megono khas Pekalongan

Hari terakhir di Vietnam kami habiskan dengan membeli oleh2 di Ben Than Market dan pergi ke museum perang. Sungguh tempat yang romantis. Buktinya di sana ada dua pasang pengantin sedang foto pre wedding. Saya jadi sedih teringat foto pre wedding saya yang hilang hiks hiks.

Di saat kami pulang dari museum perang, kami bertemu dengan jreng 1000x Om Indra. Jadi kami sudah berkali2 bertemu dengan Om Indra:
  1. Satu pesawat Jakarta-Saigon

  2. Satu taksi dari bandara ke hotel

  3. Waktu di Nha Trang kami bertemu lagi waktu kami sedang mengcopy foto dari kamera ke CD, Om Indra lewat. Dia bilang mau pulang hari Minggu, sementara kami hari Senin. Jadi tidak mungkin ketemu lagi.

  4. Hari Senin kami ketemu lagi dengan Om Indra di jalan pulang dari museum. Kenapa dia masih di Vietnam padahal seharusnya dia sudah pulang ke Indonesia? Ternyata dia hari minggu ketiduran sampai ketinggalan pesawat. Tidur paling mahal katanya karena tidur 2 jam, uang tiket 1 juta amblas.

Akhirnya tibalah saatnya berpisah dengan masa2 hanimunku yang menyenangkan dan kembali ke dunia nyata.


Thursday, February 11, 2010

"Wish you all the best"

Ucapan apa yang paling populer saat memberi selamat pada teman yang berulang tahun? Tepat. "Wish you all the best" (dengan segala kombinasinya tapi bunyi akhirnya tetep kayak gitu).

Beberapa tahun yang lalu waktu saya ultah, saya kebanjiran SMS yang bunyinya semua begitu. Korban copy paste? Tahun-tahun belakangan ini, di facebook kalo ada reminder teman yang ultah, di Wall semuanya tulisannya sama. Dikirim oleh 467 teman yang berbeda-beda (tetapi tetap satu jua ucapannya). Memang, "berharap semua yang terbaik" sama sekali bukan doa yang buruk. Tapi kata-kata ini tidak bersifat pribadi, kalau nggak bisa disebut "pasaran".

Dulu sekali, sohib saya pernah bilang, "Jangan pernah bilang 'Wish you all the best' karena itu ucapan klise orang yang tidak benar-benar kita kenal. Diucapkan oleh orang yang tidak terlalu peduli dan tidak tahu menahu tentang kita, hanya numpang bilang aja," Cerita dia sih, asal-muasal kata-kata itu adalah dari bar. Kalau ada yang minum-minum bersama teman dan kolega untuk merayakan hari ulang tahun seseorang, biasanya si ultah (yang bahagia dan mabuk) mentraktir semua orang. "Minuman gratis untuk semua orang!"
Dan untuk menyatakan rasa terimakasih karena ditraktir orang asing, orang-orang itu akan bersulang untuk dia sambil berkata, "Wish you all the best!"
Jadi artinya dalam kata lain, "Kami tidak kenal kamu tapi karena kamu ultah dan nraktir minum ya saya doakan yang terbaik dah!"
Cerita ini mungkin benar, mungkin juga tidak. Tapi bukan itu intinya. Saya belakangan ini juga merasa betapa tidak ada artinya kata-kata itu. Orang Jawa bilang, "lamis-lamis lambe" artinya pemanis bibir doang. Maksud saya, ketika kita menyelamati seseorang, hanya karena latah saja, maka kita bilang,
"Met ultah. Ngggg....*karena nggak tahu dan males mikir mau bilang apa* Wish U all D Best ya!"

Jadi enaknya bilang apa dong?

Menurut saya, saya suka ucapan yang ditujukan pada saya pribadi. Tentang hal-hal yang menyangkut saya yang diketahui teman karena kita dekat dan saling mengenal. Ada beberapa contoh ucapan dari teman-teman tahun-tahun lalu yang bagi saya cukup berkesan:
  • Ria, Selamat Ulang Tahun. Kutilmu sudah sembuh belom???
  • Halo yang ultah. Traktiran dong. Oya, berhubung tahun lalu duitmu traktiran kurang dan kamu masih ngutang aku, tahun ini aku nggak usah ngasih kado ya? Anggap saja lunas. Sukses selalu!
  • Happy birthday, Ria. Kemarin buku catatanmu ketumpahan kopi, tapi hari ini sudah kering. Masih bagus kok, cuman agak keriting doang. Oya, ini ada catatan nama gejala penyakit, hurup depannya h belakangnya i. Tengahnya luntur. Apa ya kira-kira? Semoga tambah usia Ria tambah sabar dan jarang marah-marah. Amiiiin.
  • Ria, kamu ketinggalan kolor yang belum dicuci di sini. Ada dua biji. Yang satu merah muda, yang satu putih agak kelunturan gitu. Ambil dong, di kamarku kan banyak semut. Oya, hari ini kamu ulang tahun ya? Selamat!!! Hepi bersday tu yu...
  • Ria met ultah. Singkirin dong motornya. Mobilku mo keluar nih!!! (NB: ada 7 misscalls)
  • Met ulang tahun Ria, semoga tambah sukses, baik, dewasa dan disayang keluarga. Eh..ini bulan Februari ya? Oh sori. Ini buat Ria yang lain...
  • Selamat ulang tahun. Tolong pasien 4, 8, 15, 23, 27, 29 dicek segera. Kemarin ditanya laporannya. *Dari Boss.*
  • Met ultah sayang. Moga tambah cantik dan sexy dan tambah sayang sama akyu...Lop yu. Senyummu di hari ini membuat jantungku bergetar...Lop yu lagi...traktiran candle light dinner ya...Lopyu banget abis sekaleee*Dari temen kost. Sengaja anonim pake HP orang biar aku penasaran. Tapi ketahuan gara-gara ada SMS kebaca di HP mereka, "Sukses gak ngerjain Mbak Ria pake SMS gombal?"'*
  • Ria! Met Ultah! Cepetan bangun! Udah ditunggu Prof di ruang staf lantai 3!
  • Ria, masak to, kata dia aku nggak konsisten. Sebentar bilang begini, lain kali bilang begitu. Aku kan kesel dibilang gitu. Btw, kamu ultah ya hari ini. Happy Birthday ya," *temen sekampus yang doyan curcol*
  • Hepi birthday ya Mbak. Mau diperpanjang membershipnya mumpung jatuh tempo?*dari sales*
  • Ria, happy birthday...for tomorrow. *dari temen di australia. Dia gak tahu ngucapin kepagian itu pamali hukumnya*
  • Semoga kasih Tuhan melimpahimu dihari yang bahagia ini. Jangan lupa deodorannya dipake, biar orang lain tidak terganggu. Itu kaosnya sampe harus dikasih bayclin dibagian ketek. Dari mami. *sumpah, ini gak bercanda!*
  • Slamat ulang tahun, Mbak Ria. Kapan nih nikahnya? Bentar lagi udah kepala 3 lho.
  • Cik, met ultah. Tulung nanti kartuku diisi ulang ya, biar nggak hangus. Batas akhirnya sesudah tanggal ulang tahunmu. Dari Anik *Dia adekku. Selalu bicara soal teknis dan praktis. Anti curhat*
  • Ria hepi berdey. Ikanmu udah mati berapa aja?
  • Met Ultah. Buku yang kamu pinjem udah telat 3 bulan. Dendanya dibayar dong. Kan atas namaku, aku jadi nggak bisa pinjem"
  • Buah murah, buah kedondong. Yang ultah traktiran dong! Oya, Ria, karna tahun-tahun kemarin nraktirnya di warteg bu Dewi mulu, gimana kalo sekali-kali kita ke Bakoel Desa? Jangan alasan lagi belum kerja jadi bisanya baru tahun depan!!!!! Awas ya!!!
  • Ria, selamat ulang tahun. Semoga tambah pinter, baik, cantik, sukses, rajin menabung, membuang sampah pada tempatnya dan tidak pipis sembarangan. Udah putus ya sama pacarmu yang terakhir? Udah dapet gantinya belom? Kasian ya kamu sampe ditolak terus gitu...
  • Chúc mừng sinh nhật. Xin lấy tôi. Tôi có rất nhiều con bò! *Teman dari Vietnam. Tolong diartikan pake dictionary.com*
Jadi, sudah ada ide kan? Personal, jelas dan tidak ditujukan buat seratus orang yang lain kalau mereka juga ultah. Saran saya sih, doanya yang baik-baik aja, soalnya doa itu bisa mental ke pemberinya lho ^_^. Buat yang sudah mulai mengarang ucapan selamat yang yahud dan benar-benar diingat (sampe pake puisi segala) I wish you all the best!

Buat Mbak Fanda yang ultah 3 hari lagi, semoga Mbak bisa nambah 'daftar kata2 yang berkesan' =)

Monday, February 8, 2010

Menurut saya, berkelana adalah...

Apa yang terlintas di kepala kalau saya sebut kata traveling? Tempat-tempat indah yang tak terbayangkan? Petualangan? Gurun? Salju? Laut? Kebudayaan baru? Orang-orang mancanegara? Suku-suku terasing? Bahasa yang hampir punah? Cara hidup yang tidak pernah kita tahu sebelumnya?

Untung saja kita tidak sedang dalam acara "Super Family" karena semua jawaban itu cuma bernilai satu atau dua (atau malah tidak ada menjawab sama sekali). Sembilan puluh persen survey di lingkungan tempat saya hidup, tumbuh dan bermetabolisme (sayang belum berkembang biak) menjawab dengan satu kata saja: uang.

Ketika saya masih anak-anak, saya berkhayal pergi ke bulan dan bintang, bertemu bajak laut atau masuk ke lubang kelinci. Waktu saya kecil, saya terbuai dengan petualangan Robinson Crusoe dan berpikir kalau saya sudah dewasa, saya pasti bisa pergi sendiri. Tapi seiring dengan waktu (yang berefek amnesia) saya melupakan semua mimpi saya yang konyol dan memulai sesuatu yang jelas-jelas lebih berguna: dari belajar cebok sendiri, nyiapin makan sendiri, potong kuku sendiri sampai belajar limit fungsi dan logaritma, anatomi dan ujian kompetensi dokter indonesia. Saya belajar bagaimana cari nafkah setelah saya dewasa, bagaimana cari pasangan, bagaimana menjadi orang sukses dan bagaimana mempunyai hidup yang nyaman. Saya lupa tentang melihat tempat-tempat baru atau menginjakkan kaki di belahan dunia lain (bukan dunia hantu-nya Hari Pantja. Meskipun sebetulnya kalo memungkinkan dikunjungi dan kembali, kenapa tidak ya?).

Sampai suatu saat, impian itu kembali. Tanda-tandanya jelas sekali, antara lain (1) saya harus menghadapi ujian semester. (2) saya baru saja ditinggal pacar. (3) orang tua dan adik2 saya sibuk bertengkar. (4) saya harus pindah dari kontrakan. (5) saya harus bayar dan cari kontrakan yang baru. (6) saya kehilangan anjing kesayangan. Saat itulah, dunia saya terasa sangat sempit dan klaustrofobik. Saya keluar dari bis jurusan Limpung-Semarang di suatu tempat antah-berantah dan berjalan tak tentu arah. Ke suatu tempat yang tidak pernah saya kunjungi dan tidak ada yang mengenal saya. Tanpa tujuan. Kemudian saya kembali ke rumah yang sepertinya terasa penuh sesak dan panas. Kali ini hati saya lebih tenang. Ada sesuatu yang mengingatkan saya dari dalam. Saya ingin bepergian sendiri. Berkelana tanpa tujuan. Bukan berwisata. Bukan berbelanja. Bukan mencari pemenuhan akan gengsi karena melihat tempat-tempat eksotis. Bukan memburu foto yang spektakuler. Saya bahkan tidak tahu namanya apa. Tapi saya tahu apa yang saya lakukan.

Sulit menjelaskan sesuatu pada orang lain yang paradigmanya berbeda sama sekali. Sama seperti kalau kita berusaha menjelaskan harumnya mawar pada orang tuna grahita. Intinya, kalau saya ingin kesenangan dan kenyamanan, saya akan tinggal di rumah dan pergi ke mall sekali-sekali. Berkelana sendiri artinya menempatkan diri saya pada posisi yang rentan dan tidak aman. Saya kedinginan, kepanasan dan kelaparan. Dan saya sendirian di tempat asing. Saya kadang tersesat dan kebingungan. Tidak mengherankan kalau saya ditanya: apa untungnya? Saya tidak bisa menjawab tanpa berkesan masokis =). Maksud saya, tanpa tahu alasan pribadi saya, orang tidak bisa melihat mengapa saya berkelana sendirian tanpa tujuan. Apalagi tanpa alasan ekonomi ^_^.

Saya mengerti sekali, bahwa berkelana adalah hak istimewa segelintir orang yang cukup beruntung untuk punya kesempatan. Hanya saja, saya ingin bilang bahwa pada suatu titik, berkelana bukanlah sesuatu yang hedonis. Sama seperti cita-cita yang lain; menjadi pilot, menjadi guru atau menjadi dokter, berkelana juga adalah suatu cita-cita yang baik. Jadi kenapa traveling selalu berkonotasi dengan kemewahan? Karena tidak seperti profesi yang menghasilkan uang, traveling menghabiskan uang. Bagi sebagian orang (yang mungkin tidak punya kebutuhan finansial mendesak dan hanya perlu mencukupi dirinya sendiri) uang ini dihabiskan untuk hal yang berguna sepanjang hayat seperti: membentuk karakter, membuka pikiran, memberi pilihan, menemukan diri sendiri atau membangkitkan keberanian dan kemandirian. Hal-hal tersebut tidak bisa dilihat dari luar apalagi dibungkus dengan kemasan buat oleh-oleh, tidak juga bisa dijual lagi ataupun dipakai untuk cari uang. Bagi saya pribadi, berkelana tidak ternilai harganya, karena telah membawa saya keluar dari kubangan lumpur masa lalu (sekali lagi, ini bukan adegan film kuntilanak 'bangkit dari kubur' tapi jujur nih, dulu saya patah hati dan tidak bisa melepaskan ego yang terluka, taelah!) dan memulai sesuatu yang baru. Ini juga membuat saya tahu siapa saya, bukan apa yang saya punya. Membuat saya berani memiliki pendapat sendiri dan tidak cuma ikut omongan orang lain.

Saya sangat mendukung orang-orang yang berani keluar dari zona aman mereka. Seperti Kristina yang ingin melihat kambing gunung, misalnya. Berkelana bukanlah sekedar memanjakan diri dengan makanan a la carte dan penginapan berbintang. Tidak percaya? Cobalah baca The Dharma Bums oleh Jack Kerouac, Into The Wild oleh John Krakauer, Holy Cow: an Indian Aventurer oleh Sarah MacDonald, The Lost Continent oleh Bill Bryson, atau Through Painted Deserts oleh Donald Miller (ada lebih banyak lagi kalau mau disebutkan satu-satu). Buku-buku mencengangkan tersebut tak lain adalah jurnal perjalanan. Saya juga pernah membaca beberapa jurnal dari orang Indonesia. Menurut saya berkelana sama seperti belajar. Belajar di jalan. Sama seperti sekolah yang lain, kita membayar untuk mendapatkan pendidikan, untuk memperluas pandangan hidup kita yang semula terbatas.

Saya menulis ini karena dari dulu, orang tua saya menentang keinginan saya untuk traveling. Karena mereka tidak mengerti apa yang dihasilkan, tapi mereka tahu persis apa yang dibuang. Saya tidak bisa berdebat soal uang. Apalagi peraturan visa yang selalu meminta bukti rekening koran. Lagipula, akhirnya saya menyerah juga dengan kebenaran pola pikir yang ekonomis, praktis dan memang diperlukan saat krisis. Bayar saja iuran speedy seratus ribu perbulan dan lihat google earth. Aman, murah dan nyaman, bisa diakses dari rumah. Jangan lupa sesekali jalan ke mall. Akan jadi perjalanan yang sangat tidak berbahaya (apalagi banyak pesawat jatuh dan kapal karam sekarang).

Saturday, February 6, 2010

Mengapa Kita Butuh Hari Valentin?

Seminggu lagi tanggal 14 Februari. Sebetulnya, pada tanggal tersebut banyak yang terjadi. Misalnya, itu adalah hari dimana ada sekitar 2ribu orang Yahudi dibakar atau diusir dari Strasbourg tahun 1349, hari dimana Oregon dan Arizona menjadi negara bagian Amerika Serikat, hari permulaan pecah perang antara Polandia dan Soviet, hari dimana Jawa memberontak terhadap kependudukan Jepang dan hari dimana Alexander Graham Bell mematenkan penemuan teleponnya (halo yang selalu hidup saprofit dengan HP?=p). Tapi tentu saja semua itu cuman info yang yang tidak penting (terus terang, saya juga tidak peduli kok. Emang ada efeknya kalau tanggal segitu ternyata hari berdirinya desa Limpung?) sama seperti info bahwa harga bawang merah akan naik. Saya bukan penggemar fanatik bawang merah. Kalau petai yang bakal naik, saya akan kuatir. Sungguh.

Saya bukannya latah bicara tentang Valentin, peristiwa yang paling dirayakan pada tanggal segitu. Omong-omong kosong nih, sebenarnya tanggal itu "hanyalah" hari kematian St. Valentin yang jasanya menikah-nikahkan orang supaya mereka mau memeluk suatu agama. Juga tidak bermaksud memojokkan hari Valentin yang dipuja kaum muda dan dimanfaatkan sebesar-besarnya oleh pabrik coklat, tukang jual bunga, boneka, tukang jual kartu, parsel, apa pun yang berwarna pink serta event organiser dan majalah remaja putri. Saya bicara tentang ini karena Valentin mempengaruhi saya secara pribadi.

Kata sebagian orang, Valentin adalah hari yang menakutkan, lebih menakutkan daripada Haloween atau malam 1 Suro. Hari ini para single tiba-tiba diperlihatkan dengan jelas label mereka : sendirian pada hari ini ibarat orang yang lagi puasa di tengah-tengah jamuan makan. Hari ini juga menakutkan bagi orang-orang yang punya pacar tapi lagi bokek. Kayaknya saya pernah cerita kalau orang Inggris punya adat untuk mengirim pesan cinta anonim pada hari ini. Maksudnya sih supaya perasaan2 yang tidak tersalurkan pada hari-hari biasa bisa tersampaikan tanpa bikin seseorang kehilangan muka. Tapi sialnya, semua orang jadi berlomba-lomba mengirim kartu, dan siapa lagi yang kebanjiran kartu selain si cewek primadona. Intinya, di sana, kalau kita cewek SMU yang tidak memenuhi syarat ceking, pirang dan pintar bermain trombon serta tidak tahu bedanya antara eye-liner dan deodoran, mending persiapan nulis kartu banyak-banyak untuk diri sendiri jauh-jauh hari deh. Teman saya yang berumur 16, suatu siang hari di bulan Feb (tebak tanggal berapa) saya lihat membersihkan kuku sambil nonton The Full Monty. Dia bilang, hari Valentin seharusnya jadi hari libur nasional di SMU. Saya bukan lagi anak SMU dan saya tidak terganggu dengan Valentin dan segala perayaannya. Lagian, hey, itu kan hari yang baik kalo kita tiba-tiba pingin jadi penjual bunga/kartu/kue/coklat dadakan. Jadi, apa yang mempengaruhi saya?

Sebenernya, anu, pengaruhnya adalah, saya selalu lupa pada tanggal ini. Tidak seperti Natal yang membuat kita minimal pergi ke gereja dengan lebih banyak lilin, lebaran yang bikin pasaran emping tutup selama minimal 2 minggu, atau bahkan lebaran haji yang bikin banyak sapi dan kambing berada di luar habitatnya dalam sehari. Jadi, supaya ingat, tahun ini saya bertekad untuk merayakan Valentin. Mengapa? Saya punya penjelasan kenapa kita butuh hari yang konon hanya alasan bagi supermaket untuk menghabiskan stok coklat mereka bulan lalu.
  • Ini adalah hari dimana kita boleh merasa dan bicara dengan sedikit 'dangdut'. Saya boleh menyapa Mas resepsionis di pagi hari dengan, "Hari ini Mas tampak mempesona," dibanding ucapan standar membosankan, "Selamat pagi," Dan bilang sama tukang anter galon akua, "Anda memuaskan dahagaku, " dibanding ucapan biasa (yang kedengaran sangat tidak affectionate), "Makasih. Tolong angkat ke dispenser," Saya juga bisa memandang residen bedah saraf lama-lama dan membayangkan dr. Shepherd daripada ingat bahwa dia adek kelas saya yang pernah minta bocoran soal-soal asistensi. Saya bisa memutar lagu 'Wonderful Tonight' atau 'Inikah namanya cinta?' dibanding lagu saya yang biasa 'Saykoji-Jomblo' dan 'Linkin Park-Numb'
  • Saat dimana kita bisa beli buket bunga tanpa merasa bersalah meskipun mereka bukan barang yang dibutuhkan dan tidak juga tahan lama. Tanpa dikira mau melayat.
  • Saat dimana saya bisa menulis kartu anonim pada teman sekost dan ikut-ikutan penasaran itu dari siapa (Hoi, jangan bilang-bilang mereka ya. Merusak suasana seru)
  • Saat dimana saya bisa nulis tentang cinta dan curhat colongan tentang petualangan cinta (yang sebagian disadur dari film Bollywood biar seru) tanpa dikira penulis roman picisan atau pemimpi cinta yang sok melankolis.
  • Saat saya bisa membeli coklat stok bulan yang lalu banyak-banyak.
Akhir kata, kita memang butuh perayaan ini. Saya bersyukur bahwa pada tanggal segitu kita merayakan cinta; bukan perang, pembunuhan, politik atau bahkan kemajuan teknologi informasi. Saya senang bahwa setidaknya sekali dalam setahun kita diingatkan bahwa di tengah dunia yang skeptis dan pesimis soal romantisme, masih ada tempat buat perasaan yang berbunga-bunga dan pertemuan dengan belahan jiwa. Lagipula, cuma harapan inilah yang membuat hidup kita lebih cerah penuh warna.

Oh ya omong-omong, bagaimana kalau tahun ini saya mendaftarkan diri jadi peramal cinta kaya Mbak Mieke Rose? Sepertinya itu pekerjaan yang cukup menjanjikan...(dan tidak menuntut pendidikan pasca sarjana)

Thursday, February 4, 2010

Nyambung rantai

1. Where is your cell phone? hape saya tadinya di kantong tapi sekarang sudah ada di meja karena konon katanya kabar burung, dekat2 hp radiasinya bisa bikin orang tumor otak kaya hiro nakamura di film heroes tapi kalo hiro itu tumor otak gara2 dia bisa menghentikan waktu dan bisa teleport.

2. Relationship? Hubungan semenda atau hubungan apa ya....hubungan saya baik2 saja dengan suami karena pengantin baru. Biasanya kan kalau barang baru belum bosen kaya helm saya waktu baru beli saya sayang2 sampai kalau hujan mendingan saya yang kehujanan daripada helm saya yang kehujananan. Tapi sekarang helm saya sudah boncel2 kebentur2. Hubungan dengan teman sekantor juga baik kecuali kalau saya lagi bete sama mereka pasti hubungannya tidak baik seperti hubungan saya dengan miss similikiti weleh2 (minjem istilah tukul) kalau dia lagi suka nanyain kenapa ini tidak ada padahal ada.

3. Your hair? Rambut yang kelihatan sekarang modelnya ga jelas. Terakhir dipotong oleh om2 rada banci seharga 30rb. Mungkin kalau saya potong rambut di Peter Saerang hasilnya bisa berbeda. Rambut saya sepanjang punggung, dicat merah hasil karya adik dan sudah mulai luntur trus rada bercabang soalnya jarang creambath..untungnya ga berkutu.

4. Work? Pekerjaan yang sebenarnya tidak tercinta tapi karena amanat babe terpaksa harus dilakukan yaitu Accounting bagian pajak yang bikin kepala pusing. Senangnya cuma pas ada yang ultah jadi bisa makan gratis. Sebenarnya impian saya menjadi dokter anak kaya Arizona Robins di Greys Anatomy minus lesbian. Karena pasien anak2 lebih enak dipandang daripada pasien2 tua yang kempot dan giginya tinggal dua.

5. Your sisters? Aku punya dua adik cewek yang satunya suka sensi yang satunya lebih dewasa. Untung yang sensi lagi di Jogja jadi nggak perang dunia ke delapan karena aku juga suka sensi.

6. Your favorit thing? Karena Ria juga boleh nyebutin banyak, saya juga ah. Jadi saya paling suka makan enak, nonton DVD korea, baca buku yang ga aneh2, berlibur, tidur dan ga harus bangun buat kerja, ngerumpi ama temen, ngecengin adik kelas, belanja bulanan dan yang terakhir adalah ngabisin duit sambil berharap duitnya ga abis2.

7. Your dream last night? Tadi malam kayanya mimpi dikejar2 penjahat karena ceritanya saya adalah seorang superhero yang akan menyelamatkan dunia dari kiamat. Sering lho saya mimpi dikejar2 penjahat. Jangan2 saya memang titisan Robin Hood.

8. Your favorit drink? Nu Green Tea...tiada hari tanpa minum nu green tea tapi karena boros akhirnya minumnya green tea buatan sendiri dari pagilaran yang rasanya ga ada mirip2nya ama nu green tea.

9. Your dream car?Lamborghini (bener ga ni nulisnya). Soalnya waktu itu saya liat ada yang naik lamborghini keren banget...jadi walaupun orangnya ga keren tapi naek lamborghini pasti jadi pusat perhatian.

10. Your shoes? bakiak ga ada merknya yang kalo buat jalan bunyi pletok2...

11. Your fears? takut disiksa misalnya digoreng or ditusuk2 jarum kaya putri huan zhu.

12. What do you want to be in 10 years? pengennya tinggal di luar negri biar terbebas dari polusi bajaj yang bikin sinusitis.

13. Who did you hang out with last week? Last week hang out di rumah sakit bareng suami gara2 batuk seminggu ga sembuh2 malah tambah parah ternyata penyebabnya karena hidung saya mencong. (tapi ga bikin mati sih)

.14. What are you not good at? Saya sangat bagus dalam membuat lagu yang syairnya jayus. Misalnya nyanyi lagu....jinggobel...jinggobel..jinggobal gobel.......

15. One of your wish list item? tinggal di tempat yang bisa turun salju

16. Where you grew up? dari kecil sampe besar di pekalongan tidak tercinta yang panasnya bisa bikin item dan culun. trus lanjut ke jogja yang bikin rada putih dan PD. sekarang di jakarta yang bikin hidung mencong.

18. What are you wearing? sekarang lagi pake celana jeans dan baju beli di sepupuku yang ga matching sebenarnya. tapi karena cocok buat menutupi perut gendut ya terpaksa dipake.

19. Your computer? ga punya komputer...adanya komputer kantor merk DELL yang katanya layarnya ga ada radiasinya...tapi kenapa menatap komputer lama2 mata bisa atit ya.

20. Your pet? sekarang ga memelihara binatang karena terakhir pelihara ikan mas, akuariumnya kejatuhan galon gara2 saya habis sakit demam berdarah jadi kehilangan kekuatan seperti Samson yang dicukur bulu keteknya jadi waktu nuangin galon ke dispenser, galonnya jatuh menimpa akuarium.

21. Your life? Hidup saya sekarang di tempat kerja sedang dilanda duka dan nestapa gara2 tax audit. Namun hidup saya yang lain tetaplah gembira RIA karena pulang kerja bisa nonton dvd sepuasnya dan makan enak kalau habis gajian.

22. Missing ? Saya kangen Jogja...pengen ke Jogja....tapi apa boleh buat....mo cuti sehari aja susah.

23. What are you thinking right now? saya berpikir kenapa hari ini ga bisa pulang cepat........

24. Your car? punyanya motor bebek bernama Mercury...sebenarnya punya suami sih.

25. Your kitchen? Ada dapur jadi2an di sebelah kamar kost yang kalau kita masak lamaan dikit tante kost langsung melongok karena takut gasnya langsung habis.

26. Your favorit color?merah merona seperti pipi saya kalau lagi mayuuu

27. Last time you laugh? barusan gara2 baca jawaban2nya ria hehehe..sangat menghibur soalnya sebelumnya saya lagi teleconference dengan orang india leke2 yang memusingkan karena ga tau mo ngomong apa.

28. Last time you cried? Kemarin2 karena ga punya duit dan ga ada yang sukarela mau ngasih duit ke saya 10 juta aja gitu.

29. Love? saya cinta sama diri saya sendiri (narsis mode on). Saya cinta suami, adik2, orang tua, dompet, atm, dvd player, tv....

30. So who wants to share their ONEs? ga ngerti juga ni maksudnya apa...apa share rahasia ya? saya ada rahasia..dulu waktu SMA pernah ngerusakin kaset teman tapi ga nyadar. Jadi yang tertuduh adalah teman saya yang lain....maap yaaa.

31. Person elected to the tag (tag ini saya wariskan kepada) Petter Sanjaya deh..tapi kayanya dia ga bakalan ngisi. Kalo sampe ngisi berarti keajaiban dunia ke seratus duapuluh delapan.

Pertanyaan-pertanyaan Berantai

Mbak Fanda lagi-lagi jadi inspirasi tulisan saya. Berikut pertanyaan yang sama persis dengan postingan di blognya beberapa hari yang lalu. Kristinaaaaa...silahkan jawab juga yak!

1. Where is your cell phone?
Di mana ya?? Tadi kebawa ato lagi dicharge di bawah meja di kamar??? (semua orang yang pernah SMS/miskolannya nggak saya jawab berhari-hari pasti sudah mahfum)

2. Relationship?
Hubungan yang baik: sama ikan mas koki saya (karena saya yang ngasih makan), ama tanaman-tanaman saya (karena saya yang nyiram), sama temen kost dan temen sekitar kost (karena sering saya ajak makan bareng), sama komputer di kantor saya.
Hubungan yang tidak terlalu baik: sama tukang tagih iuran internet, nyuci dan kost. Sama printer sialan yang kabelnya kayaknya udah digigit tikus.
Hubungan yang jelek :sama mesin fotocopy di bagian penyakit dalam (suka ngadat), sama tikus di kost2an, yang juga tersangka utama pengigit kabel printer (saya memikirkan modus pembunuhan yang sempurna, ada ide?)

3. Your hair?
Tergantung rambut yang mana dulu nih? Kalo rambut alis saya mah pendek, item, kaku kaya sikat gigi yang kejepit pintu.

4. Work?
Semi pengangguran yang menikmati hidup dan memandang masa depan dengan penuh harapan...

5. Your sisters?
Sister. Satu orang. Tengil. Antik. Baik. Ciamik. Lagi bisnis batik. Tertarik?

6. Your favorit thing?
Things. Soalnya banyak. Saya suka bau tanah kering kesiram hujan, kerang, batu, bunga, buku, foto, jango.com, sharp dictionary, korsase bunga pemberian sohib, hair removal yang diincer adekku, crayonku dan tak lupa motor Kymcoku.

7. Your dream last night?
Inget2 dulu...Kayaknya sih saya mimpi menang lotere dan diajak kencan cowok ganteng (mimpi kali ye...bukannya emang?)

8. Your favorit drink?
Teh melati manis anget. Emak2 banget yah?

9. Your dream car?
Lexus

10. Your shoes?
Crocs yang sebenernya punya nyokap, nyokap dikasih adek. Tapi karna nih sepatu bisa buat ngantor sekaligus pergi berenang, aku embat dengan sukses bin maju jaya.

11. Your fears?
Diculik alien.

12. What do you want to be in 10 years?
Jadi penulis. Menyelamatkan banyak orang dari malaria (Jangan ketawa! Nanti terinfeksi lho! *kutukan mbah jambrong*)

13. Who did you hang out with last week?
Temen2 kost dan sekitar kost.

14. What are you not good at?
Waduh ini banyak banget. Jadi males nulisnya karena diperlukan 5 blog sekaligus supaya mencakup semuanya (hehe. Becanda Mbak Fanda, becanda...). Beberapa diantaranya adalah ngupil pake jempol, nangkep lalat pake sumpit dan ngangkat galon akua pake satu tangan.

15. One of your wish list item?
Lexus

16. Where you grew up?
Limpung (http://maps.google.com/places/id/limpung?hl=en, barangkali ada yang gak percaya kalo tempat ini nyata)

17. Last thing you did?
nonton you tube sambil garuk-garuk ketek...

18. What are you wearing?
Ini pertanyaan kok agak2 menjurus ya (paranoid.com). Baju gombrang sejuk dan celana kolor karna mo bobok. Kalo mo liat potonya silakan liat ke profil picture-ku di facebook.

19. Your computer?
Macbook yang GAK BISA buat nonton VCD. Gimana nih. Udah dipersewaan gak ada versi DVDnya lagi huhuhu...

20. Your pet?
Ikan mas koki bernama Midun.

21. Your life?
Saya ato avatar saya? Hehe. Hidup memperlakukan saya dengan sangat baik. Sehat. Bebas. Penuh energi. Banyak waktu buat ngenet, banyak waktu buat ngelukis, berenang, makan-makan dan baca buku. Banyak temen. Baik yang nyata maupun tidak nyata (di dunia maya maksudnya. Bukannya hantu. Emang saya dukun?). Saya orang yang percaya bahwa hidup itu penuh kejutan dan saya tidak sabar melihat apa yang menunggu saya di masa mendatang.

22. Missing ?
Saya kangen untuk berdansa dengan musik amerika latin.

23. What are you thinking right now?
Ini pertanyaan yang bikin siapa sih sebenarnya?

24. Your car?
Angpedes, mikrolet, bus AKAP dan angkot. Orang saya punyanya motor jetmatic Kymco.

25. Your kitchen?
Di lantai bawah. Lumayan luas dan ada wastafelnya. Sayang semua alat makan harus ditutup ato dicuci dulu sebelum dipake. Maklum tikus-tikus ikut ngekost tanpa bayar...

26. Your favorit color?
warna2 tanah: kuning jerami, ijo pupus ato krem.

27. Last time you laugh?
Barusan aja, waktu pergi berenang ama temen. Kami melihat cuman ada satu bintang di langit. Dia bilang, kasian banget Semarang, bintangnya cuman satu. Pas dia tugas di NTT bintangnya banyak, sampai dia bisa lihat rasi bintang biduk. Saya protes karena menurut saya tidak ada kategori "bintang di Semarang" atau "bintang di NTT" karena bintang-bintang itu sama. Jadi, pasti karena tertutup awan. Semenit kemudian, bintang itu mulai redup karena tertutup awan. Saya bilang, "Bener kan? Bener kan?" Tapi malah temen saya bilang, "Nyala!" kaya gaya Choky Sitohang gitu. Anehnya awan tersibak saat itu juga. Kami tidak bisa berhenti tertawa.

28. Last time you cried?
Beberapa hari yang lalu, karna ikan mas koki saya mati (bukan si Midun lho). Eh tadi pagi ding. Karena kaki saya kesandung pintu. Hua..hua...masi bengkak nih...

29. Love?
Negara dan tanah tumpah darah saya, Tuhan YME, ikan mas koki saya satu-satunya yang masih idup...(kalo orang-orang gak usah ditulis karna blog ini tidak akan cukup...taela)

30. So who wants to share their ONEs? how about?
*Maksud pertanyaan ini apa yah??*<-- idem sama Mbak Fanda. Saya juga kagak mudeng. Idem no.23 juga. Ini pertanyaan yang bikin siapa sih sebenarnya?


31. Person elected to the tag (tag ini saya wariskan kepada)
Kristina Melani Budiman

Tuesday, February 2, 2010

Kembalilah padaku!


Ingat kan waktu saya dulu ngomongin tentang orang yang selalu bicara tentang anaknya? Salah satu orangnya adalah rekan sekerja saya (sebenernya satu-satunya rekan kerja saya selain komputer berlayar 14 inchi ihik-ihik='<) dan dia adalah seorang ibu berumur tiga puluh sekian tahunan (saya tidak tahu persisnya dan saya malu bertanya, jadi risikonya sesat di jalan). Dia waktu itu sedang hamil tua dan sekarang baru saja melahirkan. Alias sedang cuti. Hasilnya adalah : sekarang saya kerja sendiri. Ya, dulu saya mengeluh kenapa sih gak ada bahan pembicaraan yang lebih menarik daripada anak, sekolah, les, pembantu dan kembali ke anak. Tapi sekarang, setelah dia tidak ada di tempat, saya kewalahan mengurus surat-surat. Saya tidak tahu di mana dokumen disimpan. Saya tidak tahu bagaimana mengurus surat-surat, mengirim dokumen dan mengarsip kertas-kertas apapun itu isinya. Saya jadi merasa kerjaan saya tidak beres. Dan sebagai orang yang agak obsesif-kompulsif (dalam batas positif lah ya), saya merasa tidak nyaman kalau masih ada pekerjaan yang menggantung. Jadi rasanya pingin teriak: kembalilah padaku!!!!! Saya butuh sekretaris. Tidak ada syarat khusus. Dia bahkan boleh-boleh saja bicara tentang anak, belanjaan, pembantu ato tetek bengek keluarga selama 24/7. Asal bidang kesekretarisan terurus. Asal saya bisa lega dan memikirkan pasien-pasien saja, bukan hocus-pocus dokumen dan surat dan arsip dan sebagainya.

Orang bilang sesuatu itu harus hilang dulu baru kerasa ada. Mungkin memang benar. Banyak hal kita anggap wajar saja ada atau memang sudah seharusnya begitu, sampai kita ada dalam kondisi tidak punya dan tidak ada yang berjalan seperti seharusnya. Contohnya adalah mesin gelembung ikan mas koki saya. Saya punya akuarium kecil yang saya taruh di kamar (karena ngekost tidak ada ruangan yang lain. Masa mau saya taruh di garasi?), di meja sebelah tempat tidur. Mesin gelembungnya berbunyi seperti traktor dan saya sebenarnya merasa agak terganggu dengan suara berdengung yang agak mirip ikan ngorok (emang ikan bisa ngorok?). Pokoknya saya bahkan berpikir untuk merancang akuarium yang lebih modern, dengan mesin yang nyaris tak terdengar. Suatu hari listrik mati. Dengungan itu tidak terdengar. Sunyi. Saya tidur lebih nyenyak dari biasanya. Tapi saya kelabakan begitu sadar bahwa gelembungnya mati! Teman sekost menyarankan saya untuk meniup-niup sendiri gelembungnya, blekuthuk...blekuthuk...atau menCPR ikan-ikan mas koki itu satu-satu. Benar-benar susah cari ide bagus belakangan ini. Intinya, saya merindukan dengungan mesin gelembung sialan itu!

OK. Mesin gelembung bukan contoh yang bagus tentang perasaan kehilangan yang sebenarnya. Apakah teman-teman punya pengalaman serupa? Sesuatu yang kita keluhkan kemudian tidak ada dan kita rindukan? Berbagilah bersama saya!

Saya nebeng mengumumkan pembukaan blog baru saya. Akibat adanya protes terhadap postingan saya yang berbahasa Inggris, saya memutuskan untuk membuat blog terpisah untuk bahasa kedua saya. Bila ada yang sisa-sisa waktu dan kurang kerjaan (misalnya nunggu dijemput atau nunggu hujan reda atau nunggu pesenan kwetiaw goreng dari warung sebelah) silahkan kunjungi "I spy with my little eye". Tidak harus komentar pakai bahasa Inggris. Saya cuma ingin menjadi ekspresif sebagai diri saya sendiri, baik dalam bahasa ibu saya maupun dalam lingua franca dengan teman-teman saya yang tidak berbicara dalam bahasa ibu saya. Ada beberapa alasan mengapa saya merasa perlu menulis dengan bahasa yang berbeda:



  1. Beberapa guyonan sensitif terhadap bahasa dan budaya sehingga suatu lelucon tidak akan dimengerti bila diterjemahkan. Contoh, yang bukan orang Limpung pasti bingung apa lucunya "Wong Limpung kudung sarung, wong kemplung kedarung-darung" karena kalaupun diterjemahkan akan kehilangan esensinya. (Halah, esensi apa ya dari kata "kemplung"?). Bapak saya selalu bilang "gendeng" dan "gendéng" artinya beda jauh. Yang satu artinya gila yang lain artinya genteng. Itulah artinya kesensitifan terhadap bahasa dan budaya=)

  2. Supaya si Kristina berhenti dituduh nulis yang bukan-bukan. Dia selalu menulis yang iya-iya, as a matter of fact =).

  3. Supaya lebih mudah monetize...konon katanya bisa dapet dolar (dasar money-eye/mata duitan).

  4. Supaya saya tahu seberapa kesalahan lexical/grammatical yang saya buat sendiri.

  5. Supaya bisa ngomongin orang2 tertentu (yang saya tahu males kalo baca bahasa Inggris, bukannya nggak mudeng sih). Hehe, jangan ada yang ngerasa ya. Makanya cek barangkali lagi diomongin...

Itu saja. Semoga hari ini kita semua jadi lebih bersyukur terhadap apa yang kita punya, meskipun mulanya kelihatan nggak sesuai harapan. Ciao!

Jam

Sejujurnya, inilah Ria dan Kristina...

Ria dan Kristina, sama-sama punya ide-ide yang nggak masuk akal saking nggak bangetnya pikiran kami berdua. Obrolan kami ini, berkat kemajuan jaman dan menjamurnya aplikasi internet (hiduplah Indonesia Raya!), kami sekarang bisa tuangkan di blog. Dulu kami suka ngetik-ngetik pake mesin ketik manual di belakang kertas HVS A4 bekas fotokopian. Tapi tetep aja kami tidak berhenti menulis. Kata pepatah: setipis-tipisnya tinta masih lebih tajam dari ingatan manusia. Kata Pramoedya: menulis berarti memetakan sejarah. Halah, kalo tulisan kita mah sebenernya gak ada hubungannya ama sejarah. Cuma mengukirkan betapa masa muda kami ini sangat indah. Dan jelas nggak mutu isinya. Jadi, mending kalo sisa-sisa waktu dan pengen baca yang tidak terlalu berguna sajalah baru buka blog kami... Tapi apapun komentar, masukan dan pendapat teman-teman, semuanya adalah cendera mata yang indah buat kami...

Ria dan Kristina (hualah, koyok undangan penganten. Amit2 deh. Lesbong juga pilih-pilih ah...)

About Us

My photo
pindah2..tergantung mood, Indonesia
Sri Riyati Sugiarto (aka Ria) adalah cewek kelahiran limpung..(pinggiran kota Pekalongan)..habis sekolah di SMU St. Bernardus Pekalongan trus kuliah kedokteran di Undip Semarang..sementara Kristina Melani Budiman (aka Kristina) juga lahir di Pekalongan trus satu SMU ama Ria dan kuliah di Atma Jaya Jogjakarta. kami kenal di kelas 3 SMU tapi mo duduk bareng selalu ga bisa gara2 terlalu cerewet dan kalo duduk sebangku selalu bikin keributan karena hobinya menggosip jadi terpaksa sampai sekarang tidak pernah duduk bareng..untungnya kita ga satu kampus :p