Thursday, January 29, 2009

Bagaimana Membantu Dokter

He bore the stamp of the unforgivable sin in a physician - uncertainty. Rae Foley.

Tulisan ini saya buat karena banyak orang masih menganggap dunia kedokteran itu misterius dan tertutup sehingga mustahil dipahami orang awam. Padahal sejujurnya, peran pasien sangat diperlukan bagi dokter untuk membuat keputusan. Menurut primbon Mbah Jambrong riwayat penyakit atau bahasa medisnya anamnesis itu menentukan 70% diagnosis. Yang paling tahu tentang riwayat penyakit adalah pasien itu sendiri atau keluarganya. Jadi, memberikan informasi yang benar kepada dokter itu hukumnya wajib dan mengandalkan dokter untuk tahu penyakit kita waktu kita baru masuk ruang praktek adalah haram, karena dokter bukanlah peramal nasib apalagi peramal cuaca ataupun 'orang pinter' seperti Mbah Jambrong.

Karena kita jarang tahu tentang apa yang terjadi sewaktu dokter bekerja, kita cenderung pasrah bongkokan dan berharap bahwa dokter punya sinar X dari matanya dan bisa langsung melihat apa penyakit kita dan langsung tahu apa obatnya. Salahnya juga, kenapa di dunia kedokteran orang suka pakai bahasanya Harry Potter sehingga berkesan magis tanpa harus pura-pura jadi dukun santet. Padahal kalau diterjemahkan dalam bahasa sehari-hari, bisa jadi artinya cukup sederhana. Gasteroenteritis Akut Dehidrasi Ringan Sedang artinya mencret dengan agak kurang cairan.
Paroxismal nocturnal dyspnoea artinya terbangun dari tidur karena sesak napas. Kronis eksaserbasi akut artinya kumat-kumatan, Pityriasis Versicolor artinya panuan, takikardi artinya deg-degan, tachypnea artinya ngos-ngosan. Jadi kalo di diagnosis tertulis: skizofrenia dengan major depression dan anxiety disorder, itu artinya cuma: gila dengan tambahan depresi dan gugupan (bukan kabar baik sih, tapi setidaknya dipahami dengan bahasa manusia bumi).

"Bahasa mantra" yang dipakai orang medis kadang membuat kita nyaris berpikir bahwa dokter tahu segalanya tentang tubuh manusia. Ini mengakibatkan harapan terhadap dokter jadi melambung tinggi, harus tahu dari penyakit cantengan sampai kanker leher rahim stadium IV. Saya percaya bahwa dokter tahu sesuatu, tapi tidak semuanya. Ini karena pekerjaan dokter adalah tebak-tebak buah manggis. Bahasa mbah jambrongnya analisis deduktif. Ini sama halnya seperti detektif yang mencari tahu siapa yang maling ayam dari baunya, jejak kakinya, ukuran sandalnya dan terakhir bulunya (bukan bulu ayamnya). Jadi, dari riwayat penyakit kita memperkecil kemungkinan, diteruskan dengan pemeriksaan klinis. Lalu diperkecil lagi dengan pemeriksaan penunjang. Sampai tercapai diagnosis, tapi diagnosis ini masih dibuktikan lagi dengan perkembangan penyakit dan kemungkinan lain. Jadi kalopun maling ayamnya ketangkep kita masih curiga pada maling-maling yang lain yang mungkin mencuri ayam, misalnya maling jemuran, maling dompet dan maling kundang. Kalau ditemukan kemudian bahwa perkembangan penyakit mengarah ke diagnosis lain, maka terapinya pun kita ganti. Seperti menebak ayam dalam karung (bosen ah kalo selalu bilang kucing dalam karung, kenapa bukan bebek? kenapa bukan kelinci? Lagian kalo dalam karung kita kan gak tahu itu apa), kita tidak pernah tahu pasti sebelum mengadakan pemeriksaan yang teliti dan mengamati jalannya penyakit. Di sini peranan pasien sangat dibutuhkan. Rasanya wajar kalau kita sedikit tahu tentang apa informasi yang diperlukan saat kita sakit.

Yang perlu kita ingat kalau sakit adalah:
1. Keluhan utama. Jadi kalau sakit belekan jangan melantur ke pinggang yang cekot-cekot. Perjelas apa yang membuat kita datang ke dokter dan kalaupun ada keluhan lain, bicarakan secara terpisah.
2. Kalau kita sakit, ingatlah tempatnya (kalau bisa ditunjuk), kejadiannya (apakah tiba-tiba atau bertahap), bagaimana rasanya (tajam menusuk, meremas, berputar, tumpul, menyebar/tidak, tambah parah/ringan kalau apa, ada tambahan rasa yang lain/tidak, misalnya pusing ditambah mual), kalau mencret lihatlah apakah cair/kental, berlendir/berdarah atau tidak, apa warnanya, apa baunya (saya tidak bercanda lho), menyemprot atau tidak. Kalu sakit panas catat jamnya, kapan mulainya, terus-terusan atau kadang panas kadang tidak, menggigil atau tidak.
3. Riwayat penyakit yang lalu. Kalau ada riwayat kencing manis, jantung, rematik, asma, stroke, epilepsi atau tuberkulosis, selalu laporkan pada dokter. Kalau pernah operasi sebelumnya, meskipun cuma operasi amandel atau usus buntu, tetap katakan. Yang lain adalah riwayat alergi dan penggunaan obat-obatan, biasanya seperti obat asma, diabetes atau obat KB. Karena di sistem kesehatan kita tidak ada data yang tersimpan dari awal sampai akhir, ada baiknya kita tetap memeriksakan diri ke dokter yang sama
(kalau memungkinkan) karena setidaknya dokter ini tahu riwayat penyakit kita secara menyeluruh dari dulu sampai sekarang. Ini cukup membantu dalam menentukan pengobatan.

Selanjutnya adalah menjawab pertanyaan dokter secara benar. Karena tanya-jawab ini tidak berhadiah uang seperti kuis "Who Wants To Be A Millionaire" maka jangan menebak-nebak kalau memang tidak tahu. Bila pertanyaan kurang jelas, mintalah dokter untuk menerangkan maksudnya, jangan memberi jawaban 'kira-kira'. Cara lain untuk membantu dokter adalah dengan mencatat obat apa saja yang sudah diminum, pada wanita tanggal menstruasi dan lamanya, apakah ada tanda lain seperti bengkak, kemerahan, pingsan, kejang, sesak napas sebelumnya, yang mungkin waktu di ruang praktek/UGD sudah tidak ada lagi sehingga terlewatkan. Jangan terlalu panik sehingga memberi informasi yang salah. Ingat, jawaban kita bisa menentukan keputusan dokter (yang tidak tahu kejadian persisnya).

Semoga informasi ini sedikit memberi gambaran bahwa mengobati penyakit tidak sama dengan bikin capcay kuah (kurang manis tambah gula, kurang asin tambah garam). Kita perlu tahu pasti akar penyebabnya bukan cuma menghilangkan keluhannya. Inilah yang menyebabkan 'penyelidikan' terhadap penyakit tidak bisa dilakukan dalam beberapa menit, tapi bertahap, kadang dalam hitungan minggu. Sayangnya dokter bukan cenayang, dan sangat sedikit yang bisa dimuat dalam otak manusia. Keputusan diambil berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang terbatas, tapi pasti yang sebaik-baiknya. Adanya spesialisasi adalah pengakuan bahwa kita tidak mampu menangani semuanya dan hanya bisa berkonsentrasi pada satu hal khusus saja.

Terakhir, jangan selalu berkonsultasi kalau kita ketemu dokter. Pekerjaan dokter terlalu monoton dan menyita waktu sehingga tidak adil kalau kita sedang tidak bekerja masih ditanyai tentang pekerjaan juga. Kecuali keadaan darurat tentunya. Tapi kalau cuma tanya kenapa kakinya suka pegel-pegel waktu di kolam renang tau di bus kota ya kayaknya kurang pantas. Give them a break. Dokter juga manusia, bukan supermi eh supermen.

Tragedi Kebelet

Sebenernya aku malu buat ngepost tulisan ini tapi kata Ria biasanya aku ga tau malu.

Aku ga tau apakah ada yang salah dengan system pencernaanku atau lambungku terlalu kecil sehingga aku sering sekali mengalami masalah dengan boker. Boker menurutku adalah hal yang sangat merepotkan bila hasrat ingin boker tersebut muncul di saat yang tidak tepat misalnya:

1. Waktu itu aku masih bekerja di sebuah perusahaan roti SR. Kantor SR ada di cikarang sedangkan kostku di Jakarta. Jadi perjalanan dari kantor ke kostku kalau malam hari pulang kerja bisa 2 jam lebih. Suatu hari menu catering di kantorku adalah daging rendang pedas. Aku nekat makan daging rendang itu karena pilihan lain tidak menggiurkan (misal otak2 rasa karet, ikan yang mukanya mengenaskan dan telor yang tidak keliatan bentuk aslinya). Malapetaka mulai datang waktu aku di bis. Tiba2 perutku terasa bergoncang2 dan penuh dengan angin ribut. Dan muncullah hasrat yang tidak tertahankan untuk boker. Sementara itu bis sedang berada di jalan tol dalam kota. Aku panik banget karena di kanan kiri tidak ada pom bensin, yang ada hanya pinggiran jalan tanpa semak2 untuk bersembunyi. Akhirnya aku dengan memelas bilang sama sopirnya, “Pak, perutku sakit banget mo boker..gimana nih pak?”. Bapaknya juga bingung namun akhirnya terlihat titik terang yaitu pintu keluar tol di Slipi. Bapak sopir menurunkan aku di mall Slipi Jaya yang ada di dekat pintu keluar tol. Aku berlari2 masuk ke dalam mall dan mencari toilet yang sialnya….rame banget. Untunglah akhirnya aku bisa boker dengan tidak tenang karena banyak orang yang mengantri di depan WC.


2. Waktu aku pergi berlibur ke Jogja, ada kejadian boker yang mengenaskan rating 4 bintang dari 5 bintang. Saat itu aku sedang jalan2 naik motor bareng sama cowokku. Eh tiba2 perutku kembali digoncang badai Katrina (bukan Katrina temennya Ria). Jadi aku menyuruh cowokku untuk ngebut karena HIB (hasrat ingin boker) sudah tidak tertahan lagi. Nah tiba2 muncul suatu bencana alam yang hebat dan menghalangi HIB ku itu yaitu jreng 12345x ban motor cowokku tiba2 kempes ga tau karena ranjau paku atau karena memang sengaja menghalangi aku boker. Tempat yang paling dekat adalah kost cowokku. Ini nih yang lebih malapetaka lagi, WC kost cowokku tidak bisa buat boker karena lagi mampet…..udah penderitaan dunia deh. Di saat kritis biasanya otakku berjalan lebih cepat dari biasanya (karena aku terbukti bisa bekerja di bawah tekanan) jadi aku terpikir untuk pergi ke HT MC (tempat persekutuan doa Melisia Christi) yang letaknya kira2 1 kilo dari situ. Karena motor cowokku tidak bisa dinaiki akhirnya aku naek taksi. Bayangin…mo boker aja harus naek taksi dulu. Aku bilang ke bapaknya, “Pak, ayo ngebut …saya sakit perut..sudah tidak tahan.” Bapak sopir taksi yang takut taksinya ternoda akhirnya mengebut sampe 200 km per jam. Dan sampailah aku di sorga dunia yaitu WC HT MC.


3. Ini kejadian baru2 aku alami. Daripada aku lupa mending aku certain dulu. Aku setiap hari berangkat naik busway. Suatu hari di halte busway ada keributan karena para penjaga busway sedang membicarakan ada penumpang yang kebelet boker tapi di halte busway tidak ada toilet (ini perlu dimasukkan ke kritik dan saran busway) jadi orang itu bingung mo boker dimana. Apalagi di halte busway Dukuh Atas tempat terjadinya tragedi tersebut diapit oleh gedung2 bertingkat, tidak ada mall apalagi WC umum seperti di pom bensin. Aku tertawa dalam hati, kasian banget ya orang itu hahaha….” Tapi aku akhirnya menyesal sudah menertawakan orang itu karena beberapa hari setelahnya (kurang dari seminggu), aku sedang menunggu busway di Halte Dukuh Atas dan tiba jreng 12345x aku kebelet boker. Senasib deh sama orang yang aku tertawain (pelajaran: jangan menertawakan kemalangan orang lain). Aku bingung mo boker dimana dank arena ga ada toilet, jalan paling cepat adalah naek ojek ke kantor. Begitulah aku lari2 mengejar ojek dan nyuruh tukang ojeknya ngebut sampai kantor (rugi 15rb).
4. Jika aku mau menginap di suatu tempat aku pasti mengecek toiletnya dulu untuk memastikan apakah toilet tersebut cukup nyaman untuk ditinggali atau tidak. Karena toilet merupakan salah satu bagian paling penting dalam kehidupanku. Namun tetap saja seperti main golf, kita sudah berusaha memperkirakan bola itu masuk ke lubang namun malah masuk ke got. Kira2 enam tahun yang lalu aku pertama kali datang ke jakarta untuk mengunjungi rumah pacarku. Seperti biasa karena aku naek kereta bisnis, toiletnya bisa dibilang tidak layak huni. Karena itu sesudah sampai di Jakarta dan sedang dalam bis ke Tangerang (rumah cowokku), aku sudah mulai was2 karena perutku rasanya tidak beres. Setelah sampai di Tangerang, perutku mulai sakit melilit sehingga aku mengajak pacarku untuk cepat2 sampai ke rumahnya. Aku bilang, "toilet rumahmu ga ada masalah kan? Aku sakit perut nih." Seperti geledek di waktu tidak hujan, dengan tampang innocent pacarku bilang, "Ehm, sebenarnya toilet di rumahku itu harus disiram dengan sudut tertentu, kalo nggak ntar ga bisa masuk tainya." Mati aja deh aku. Walaupun aku punya kemampuan untuk cepat mempelajari sesuatu dalam keadaan darurat (seperti Mc Gyver) namun untuk urusan siram menyiram ini butuh tangan dewa. Sesampai di rumah pacarku, aku langsung basa basi sebentar sama ortunya dan langsung permisi ke toilet. Bener aja setelah selesai menabung, aku tidak bisa menyiram dari sudut yang benar sehingga tabunganku itu tidak bisa masuk ke dalam celengan, malah airnya jadi meluap kemana2. Aku paniklah secara aku baru pertama ke sana dan seharusnya aku jaga image bukan menciptakan disaster. Setelah aku tunggu berjam2 kok banjirnya tidak surut2, akhirnya dengan menahan malu aku panggil pacarku itu dan aku ngaku kalau aku tidak bisa menyiram toiletnya. Maluuuu......T-T
5. Kejadian kali ini adalah HIV (Hasrat Ingin Vivis) yang tidak tertahankan. Waktu itu aku dan adiku sedang mau pulang ke Pekalongan naik bis ekonomi ga AC (yang cuma lebih baek sedikit dari kreta ekonomi or pesawat Cesna nya Ria). Sebelum naik ke bis aku kebelet pipis dan aku minta adekku mengantarkan aku ke toilet umum terdekat. Sayangnya toilet terdekat adalah di dalam stasiun (aku sudah pernah cerita di elegi toilet). Sampai di toilet yang dimaksud, ternyata banyak orang yang sedang mencuci baju di sana. Dan banyak cowok juga yang mandi di toilet cewek. Dan satu lagi...ga ada pintunya...tolong deh.....akhirnya aku memutuskan untuk menahan pipis di perjalanan.
6. Kembali ke soal boker yang tidak tepat waktu. Aku sedang jalan2 di Tangerang ketika hari sudah sore dan aku mau pulang kembali ke Jakarta bersama pacarku (saksi hidup tragedi boker dalam hidupku). Bis ke Jakarta lama ga lewat2. Ketika akhirnya bis itu datang, kami naik ke bis. Namun tiba2 perutku sakit lagi (penyakit bawaan) dan aku minta turun ke toilet terdekat. Pacarku ga terima dan dia bilang kalo kami sudah lama menunggu bis, ini malah mau turun lagi. Aku bilang aku ga peduli, pokoknya harus turun dan cari toilet terdekat. Untungnya bis itu berhenti dulu di terminal jadi aku turun di terminal diiringi pandangan heran para penumpang, sopir dan kondektur. Aku terselamatkan kali ini karena di terminal itu ada toilet walaupun bisa dibilang tidak layak huni juga.
7. Last but not least, aku mo cerita tentang pengalaman mengerikan di kreta ekonomi. Waktu itu aku sedang dalam perjalanan dari Jakarta ke Jogja. Toilet kereta ekonomi lebih buruk daripada toilet manapun juga karena pintu tidak bisa dikunci, jendela bolong dan kemungkinan toilet tersebut digunakan untuk tempat duduk penumpang yang tidak kebagian tempat. Sialnya walaupun aku sudah berusaha tidak makan minum, aku kebelet pipis. Saluran urineku kayanya sama pendeknya dengan ususku (usus pendek) sehingga waktu sampai Cirebon aku kebelet pipis. Aku bingung mo pipis dimana akhirnya waktu kereta berhenti aku nekat turun dari kereta dan pipis di toilet stasiun Cirebon. Yang mendebarkan adalah pas aku keluar dari toilet, keretanya sudah mulai jalan. Jadi aku lari2 mengejar kereta dan untungnya sukses. Kalo nggak bisa2 aku menginap di stasiun Cirebon dan tasku yang melanjutkan perjalanan ke Jogja.

Pengalamanku di atas belum semua namun kalo aku cerita lebih lanjut, para pembaca akan semakin tidak mengerti inti dari tulisan ini. Ria..aku tunggu versimu ya.

Monday, January 26, 2009

Happy Chinese New Year!!!


Hari ini adalah hari raya Imlek alias tahun baru cina. Berhubung keluargaku bukan cina totok, imlek selalu dirayakan biasa2 aja dan hampir tidak ada bedanya dengan hari2 lain. Kalau dulu mamiku masih agak2 kolot jadi semua anak2nya dibelikan baju baru bahkan seprai di kasur juga diusahakan baru diganti dan pada hari Imlek tidak boleh2 bersih2 rumah maupun mencuci baju karena bisa bikin rejeki lari.

Setiap keluarga punya kebiasaan merayakan Imlek berbeda2. Aku baru dapat cerita dari Petter yang sedang merayakan imlek bersama keluarga Thaiku-nya (cicinya papanya Petter) di Singapore. Dia cerita kalo di keluarga Thaikunya, malam Imlek adalah waktunya saling mengucapkan selamat taun baru Imlek dan tentu saja bagi2 angpao. Setelah itu semua orang harus makan sekenyang2nya (seperti besok ga bisa makan lagi kali ya) dan main mahyong sampai malam.

Keluarga sepupuku selalu mengadakan sembayangan di rumahnya untuk mendoakan arwah2 orang yang sudah meninggal sehari sebelum Imlek. Setelah itu makanan yang buat sembayangan dibagi2kan ke orang yang mau. Di hari Imlek biasanya mereka pergi ke laut Ngebom (laut di Pekalongan) untuk menyalakan dupa dan menabur bunga.

Aku sendiri hari ini cuma pergi ke laut berdua sama mamiku. Secara dua adikku ga pulang kampung dan satu orang lagi ikut lomba pidato di Cirebon dan satunya lagi malah pulang ke Jogja karena besok sudah mulai kuliah. Papiku di rumah tidur karena besok harus jualan mie lagi. Nah sampai di laut, mamiku menyalakan dupa dan mendoakan arwah emak dan engkongku yang sudah meninggal. Aku sih sebenernya sudah ga percaya lagi ya tapi mamiku ngasih aku dupa dan suruh aku berdoa. Ya aku berdoa sih tapi berdoa pada Tuhan Yesus. Dan pas mo pulang, mamiku suruh aku pamitan. OMG, mami kenapa masih percaya gituan sih. Padahal kalo dilogika, walaupun abu emak dan engkongku dibuang di laut..bukan berarti arwah mereka di laut ya.

Begitulah...kadang2 tradisi sering tidak sejalan dengan logika. Namun tetap saja tidak mengurangi makna hari raya Imlek. Jadi aku ingin mengucapkan Gong Xi Fat Cai,Xin Nien Guai Le 2560!!! Semoga di tahun kerbau ini kita menjadi seperti kerbau membajak sawah alias bekerja keras. (joko sembung)

Friday, January 16, 2009

Heliosentris


Kata bu guru sih, heliosentris artinya berpusat pada matahari, lawan dari geosentris yang artinya berpusat pada bumi. Ini idenya Nicolaus Copernicus, ilmuwan asal Polandia. Tapi sumprit tulisan ini bukan bicara tentang ilmu tata surya.

Menurut Kristina, seorang akuntan/penulis blog paro waktu/pengkhayal penuh waktu/pelembur laporan pajak setiap waktu/pemuja film drama Korea sewaktu-waktu, heliosentris artinya: orang yang selalu menganggap dirinya pusat dari segalanya. Orang ini memiliki gejala: suka membicarakan diri sendiri, sulit untuk mendengarkan orang lain, suka tidak peduli pada lingkungan sekitarnya dan menganggap bumi tidak berputar pada porosnya melainkan pada dirinya. Jelas arti ini tidak tercantum di kamus besar bahasa Indonesia tapi kita semua (yang kenal Kristina) selalu menggunakan kata ini begitu ada orang yang menunjukkan gejala-gejala narsis.

Sayangnya, ternyata saya pun tidak bebas dari sindroma ini. Mulanya tentu saja saya tidak sadar, karena heliosentris ini, tidak seperti penyakit lain pada umumnya, lebih mengganggu orang lain daripada menganggu penderita. Biasanya saya memulai percakapan dengan "Apa kabar?", tapi berhubung jawabannya selalu, "Baik," dan nggak ada kelanjutannya, maka saya suka mengisi waktu yang kosong dengan berbicara tentang diri saya sendiri. Biasanya orang yang saya ajak bicara suka pura-pura kebelet boker, atau bilang punya janji yang penting banget ama tukang kredit atau tiba-tiba punya feeling bahwa kompor di rumah belum dimatiin atau anjingnya kekuncian di kamar mandi.

Sebenarnya heliosentris bukan cuma kecenderungan berbicara tentang diri sendiri setiap waktu, tapi keadaan pikiran dimana kita menganggap diri kitalah yang paling benar, pendapat kita yang paling penting dan semua yang ada adalah tentang kita, orang lain cuman nebeng atau numpang lewat. Saya punya teman sekerja, dia seorang pekerja sosial yang cukup senior dan berpengalaman, sangat getol dalam aksi charity dan relawan, yang bagi saya mulanya sangat mengagumkan. Tapi dia punya kelemahan, yaitu gejala heliosentris. (Saya curiga) Dia melakukan semua itu bukan untuk yang ditolong, melainkan untuk menunjukkan betapa baiknya dia. Saya cukup terkejut waktu dia bilang, "This is my friend, X, she tried to kill herself three times. I invited her to have dinner with us and I hope you can help her out," di depan si X dan banyak orang! Jadi ini tentang menolong si X atau menunjukkan betapa pedulinya dia? Saya sampai tidak tahu bagaimana bereaksi di depan X (yang mencoba bunuh diri, kalau saya jadi dia juga kayaknya bakal kepikiran lagi deh).

Mendengarkan orang lain memang tidak mudah, apalagi kalau orang yang didengarkan suka berkeluh-kesah dari harga beras sampe kenapa bulu kakinya panjang-panjang. Saya juga menemukan bahwa mendengarkan itu sulit. Saya pernah berusaha mendengarkan orang yang sedang curhat sama saya dan dari mulut saya keluar kata-kata, "Oh, begitu ya? Wah, masak? Ehm, saya ngerti kok.." dan sebagainya dan lain-lain, tapi pikiran saya melanglang buana dari berapa ya harga tiket pesawat PP sampe kenapa orang ini rambutnya berdiri 2 biji? Mungkin kalau pikiran saya itu telepon, mesin penjawabnya bakalan bilang, "Ria sedang tidak di tempat, silahkan tinggalkan pesan,"

Nah begitu ditanya balik,"Kalau kamu?" langsunglah keluar sederetan cerita, nasehat, pendapat, saran dan keluhan dari mulut saya tanpa sedetikpun ada kesempatan buat si pencurhat untuk menyela, "Tapi maksud saya bukan itu...". Saya tidak pernah bermaksud jahat, tapi kadang kala saya lupa bahwa mendengarkan lebih penting daripada didengarkan. Ada pepatah, "Lidahmu bisa membuatmu tuli," dan ini menjelaskan kenapa saya dipanggil lholhok alias nggak mudengan diantara teman-teman sekampus dulu. Saya jarang mendengarkan orang lain, terlebih lagi, kadang saya tidak peduli. Orang yang hidup dalam pikirannya sendiri tidak pernah belajar dari orang lain. Orang yang heliosentris bukan cuma dijauhi teman melebihi orang yang bau badan, tapi dia juga bisa jadi yang terbodoh.

Sebetulnya ada cara lain yang saya temukan untuk tetap menceritakan diri sendiri tanpa berisiko yang diajak bicara tiba-tiba menyadari bahwa kucingnya sakit mencret dan harus segera ditolong. Yaitu dengan cara: jreng2345x...menulis blog. Jadi kalu saya terhisap dalam dunia kecil di kepala saya sendiri, tolong diingatkan. Dan jangan cuman saya berpendapat, tulislah comment, pendapat atau cerita kalian (boleh menentang pendapat saya juga, kan saya tidak selalu benar, eh jarang benarnya malah, karena blog ini didedikasikan buat hal-hal yang gak jelas benar apa salah. Dondong opo salak, joko sembung cilik-cilik...). Supaya saya juga bisa belajar. Abad ke-lima belas saja orang sudah tahu kalau kita bukanlah pusat dari tata surya.

If we were supposed to talk more than we listen, we would have two mouths and one ear. Mark Twain.
Knowledge speaks, but wisdom listens. Jimi Hendrix.

Tuesday, January 13, 2009

"100 Years"

Aku termasuk orang yang paling nggak paham soal musik. Kalau ada lagu yang aku tahu, temen2ku bakalan tidak segan-segan ngasih selembar sepuluh ribuan (kan ngamen sekarang nggak pake cepekan), karena saking jarangnya. Tapi lagu ini termasuk satu dari beberapa lagu yang aku tahu, selain Balonku dan Garuda Pancasila tentunya. Lagu ini aku pakai buat sekedar nulis renungan tahun baru. Kalo ada yang tidak malu bertanya dan tidak sesat di jalan, ini lagunya Five for fighting (bukan five for 10ribu, berarti 1nya cuman 2 ribuan). Aku jelasin barangkali ada orang lain di dunia ini yang senggak-gaul aku, meskipun aku selalu menganggap diriku sendiri mahluk paling unik (baca: aneh) di seluruh permukaan bumi (selain amuba, virus H5N1 dan walang kekek tentunya).

I'm 15 for a moment
Caught in between 10 and 20

And I'm just dreaming
Counting the ways to where you are

Aku selalu bercita-cita tinggi. Waktu masih kecil, aku pingin bisa nari balet dan pingin jadi astronot. Tapi setelah dewasa dan menyadari bahwa cita-citaku yang setinggi langit berhadapan melawan kemampuanku yang sedalam samudra, bagaikan pungguk merindukan bulan dan maksud hati memeluk gunung apa daya tangan tak sampai apalagi tak kan lari gunung dikejar (apaan coba?), aku memelorotkan cita-citaku jadi apa yang waktu itu kuanggap keren, misalnya ngupil pake tangan kanan tapi ngambilnya pake tangan kiri. Hehe. Bukan, maksudku benar-benar apa yang aku anggap keren waktu itu. Bagi aku yang masih imut binti ingusan, dapet nilai bagus di kelas adalah setara dengan dapet durian runtuh tanpa harus kejatuhan durennya, dan kaya dapet tiket gratis makan buffet sepuasnya. Jadi misiku waktu itu cuman satu: jadi juara kelas. Ini mungkin karena hanya dengan begitu aku dapet perhatian dari orang tuaku yang waktu itu sibuk mungutin duren, baik yang runtuh maupun tidak runtuh. Yah namanya juga masih ABeGe. Waktu SMU bahkan nggak pacaran karena pengen kliatan cool dan keren, khekhekhe. Soalnya kan kalo nggak punya pacar bakalan berkesan misterius dan banyak fans (peringatan: tidak semua yang anda baca ini benar dan strategi ini tidak selalu berhasil. Kadang ini cuman alasan buat orang yang sampe sekarang susah dapet pacar) maupun duren. Kenapa ya aku dari tadi ngomongin duren? Mungkin karena Kristina ngomongin salak dan aku jadi inget lagu "duren opo salak, duku cilik-cilik... ". Cukup ngelanturnya. Kalau aku pikir-pikir lagi waktu itu benar-benar konyol. Waktu ke universitas juga aku bukannya mikir apa yang paling aku pingin lakukan atau aku benar-benar tertarik untuk belajar, tapi cuman untuk menang traktiran soto betawi buat lomba "Siapa paling ngirit bayar uang masuk universitas". Jelas aku menang karena papaku nggak malu nawar gila2an ampe uang bulanannya dan kebetulan masuk negri sebelum ada jalur khusus busway dan jalur khusus truk gandeng. Tapi walhasil aku keburu tua sebelum lulus. Pelajaran yang kuambil: Jangan taruhan siapa yang paling mbayarnya paling murah, karena barang diskonan biasanya ada 'cacat' tersembunyi.

I'm 22 for a moment
She feels better than ever
And we're on fire
Making our way back from Mars

15 there's still time for you

Time to buy and time to lose

15, there's never a wish better than this
When you only got 100 years to live


Sebenarnya, meskipun aku tahu menyesali apa yang sudah lewat itu nggak ada gunanya, aku masih sedikit menyayangkan bahwa aku menghabiskan 6 tahun setelah lulus SMU melulu untuk belajar di universitas. Bahkan kalo ada liburan semester pun aku mengambil semester pendek (SP) bukan buat ngejar duluan tapi buat memperbaiki nilai yang jelek (biasanya banyak yang jelek). Rasanya waktu itu duniaku sempit banget dan apa yang aku tahu cuman sebatas kamar kost, tempat kuliah, rumah sakit, dan persewaan DVD. Hehe. Tidak semua temenku seperti ini tentunya, ini karena aku kadang cenderung autis dan antisosial. Waktu itu karena aku merasa sumpek, pas mau ujian Anak dan lagi nungguin dosen penguji aku malah mikir gimana ya rasanya kalo aku bugee-jumping dari lantai 3 bangsal rawat intensif? (beda lho, bukannya bunuh diri, tapi ngelakuin sesuatu yang menarik, menguras adrenalin dan gak menurut aturan). Selepas universitas aku mulai traveling. Selama waktu inilah aku belajar sesuatu yang tidak pernah aku pelajari sebelumnya, yaitu: bagaimana untuk berpikiran terbuka tapi tetap punya prinsip buat diri sendiri. Keadaan ini hanya mungkin kalo aku menaruh diriku sendiri di tempat yang tidak familiar dan sendirian. Soalnya di tempat yang akrab dengan kita tentunya kita tidak perlu beradaptasi dan kalau ada temen yang sudah kita kenal sebelumnya, kita jadi tidak perlu memutuskan semuanya sendiri. Tapi 'menyesatkan diri' di tempat antah-berantah (misalnya Desa Ninia di daerah lembah Baliem) kita jadi tahu seperti apa diri kita sebenarnya. Bukannya aku langsung jadi orang yang tiba-tiba penuh kepercayaan diri dan selalu tahu apa yang aku lakukan. Ceritanya tidak seindah iklan Ponds. Tapi penuh darah dan air mata kaya film Passion of Christ atau Saw 5. Hiperbola hehe. Intinya, aku belajar banyak karena aku banyak melakukan kesalahan dan kadang itu menyedihkan. Tapi aku sama sekali tidak menyesal karena hidup pasti akan sangat monoton kalau aku tidak pernah mencoba dan cuma ikut arus saja.

I'm 33 for a moment
Still the man, but you see I'm a they
A kid on the way
A family on my mind
I'm 45 for a moment
The sea is high
And I'm heading into a crisis
Chasing the years of my life
15 there's still time for you
Time to buy, Time to lose yourself
Within a morning star
15 I'm all right with you
15, there's never a wish better than this
When you only got 100 years to live


Jangan salah, umurku bukan 33 atau 45 (meskipun aku selalu terima ucapan 'Met Ultah ke-32. Happy osteoporosis!'). Tapi lagu ini memang benar, kadang kala aku takut dikejar waktu. Kayaknya aku selalu merasa kekurangan waktu. Kapan aku mau melakukan ini atau itu dan aku tidak punya banyak waktu. Dalam puisi Desiderata ada kalimat "Take kindly to the counsel of the years, gracefully surrendering the things of youth,". Menurutku, intinya bukan kemana ataupun apa tujuan kita, tapi bagaimana kita menjalani tiap menit dari waktu yang ada. Ketika kita mengejar target, kita kadang lupa pada prosesnya. Kita bisa saja menandai 'selesai' pada tiap-tiap titik di daftar kita. Money, checked. Insurance, checked. Mortgage, checked. Luxurious holiday, checked. Marriage, checked. Well-paid job, checked. Children, checked. Mungkin kita harus mulai booking tanah kuburan (sebelum kepenuhan).

Half time goes by
Suddenly you’re wise
Another blink of an eye
67 is gone
The sun is getting high
We're moving on...
I'm 99 for a moment
Dying for just another moment
And I'm just dreaming
Counting the ways to where you are

Jadi, tahun 2009 sudah dimulai. Aku berusaha untuk tidak terburu-buru, tapi harus maju selangkah (dan tidak mundur selangkah, emangnya main Donal Bebek). Apa yang membuat kita lebih baik? Menyelam ke dasar lautan? Menyebrangi hutan hujan tropis dengan jalan kaki? Loncat dari pesawat di pegunungan Alpen? Although if you did, it wouldn't make you a better person. Jadi, tidak ada jalan lain selain berani melakukan yang benar meskipun yang salah kadang lebih mudah atau lebih menarik untuk dilakukan. Kadang harus menentang arus juga. Tapi buah dari itu selalu lebih manis. Yang terbaik dari itu semua adalah kenyataan bahwa ada yang peduli pada kita tanpa syarat. Meskipun kita melakukan banyak kesalahan, selalu ada pilihan untuk kembali.

15 there's still time for you
22 I feel her too
33 you’re on your way
Every day's a new day...
15 there's still time for you
Time to buy and time to choose
Hey 15, there's never a wish better than this
When you only got 100 years to live

Jadi, aku bertekad untuk menikmati tiap menit yang berharga yang aku punya. Entah aku kerja, entah aku makan, tidur, mandi atau sekedar nulis yang gak penting di blog. Aku ingin mensyukuri semua yang ada. Lagipula, hanya inilah yang kita punya (ini salah satu indikasi manusia tidak ambisius dan nrimo ing pandum, hehe). Konon kata kura-kura di Kungfu Panda masa lalu itu sejarah, masa depan itu harapan, masa sekarang adalah hadiah karena ini yang kita miliki. Nikmatilah pekerjaan, karena cuma dengan begitu kita bisa menikmati liburan. Even if we only got 100 years to live. Met tahun baru!

Saturday, January 3, 2009

Busway..oh busway

After I moved to new office, I always go to work by busway. Because it's the fastest and the cheapest way. The ticket price is IDR 3,500. But in the morning I usually pay IDR 2,000 because before 7 am, the ticket price is cheaper. That's why I often run from my boarding house to the nearest busway shelter in order to get the discount (what a "money eye" girl).
But in the busway there's always be a big problem for me because it's often very crowded in the busway. I feel like a fish in the can (iwak sarden) because although there're a lot of people in the busway, the "kenek" (i don't know what's the English word for kenek alias kondektur) is still pushing more people to go inside. In the morning it's better because most of the passengers are just taking a bath so the smell is still good. But sometimes there're some people who have bad morning breath (i called it "bau umbel") so if i smell it, i try to move my head to the other side so i will get fresher air.
The most terrible problem is when I went home on the afternoon. All of the passengers (except me) are sweating and having a horrible odor. Many kinds of bad "natural perfume" are surrounding me (hoek2). Like yesterday, when i was sitting in the busway to Kalideres (the most terrible busway because most of the passengers are labors i think because they are sweating) there were two men standing in front of me. Of course they had their arms wide open in the air and the AC flew right to their "ketek" (OMG..Ria please help me to find the right words for ketek and kenek). Suddenly a very very bad smell like rotten "salak" (what's salak in english?) hit me like a lot of bullets from bazooka. I almost vomit my lunch (rice with fried chicken) and I tried not to cover my nose with perfurmed tissue because I knew it will break their self confidence. I just tried to be polite.
I remember a story from television or a book (I forgot it) that if a person was sweating and had a bad smell it means that he worked very hard. It's a very good thing because a lot of sweat=work hard. That's why I tried to respect all of the sweating people in the busway although the smell is torturing me like crazy.
The last story about busway, there're always be "ungentleman" guy in the busway. There's a sticker which told every passenger to give a seat to elderly, disable, pregnant woman and children. But, some of people don't care about it especially the men. During my experiences to travel with busway, i see that women are more compasionate than men. Women is often giving seat to pregnant woman, etc while the men try not to look at the pregnant woman because they don't want to give their seat. OMG, what's happen with Indonesian men. How "ungentleman" they are.
In my office there're a lot of foreign people (especially male) and they are very gentleman. One day I was in the same lift with a foreign man and when the lift opened, he asked me to come out first. "Lady's first", he said. So....that's why I always like bule and I hope I could marry a bule guy when I was young.

Friday, January 2, 2009

Freedom of Fear

Untuk menyambut Natal di gedung kantorku mengadakan beberapa acara. Mulai dari foto bersama Santa Claus (gratis lho ga kaya di mall) yang lucu, aku penasaran siapa yang jadi Santa Claus itu karena dia Santa Claus yang sangat lucu. Selain itu ada juga acara mencari dana dengan cara foto di depan tembok yang sudah dihias baguuuss sekali bertemakan Natal. Kalau teman2 jeli, di belakang Santa Claus itu ada ruangan tempat fotonya. Jadi orang2 yang menyumbang boleh berfoto di depan background Ntatal tersebut. Dana yang terkumpul disumbangkan ke panti asuhan.


Acara puncaknya adalah perayaan bersama Persekutuan Doa Oikumene Sentra Mulia (gedung tempat kantorku berada) yang mengambil tema "Freedom of Fear" dan bintang tamu Adon. Btw aku duduk di belakangnya Adon lho dan ternyata pas dia menyanyi..suaranya bagus banget. Tinggi dan bening (kayanya dia ga mungkin merokok karena suaranya sebening itu).
Yang mau aku ceritain adalah kotbah pendetanya yang sesuai tema Natal yaitu "Freedom of Fear" alias "Bebas dari Rasa Takut". Setiap orang pasti sering merasa takut. Aku juga begitu. Aku sering takut tanpa alasan misalnya kalau adikku baru pulang dari kostku trus dia ga kasih kabar sudah sampai atau belum dan hpnya kutelpon tidak diangkat, aku takut banget dia kecelakaan. Aku juga sering takut orang tuaku sakit parah, bahkan aku juga sering merasa takut mati. Aku sadar kalau ketakutanku itu tidak beralasan karena semua yang kutakutkan itu hanya ada di pikiranku belaka dan belum tentu terjadi.
Bapak Pendeta (aku lupa namanya) berkata bahwa rasa takut atau kawatir itu adalah bunga yang kita bayar sebelum suatu masalah benar2 terjadi. Jadi tidak ada gunanya takut pada sesuatu yang belum terjadi. Malah kita sudah rugi karena membayar bunga untuk sesuatu yang belum pasti. Ibarat kita ada rencana mau pinjam uang ke bank tapi pinjamannya belum disetujui, kita sudah membayar bunganya lebih dahulu..benar2 merugikan.
Kesimpulannya, mending ga usah takut ama hal2 yang belum terjadi. Masih banyak yang lebih menakutkan daripada pikiran kita misalnya film horor kaya SAW, Silent Hills, Sadako, dll.

Jam

Sejujurnya, inilah Ria dan Kristina...

Ria dan Kristina, sama-sama punya ide-ide yang nggak masuk akal saking nggak bangetnya pikiran kami berdua. Obrolan kami ini, berkat kemajuan jaman dan menjamurnya aplikasi internet (hiduplah Indonesia Raya!), kami sekarang bisa tuangkan di blog. Dulu kami suka ngetik-ngetik pake mesin ketik manual di belakang kertas HVS A4 bekas fotokopian. Tapi tetep aja kami tidak berhenti menulis. Kata pepatah: setipis-tipisnya tinta masih lebih tajam dari ingatan manusia. Kata Pramoedya: menulis berarti memetakan sejarah. Halah, kalo tulisan kita mah sebenernya gak ada hubungannya ama sejarah. Cuma mengukirkan betapa masa muda kami ini sangat indah. Dan jelas nggak mutu isinya. Jadi, mending kalo sisa-sisa waktu dan pengen baca yang tidak terlalu berguna sajalah baru buka blog kami... Tapi apapun komentar, masukan dan pendapat teman-teman, semuanya adalah cendera mata yang indah buat kami...

Ria dan Kristina (hualah, koyok undangan penganten. Amit2 deh. Lesbong juga pilih-pilih ah...)

About Us

My photo
pindah2..tergantung mood, Indonesia
Sri Riyati Sugiarto (aka Ria) adalah cewek kelahiran limpung..(pinggiran kota Pekalongan)..habis sekolah di SMU St. Bernardus Pekalongan trus kuliah kedokteran di Undip Semarang..sementara Kristina Melani Budiman (aka Kristina) juga lahir di Pekalongan trus satu SMU ama Ria dan kuliah di Atma Jaya Jogjakarta. kami kenal di kelas 3 SMU tapi mo duduk bareng selalu ga bisa gara2 terlalu cerewet dan kalo duduk sebangku selalu bikin keributan karena hobinya menggosip jadi terpaksa sampai sekarang tidak pernah duduk bareng..untungnya kita ga satu kampus :p