Monday, December 8, 2008

Apakah Aku Bisa Menyanyi?

Aku suka menyanyi walaupun aku tidak pernah tahu apakah suaraku sebenarnya sekelas Celine Dion or hanya penyanyi kamar mandi yang bikin para pendengarnya merasa ga selera makan. Dari dulu (kayanya sejak SD) aku suka menyanyi dan sangat menantikan pelajaran kesenian di kelas. Apalagi kalo ada penilaian menyanyi karena aku berharap bisa membuat orang2 terpesona mendengar suaraku. Namun sampai sekarang belum pernah ada yang memuji kalo suaraku bisa membuat orang terlena. Aku sering ikut koor mulai dari koor SMP dan SMA, paduan suara mahasiswa Atma Jaya dan yang paling gres itu koor di gerejaku sekarang (aku cuma ikut sekali karena aku takut pulang malem2 ga ada yang antar jemput).
Waktu aku sma aku ikut koor sekolahan dan aku sangat berharap bisa dipilih sebagai solis mazmur pada waktu tugas di gereja. Namun hal itu tidak pernah terjadi karena yang terpilih selalu anaknya pak guru pelatih koor (aku lupa namanya). Jadi impianku untuk menunjukkan bakat menyanyiku tidak pernah tercapai. Aku mulai meragukan apakah sebenarnya aku bisa menyanyi atau tidak karena beberapa pengalaman yang tidak bisa dibilang membanggakan berikut ini:
  1. Waktu itu sedang pelajaran menyanyi di sd tapi aku lupa kelas berapa. Dan ada penilaian menyanyi. Aku juga lupa menyanyi lagu apa tapi aku salah mengambil nada dasar. Jadi aku menyanyi dengan nada udah tinggi pada awalnya sehingga pas puncak lagunya, suaraku jadi kaya suara tikus kejepit pintu. Udah ga jelas deh bentuknya. Aku malu banget saat itu dan takut raportku ada nilai merahnya gara2 tes menyanyiku yang tidak sukses.
  2. Waktu SMP aku pernah ditunjuk oleh guru kesenianku untuk ikut lomba mazmur se Paroki Pekalongan mewakili Lingkungan (Kring) Martha. Aku dipilih bukan karena aku bersuara bagus tapi karena anggota kring Martha yang muda2 dan aktif jumlahnya seperti jarum di tumpukan jerami. Satu grup terdiri dari 5 orang dan solisnya ada dua orang, aku dan satu orang lagi yang suaranya bagus banget. Kaya air dan minyak deh sama suaraku. Kami akhirnya memang menang (thanks to rekanku itu) tapi...aku mendengar dari guru kesenianku itu kalo sebenernya suaraku itu seperti kucing sedang menjerit2 (plis deh..apa ga ada lagi kata2 yang lebih halus).
  3. Karena aku orangnya pantang menyerah, walaupun aku dibilang seperti kucing menjerit, aku tetap tidak mau meninggalkan dunia tarik suara. Pada suatu hari di SMA, ada pemilihan petugas untuk upacara bendera dan tidak ada yang mau menjadi dirigen, aku pun mengajukan diri. Pada saat bertugas tidak ada yang mengiringi jadi aku harus mengambil nada untuk lagu Indonesia Raya....nah dengan PD nya aku menyanyikan baris pertama dan kelihatannya suaraku cukup melengking karena banyak yang tertawa dan saat upacara udah selesai, teman2ku bilang kalo suaraku itu amat sangat cempreng hiks.
  4. Ini masih berhubungan dengan tugas dirigen upacara bendera tapi yang ini tidak ada hubungannya dengan tarik suara. Namun karena masih sejalan dengan temanya, aku mo ceritakan pengalaman memalukan yang satu ini. Pada waktu aku kelas 1 SMP, aku pernah dipilih sebagai dirigen upacara bendera dengan diiringi keyboard oleh teman sekelasku (Kevin). Nah waktu menyanyikan lagu Indonesia Raya, aku lupa menghitung apakah reffnya yang "Indonesia Raya merdeka-merdeka...." itu sudah dinyanyikan dua kali or baru sekali jadi aku dengan PDnya melakukan gerakan menutup lagu (itu lho yang bentuknya kaya gerakan monyet menangkap pisang). Pas aku menengok ke samping, Kevin memberi isyarat dengan agak panik "Belum...belum..." (lewat bahasa mulut) dan dia tetap memainkan lagunya....ya udah dengan salah tingkah aku menurunkan kembali tanganku yang sudah diam di tempat menangkap pisang dan kembali melakukan gerakan 4/4. Semoga tidak ada yang ingat kejadian itu.
  5. Kejadian yang paling gress adalah waktu aku tugas menjadi pemazmur di gerejaku sekarang. Pada waktu menyanyikan Alleluia, aku salah mengambil nada. Jadi tidak sinkron dengan pemain keyboard. Seharusnya aku ambil nada tinggi, aku ambil nada rendah jadi amat sangat tidak enak didengar. Aku tidak berani melihat ke arah umat karena aku takut mendapat tatapan "mengangkat sebelah alis". Jadi sejak saat itu aku selalu nervous kalo mo tugas mazmur.

Dengan pengalaman2ku di atas (itu yang aku ingat....yang aku ga ingat masih banyak), aku jadi meragukan apakah sebenernya aku bisa menyanyi or aku hanya suka menyanyi aja. Karena berbeda antara orang bisa dan suka or hanya suka tapi tidak bisa. Orang yang bisa dan suka itu misalnya koki hotel berbintang lima. Dia hobi memasak dan bisa menghasilkan masakan yang enak. Sedangkan yang yang suka tapi tidak bisa adalah orang yang suka memasak tapi masakannya tidak pernah enak karena dia sering salah memasukkan bumbu, garam dikira gula or sebaliknya.

Jadi...aku bisa menyanyi or tidak itu masih merupakan misteri. Namun aku percaya kalau kita melakukan apa yang kita suka, lama2 kita akan bisa juga. Karena tidak ada seorangpun yang tidak bisa bertumbuh menjadi lebih baek. Bahkan orang yang tidak bisa membedakan garam dan gula pun lama kelamaan akan bisa membedakannya jika terus menerus mencoba.

3 comments:

Sri Riyati said...

sing rak iso mbedake garam mbek merica kuwi contohnya aku po? Trus saiki jadi koki (mesakke bgt yo sing mangan...). Aku seneng baca ttg kowe sing pantang menyerah meskipun emang suaramu cempreng (haha, jujur pangkal kacang ijo) tapi masih agak lebih bagus dikit daripada biri2 kejatuhan genteng jadi gpp. Tetap Semangat!!! Kaya aku yang ndak isa masak pun semangat 45, 66, dan terakhir 2008. Oya paling lucu tuh yang nyanyi solo bareng ama yang suarane bagus ama yang angkat suara. Keabayang sih, kalo upacara trus kowe angkat suara mesthi banyak yang tiba2 pingin boker, Huahahahaha. Suaramu lumayan kok Kris, kaya rempeyek. Btw aku suka rempeyek lho...

Anonymous said...

Tenang aja Kris, semua orang pasti bisa nyanyi, hanya saja ada yang berbakat (begitu buka mulut suaranya merdu) ada juga yang tidak begitu berbakat sehingga harus berjuang keras (belajar nyanyi abis-abisan). Temenku ada yang dulu suaranya fals, setelah belajar nyanyi 6 tahun (bayangkan perjuangannya) sekarang udah keren banget kalo nyanyi di konser. Aku juga termasuk bersuara cempreng, makanya sampe sekarang rajin les, hehe...
Keep on singing gal...
加油!

Baek Sung Jo Oppa said...

hahahaha..orak si..kowe wes iso masak kok..capcaimu enak. ktokE seng kowe angel mbedakke kuwi kunci karo kencur asale mirip2. tapi neng kambing gunung kan kowe rak bakalan masak kencur o hahaha.

buat santi kayanya aku mo mengundurkan diri dari mazmur karena aku stres tiap kali mo tugas nervous. harusE si aku ikut koor. tapi gara2 kantor baru pulange malem terus..jadi demi kebaikan bersama (kebaikan yang mendengar), aku off dulu deh dari pemazmur hiks hiks..teruskan perjuanganmu yaaa..

Jam

Sejujurnya, inilah Ria dan Kristina...

Ria dan Kristina, sama-sama punya ide-ide yang nggak masuk akal saking nggak bangetnya pikiran kami berdua. Obrolan kami ini, berkat kemajuan jaman dan menjamurnya aplikasi internet (hiduplah Indonesia Raya!), kami sekarang bisa tuangkan di blog. Dulu kami suka ngetik-ngetik pake mesin ketik manual di belakang kertas HVS A4 bekas fotokopian. Tapi tetep aja kami tidak berhenti menulis. Kata pepatah: setipis-tipisnya tinta masih lebih tajam dari ingatan manusia. Kata Pramoedya: menulis berarti memetakan sejarah. Halah, kalo tulisan kita mah sebenernya gak ada hubungannya ama sejarah. Cuma mengukirkan betapa masa muda kami ini sangat indah. Dan jelas nggak mutu isinya. Jadi, mending kalo sisa-sisa waktu dan pengen baca yang tidak terlalu berguna sajalah baru buka blog kami... Tapi apapun komentar, masukan dan pendapat teman-teman, semuanya adalah cendera mata yang indah buat kami...

Ria dan Kristina (hualah, koyok undangan penganten. Amit2 deh. Lesbong juga pilih-pilih ah...)

About Us

My photo
pindah2..tergantung mood, Indonesia
Sri Riyati Sugiarto (aka Ria) adalah cewek kelahiran limpung..(pinggiran kota Pekalongan)..habis sekolah di SMU St. Bernardus Pekalongan trus kuliah kedokteran di Undip Semarang..sementara Kristina Melani Budiman (aka Kristina) juga lahir di Pekalongan trus satu SMU ama Ria dan kuliah di Atma Jaya Jogjakarta. kami kenal di kelas 3 SMU tapi mo duduk bareng selalu ga bisa gara2 terlalu cerewet dan kalo duduk sebangku selalu bikin keributan karena hobinya menggosip jadi terpaksa sampai sekarang tidak pernah duduk bareng..untungnya kita ga satu kampus :p