Monday, October 5, 2009

Nasib wanita

Tadi pagi saya membaca berita tentang artis dengan inisial DP (down payment) yang diceraikan oleh aktor berinisial AT (Aktiva Tetap). DP bercerita kalau dia sering dipukuli oleh AT dan setelah dipukuli, AT selalu meminta DP melayani dia. Sebagai istri berkewajiban untuk melayani suaminya jadi dia tidak berani untuk menolak, tragis bukan? Bukan cuma itu, DP ternyata juga selama ini yang menghidupi AT sekeluarga. Satu hal yang muncul dalam pikiran saya, kenapa DP sebagai istri cuma disuruh memenuhi kewajiban suami mulai dari dapur, sumur, kasur sementara haknya tidak dia dapatkan.
Banyak wanita yang senasib dengan DP bahkan masih banyak lagi wanita yang nasibnya lebih buruk dari DP. Saya semakin bertanya2 kenapa lebih banyak wanita yang ditindas pria daripada pria ditindas wanita. Walaupun ada juga saudara saya yang ditindas istrinya dan akhirnya dia kabur menghamili wanita lain. Sebenarnya wanita bukan tidak berani melawan ataupun lebih bodoh dan lebih lemah daripada pria. Buktinya saya melihat mami saya sendiri. Dulu waktu papi saya masih bekerja, mami saya di rumah bersih2 dan mengurus anak. Papi saya setelah pulang kerja, di rumah tinggal ongkang2 kaki diurus istrinya. Jadi jam kerja Papi cuma sebatas dia di luar rumah saja. Sementara mami saya 24 jam full sebagai ibu rumah tangga ga ada jam istirahat. Cuti pun tidak ada.
Saya belum menikah, jadi saya belum merasakan bagaimana rasanya jadi ibu rumah tangga. Namun saya sebentar lagi menikah dan saya punya banyak kekuatiran bagaimana nasib saya ke depan.Saya melihat rekan2 kerja saya yang sudah menikah dan mempunyai anak, mereka tidak hanya harus memikirkan pekerjaan di kantor, namun juga harus mengurus anak di rumah. Jika anak sakit, biasanya istrilah yang harus mengajukan cuti, bukan suaminya. Makanya saya pernah mendengar kalau sudah menjadi ibu rumah tangga, biasanya sudah tidak punya ambisi dalam karir. Kalau dipikir2 bagaimana bisa berambisi mengejar karir kalau sedang dikejar deadline tiba2 anak sakit, terpaksa harus memilih salah satu. Mendingan ga usah kerja saja ya, tapi bagaimana kalau ada musibah suami tidak bisa berpenghasilan lagi...mau minta uang ke siapa. Yang paling gampang sih punya suami konglomerat kaya Donald Trump jadi ga usah kerja dan kemungkinan bangkrutnya kecil..tapi biasanya suami terlalu banyak uang juga kemungkinan selingkuhnya besar...buah simalakama deh.
Kesimpulannya: jadi wanita harus serba bisa...membagi waktu antara karir dan keluarga...supaya masih sempat melihat kelinci di bulan (joko sembung bawa kalkulator)

9 comments:

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

Hasilnya brapa pak joko sembung? Hwakakakaka...wong edan. Menurutku emang persamaan derajat pria-wanita masih belum terlalu seimbang. Aku aja mau jadi relawan gempa gak boleh karena aku perempuan. Lha terus kenapa kalo perempuan???!! *aduh curcol, kata si Jessi* Tapi emang iya, dulu aja aku selalu disuruh masak kalau ada acara Bupati datang waktu masih di Papua. Ya gapapa sih, kalo itu mauku, krn aku lumayan menikmati masak2. Tapi kalo sekedar kewajiban karena aku perempuan? Walah. Dalam hal ini aku agak salut ama pendidikan sekolah Waldorf di jerman, yang ngajarin semua siswanya (s-e-m-u-a) belajar dari potong kayu, bikin tembikar, menenun, merajut, memasak dan berkebun. Gak ada kerjaan cowok atau cewek. Kalo masalah fisik nggak kuat bisa dikerjakan sama2, tapi bukan berarti perempuan berkurang kapasitasnya. Perempuan juga jangan sedikit2 minta tolong (tipe nonik2, kalo istilahnya si Kristina) biar nggak diremehkan. Kalau ada suami yang nyiksa istrinya, harusnya dilaporin karena itu kan kriminal namanya...

Anonymous said...

Menurut saya, berkeluarga adalah membentuk tim kerja sama. Kalau anak sakit, maka suami maupun istri bagi tugas urus anak. Kalau istri sedang dikejar deadline kerjaan, suami yang cuti dong... Keputusan salah satu tidak bekerja (istri maupun suami) adalah keputusan bersama, jadi resiko ekonomi juga dipikirkan bersama... Hehe, numpang lewat, numpang ceramah, dan salam kenal Kris! Saya Sekar temennya Ria yang baru ketemu 2 kali.

Kabasaran Soultan said...

Ngak selamanya begitu kok ...
Ada juga yang begini lho.

lelaki oh lelaki

Lelaki
Legowo
Letih lelah
Layani
Lelaku wanita

Lelaki
Lupa luluh
Luka laranya
Lantaran
Lelaku wanita

Lelaki
Luka hati
Luluh lantak
Lantaran
Lelaku wanita

Lelaki
Letih lelah
Lari ke tepian hati
Linglung hadapi
Lelaku wanita

Lelaki
Ladang
Lahan
Lika liku
Lelaku wanita

Lelaki oh lelaki
Lara sunggguh
Lakonmu
Bukankah mereka tercipta dari tulang rusukmu ?.
Bukankah mereka adalah bundamu dan juga bunda dari anak-anakmu ?.

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

haha. Bicara tentang pria wanita memang tak ada habisnya. Kalo saya pribadi sih, sebenarnya baik perempuan atau laki-laki sebenarnya tidak ada yang bermaksud jahat. Keduanya sama2 ingin saling diterima dan membahagiakan, tapi karena ketidakpahaman antara masing-masing pihak jadi malah saling beseberangan. Kadang2 juga karena kita kurang berpikir kalo hubungan itu tentang dua orang, tentang menaruh kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi. Kadang2, berani bersenang2nya doang (pacaran, jatuh cinta, mojok berdua) tapi lupa pada kewajiban (jadi mikir kepentingan orang lain, bukan diri sendiri saja). Kadang2, prinsip hubungan iu bunyinya, "this is me, entertain me," jadi cuma mau enaknya doang.

Pak Soultan makasih atas puisinya. Kayaknya perlu bagi2 tips dari sudut pria buat Kristina yang mau nikah sebulan lagi. Sekar, akhirnya dikau meninggalkan jejak juga^_^...xxx

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

hai sekar salam kenal yaa..:p. iya bener harusnya keluarga itu kan bisa bagi tugas ya...tapi kadang2 kan cowok gengsi melakukan tugas2 wanita misal mencuci baju, mengepel, dll. malah ada yang bilang pamali kalo cowok nyuci baju karena ntar rejekinya seret. (joko sembung bawa baju).

ria...kowe emange pak dadi relawan gempa?kok iso rak entuk? yo wes mangkat dewe wae mrono sekalian gawe dapur umum nggon kampung cina..kabare neng kono durung ono dapur umum..kan kowe seneng masak.

pak soultan...puisi yang bagus..baru pertama denger..tapi rada bingung juga itu maksudnya apa/...yang saya maksud itu bagus puisinya...bisa berima gitu.

jc said...

Iya memang kadang bingung, Kris. Tapi untungnya bojoku ga seekstrem itu. Aku ambek bojoku kan sama-sama kerja, dan ga pake pembantu, jadi aku ambek dia yo bagi2 tugas. Pernah juga pas dia sek libur lebaran, aku wes mlebu kantor, pas mulih, omah wes resik sik, dirapiin karo de'e kabeh, aku sampe terharu. Wes ngono, sek gelem juga njagain anakku. Memang ga kabeh lanang koyo ngono sih. Rata-rata pria adat timur (tapi enggak semua juga sih) yang merasa harus dilayani mulu, kerjaannya cuma cari duit aja, urusan rumah dan anak urusan istri.
Memang di Indonesia, perempuan masih makhluk nomor dua, mau bagaimana lagi, soalnya kadang enggak semua perempuan kayak Ria tuh, mau jadi relawan gempa, kadang perempuan malah minta dimanja, kalo kerja, datang bulan aja minta dimaklumi (baca: cuti), gimana ga tetap jadi makhluk nomor dua kalo minta dimaklumi mulu...

Sri Riyati said...

Aduh...Benol Jess aku kesundul tiang listrik. Dialem2 kowe. Aku rak sido dadi relawan gempa. Rak entuk mamahku. Kon ngasahi piring wae jare (ki serius lho, orak goro2 Quotes-ku mbiyen). Tapi omonganmu pancen bener, 100% cengli. Piye arep persamaan derajat nek ngomonge, "Ya kita kan cewek. Kamu dong yang cowok,". Masak gajinya minta sama?

Anonymous said...

Menikah ya berarti sudah siap merendahkan ego serendah-rendah nya... ke-2 nya harus slg merendahkan ego satu sm lain, kl ga akan ada iri...

Jd udah kodratnya menikah spt itu... apalagi kl udah punya anak, wah musti di teken abis deh egonya. Jdnya ya spt temen ria itu, mgk dia mo ngbrol lama2 sm ria, tp kepentok urusan anak...

gmn, siap menikah, kris? mumpung blm tjd, blm terlambat...

-Petter-

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

iya menikah emang harus merendahkan ego serendah2nya dan mau disuruh2 sama suami..misal..ambilin minum, ambilin makan...cuciin baju, dll...

sudah telat nanyanya nyesel ga...hahaha....tinggal sebulan lagi meritnya

Jam

Sejujurnya, inilah Ria dan Kristina...

Ria dan Kristina, sama-sama punya ide-ide yang nggak masuk akal saking nggak bangetnya pikiran kami berdua. Obrolan kami ini, berkat kemajuan jaman dan menjamurnya aplikasi internet (hiduplah Indonesia Raya!), kami sekarang bisa tuangkan di blog. Dulu kami suka ngetik-ngetik pake mesin ketik manual di belakang kertas HVS A4 bekas fotokopian. Tapi tetep aja kami tidak berhenti menulis. Kata pepatah: setipis-tipisnya tinta masih lebih tajam dari ingatan manusia. Kata Pramoedya: menulis berarti memetakan sejarah. Halah, kalo tulisan kita mah sebenernya gak ada hubungannya ama sejarah. Cuma mengukirkan betapa masa muda kami ini sangat indah. Dan jelas nggak mutu isinya. Jadi, mending kalo sisa-sisa waktu dan pengen baca yang tidak terlalu berguna sajalah baru buka blog kami... Tapi apapun komentar, masukan dan pendapat teman-teman, semuanya adalah cendera mata yang indah buat kami...

Ria dan Kristina (hualah, koyok undangan penganten. Amit2 deh. Lesbong juga pilih-pilih ah...)

About Us

My photo
pindah2..tergantung mood, Indonesia
Sri Riyati Sugiarto (aka Ria) adalah cewek kelahiran limpung..(pinggiran kota Pekalongan)..habis sekolah di SMU St. Bernardus Pekalongan trus kuliah kedokteran di Undip Semarang..sementara Kristina Melani Budiman (aka Kristina) juga lahir di Pekalongan trus satu SMU ama Ria dan kuliah di Atma Jaya Jogjakarta. kami kenal di kelas 3 SMU tapi mo duduk bareng selalu ga bisa gara2 terlalu cerewet dan kalo duduk sebangku selalu bikin keributan karena hobinya menggosip jadi terpaksa sampai sekarang tidak pernah duduk bareng..untungnya kita ga satu kampus :p