Wednesday, March 31, 2010
Balada Elis dan Kereta
Karena saya sering ditakut-takutin dengan cerita seram biar cepet pulang, saya jadi punya ide nulis cerita serem. Jadi mulai edisi depan, saya akan nulis cerita bersambung serem. Nantikan kedatangannya!!!! Bukan edisi ini. Kali ini saya cuman pingin cerita tentang pengalaman temen saya Elis (nama sebenarnya, bukan samaran, suer. Cari aja di kost2an saya. Kamarnya yang paling deket ama WC) yang bego banget pas naik kereta Semarang-Jakarta. Saya suka sama temen saya Elis karena hal-hal aneh bin ajaib bisa terjadi padanya, jadi saya ngerasa gak sendirian ^_^
Alkisah dia pesen kereta dengan bilang sama Mbaknya, "Kalo bisa pesen kursi yang sebelahnya kosong ya Mbak," Tahu kan, kalo kosong itu enak, kita bisa tidur terlentang dengan kaki naik ke kaca jendela. Maklum, Elis ini masih kebawa jaman ngernet bus antar kota antar propinsi dulu. Embaknya bilang ya dengan hakul yakin. Pas naik ke kereta, jrreng23345x! Elis terpana dengan kursinya yang dipojok belakang deket sambungan gerbong kereta, yang kalo pintunya dibuka-tutup tersiarlah aroma WC yang mengingatkannya pada kamar kostnya =P Kursi ini dipilih karena cuma kursi ini yang sendirian. Satu kursi di pojok belakang, yang sebelahnya KOSONG. Sesuai permintaan Elis. Elis jadi nggak bisa tidur-tiduran ala tukang becak dibawah pohon beringin karena kursinya cuman satu dan sempit dan semprul. Dalam hati Elis mengumpat, "Sebelahnya kosong ya maksudku tetap ada kursinya! Bukannya benar-benar kosong alias nggak ada apa-apanya karena buat lewat orang ke WC*diikuti dengan misuh-misuh yang terpaksa saya senmsor demi menaati etika nulis blog*"
Pada kesempatan lain, karena belajar dari kesalahan, Elis bicara dengan hati-hati ke tukang karcis, "Mbak saya minta kalau bisa kursi sebelah saya kosong. Bukan kosong artinya gak ada kursi sama sekalo lho. Kosong penumpang, tapi ada kursinya. Biar saya bisa selonjor," jelas Elis panjang lebar. Mbak karcis mangut-mangut dengan penuh pengertian dan menerbitkan selembar karcis.
Elis naik ke kereta. Kursinya di tengah gerbong. Haleluyah! soraknya dalam hati. Elis memastikan kursi sebelahnya nyata. Ditepuk-tepuk. Yak! Nyaman. Elis duduk leyeh-leyeh sambil selonjor. Ini kelihatan benar. Sampai kereta mulai berjalan. Gerbongnya terlalu sepi. Dimana ibu-ibu dengan kardus, plastik dan bayi-bayi? Dimana tukang jual kacang goreng atau minimal tukang bantu angkut bagasi? Elis sudah mau berangkat tidur ketika dia mulai curiga dan melihat ke sekeliling. Di satu-satunya orang di gerbong itu! Pantesan sunyi sekali. PAs tukang periksa tiket datang, Elis ditanya, "Kenapa di gerbong ini sendirian Bu?"
Elis nyengir, "Sesuai pesanan Pak,"
Dalam hatinya dia masih mikir apa salah kalimatnya waktu memesan. Ada saran?
Tuesday, March 30, 2010
Tag
Siapakah dirimu di rumah?
Apa yang dikatakan teman-temanmu tentang dirimu?
pada umumnya teman2 yg ga begitu dekat bilang kalo saya kayanya selalu ceria,cerewet dan ga pernah sedih.teman yg dekat biasanya bilang saya mandiri,wonder woman dan seleranya aneh.yg plg objektif mungkin kata2 suami saya yaitu istri cerdas investasi keluarga.yg dia maksud cerdas adalah bisa naik motor,bisa ngangkat galon,bisa masak,beres2 rumah dan cari duit.
Lima hal yang kau inginkan, tapi belum terpenuhi?
ngeliat salju,berat kurang dari 48kg sejak usia puber,ketemu gianluca pagliuca,tinggal di t4 yg ga polusi,dingin2 dimandiin nanti masuk angin tapi bukan di desa karena di desa susah cari kerja kecuali jadi juragan emping,imigrasi ke t4 yg banyak bule dan ada salju (mirip2 no. 1 dan 3 ya),ngajak ortu jalan2 ke luar negeri,terbebas dari spasmofili dan acute atopic konjunctivitis.
Seseorang yang sangat penting
banyak banget mulai dari ortu,adik2,teman,suami,dll.kalau sekarang ya suami karena tiap hari dia mau nganterin ke kantor.
Pengalaman pahit bersama mantan pacar?
ga punya mantan.melaske ya.jadi satu2nya cowok di hidupku ya petter doang.
Sebutkan blogger favoritmu (berdasarkan karakter blog mereka), dan sebutkan alasannya paling sering berkunjung ke blog jesie yg topiknya sering nyambung sama aku,vicky karena enak dibaca,santi karena nyantai bacanya,grace karena sy suka nonton,walaupun ga sempet kasih comment.
Kapankah anda ingin menikah?
di tulisan my dram book di awal blog ini,sy nyebut pengen nikah tahun 2009 dan udah terkabul walaupun bulannya meleset sedikit
Lagu cinta favoritmu? macy's day parade by greenday krn itu lagu yg dinyanyiin petter sebelum jadian.padahal sebenarnya bukan lagu cinta karena ada kata2 today's the macy's day parade,the night of the living dead is on its way...lalala
Apa prinsip hidupmu?
uang bisa dicari,tapi hidup cuma sekali.jadi sy berusaha hidup dengan berbahagia daripada hidup buat cari uang aja dan ga pernah kemana2.nanti mati jg uang tdk akan dibawa.
btw aku ternyata bisa nulis blog pake hp.hore2
Sunday, March 28, 2010
Tag you, Tag me
Tulisan ini dibikin khusus buat Mbak Fanda dan Mbak Fanny yang rajin nge-tag kami dan memberi award meskipun kalo nggak diingatkan kami suka nggak nyadar (gabungan antara rada gaptek, autis, sambungan internet yang ngadat di rumah dan deadline pajaknya Kristina yang tidak bisa bedain mana orang mana kebo menghasilkan kelemotan yang fantastis). Berhubung saya pake komputer kantor yang sebenernya dapat digolongkan korupsi waktu kecil-kecilan (anggap saja kompensasi dari digaji di bawah standar), jawaban-jawaban berikut ini jelas tidak perlu terlalu dipercaya, apalagi dijadikan referensi tentang seberapa kerennya kami. Kalo menurut Kristina sih, saya lebih OK sedikit dari Mpok Nori dan kalo menurut saya, Kristina jauh lebih orisinil dari Terminator. Atau Robocop. Atau Kura-kura Ninja. Singkatnya, saya minta dengan tidak basa-basi buat Kristina untuk juga mengisi kuesioner ini di sela-sela ngerjain laporan akhir bulan dan menderita acute atopic conjunctivitis (kamu jelas butuh cuti, betewe). Oh juga buat Vicky Laurentina, Santi Kuniasari dan Jessie Monica yang menyemangati saya buat rajin ngeblog. Halah lama-lama ni tulisan malah jadi kaya ajang penerimaan BAFTA. Tadi saya mau apa? Oya, jawab pertanyaan:
- Siapakah dirimu di rumah?
Saya suka pertanyaan ini. Soalnya ini mengingatkan saya bahwa di rumah, saya bukan siapa-siapa. Maksud saya, jelas siapa Bos-nya. Ikan mas koki peliharaan adek saya. Pagi-pagi, sebelum semuanya sarapan, dia sudah dikasih makan dulu. Kita semua bertanggung jawab penuh menjaga kehidupannya, kesehatannya, kesejahteraannya dan kelestarian jenisnya. Dia juga nggak perlu bangun pagi-pagi buat ke kantor atau jemur emping atau bahkan cuci muka dan mandi, apalagi nyikat WC. Menteri dalam negerinya Nyokap. Perdana mentrinya Bokap. Adek-adek saya yang cowok masing-masing adalah kepala bagian urusan logistik dan mentri lain-lain (pokoknya seksi sibuk lah). Siapa OBnya? Adalah satu-satunya anak cewek yang masih tinggal di rumah: kenalkan! Tidak jadi soal di kantor atau di kampus kerjaan saya apa. Di rumah, nyokap tetep perlu menasehati saya tentang gimana membuat masakan yang enak (harus bisa bedakan merica atau ketumbar tanpa bersin), cara nyuci dan nyetrika yang benar (dibalik dulu bajunya biar capnya gak lengket) dan cara menjemur baju yang baik (dikebutin dulu biar nggak melintir-melintir), bokap memerintah saya untuk bikin minum atau ambilkan nasi, serta tidak lupa tugas pokok saya nyuci piring dan bersihin kamar mandi. Mungkin mereka sengaja bikin hidup saya di rumah agak sengsara supaya saya cepat-cepat mau pindah dan nggak keasyikan di rumah *curiga*.
- Apa yang dikatakan teman-temanmu tentang dirimu?
Kata orang sih saya aneh banget, lebih dari binatang bebek. Sebetulnya prinsip hidup saya adalah 'lebih baik aneh daripada biasa aja'. Kebanyakan temen-temen susah mengerti karena saya suka mikir yang enggak-enggak, misalnya kenapa bebek kalo jalan kok rapi sampe kelihatan kaya berbaris? Kenapa bebek enggak mengerami telurnya sendiri? Bagaimana bayi bebek mengenali ibunya kalo yang mengerami itu ayam? Kenapa Donal bebek cuman pake baju nggak pake celana sementara Miki tikus pake celana nggak pake baju? Apa bedanya bebek sama blekok? Dst. Dsb. Tapi di luar itu semua, saya juga dibilang baik, perhatian sama teman, gemar menabung, membuang sampah pada tempatnya, tidak pipis sembarangan serta setia pada Pancasila dan Dasa Dharma pramuka (busyet, pelatihan pekerti calon Pegawai Negri Sipil kicks in!).
- Lima hal yang kau inginkan, tapi belum terpenuhi?
Ini pertanyaan jin lampu bukan? Kalo iya, saya bakal ati-ati njawabnya. Kalo bukan, jawaban saya gampang: traveling, traveling, traveling, traveling, traveling. Udah 5 kali belum? Soalnya saya belom pernah ngunjungin sobat saya di Palestina, belum pernah lihat beruang kutub beneran di habitat aslinya sebelum es mencair karena pemanasan global, belum pernah nyelam di Raja Ampat, belum pernah lihat gurun pasir kristal ato unta di Mesir atau mendaki Kilimanjaro. Tapi kalo ini adalah ajang 'make a wish eh 5 wishes' saya akan berusaha buat lebih nggak egois. Hihihi. Pertama, saya kepingin orang tua saya melihat dunia luar, karena seumur hidup mereka jualan emping di Limpung dan saya nyaris yakin keduanya agak menderita Xenophobia. Kedua, saya ingin menulis buku dan diterbitkan (iyalah, masa buat ganjel kandang ayam? Gapapa sih kalo diterbitkan dulu, dibeli, baru buat ganjel kandang ayam sesudah dibaca). Ketiga, saya pingin punya rumah dengan kebun dan dapur yang luas, biar saya bisa memelihara ayam dan nanem pohon mangga, trus kalo laper tinggal nangkep ayamnya dan dimasak. Beres. Keempat, saya pingin punya patner seperti Josh Harnett (saya nggak masalah kalopun cuma 95% mirip. Saya nggak ambisius kok). Kelima, saya pingin berkelana sama Kristina ke negri antah berantah, lalu kita bikin tulisan bareng. Kapan ya?
- Seseorang yang sangat penting
Banyak orang yang penting buat saya. Sulit untuk nyebutin satu (alasan karena suka ngelantur panjang2). Yang jelas, saya cinta banget sama kluarga saya yang aneh binti ajaib. Trus sama teman-teman dekat saya: Heni, Kristina, Petris, Lidya, Ika, Elvira, Budi, Basuki, Mariam dan yang lain-lain yang saya nggak bisa sebutkan satu-satu. Saya kira semua orang itulah yang membentuk saya, yang menjadikan hidup berwarna. Mereka juga yang membuat saya merasa belong to a place on earth. Saya punya banyak orang yang saya taksir, dan meskipun tertolak mentah2 dan gak pake digoreng setengah mateng, mereka pun tetap orang yang berarti buat saya *tidak menyerah pantang mundur*
- Pengalaman pahit bersama mantan pacar?
Ketika saya mikir, "Kalo begini, kenapa dulu pake jadian segala?" Ha-ha.
- Sebutkan blogger favoritmu (berdasarkan karakter blog mereka), dan sebutkan alasannya
Untuk blog yang paling lucu: The Curious Diary of Mr. Jam (penulis/komedian asal Hongkong)
Untuk blog traveling : Travel Blog: EdVallance (dia temen traveling saya ketemu di Papua)
Untuk blog yang ringan dan enak dibaca : The Absurd world and me (punya Jessie), Wong Muntilan's Weblog (punya Santi) dan Georgetterox (punya Vicky) dan Curhat Fanda *udah saya link di atas*
- Kapankah anda ingin menikah?
Ketika sudah saatnya bagi saya
- Lagu cinta favoritmu?
Jomblo oleh Saykoji, hehehe.
- Apa prinsip hidupmu?
Lebih baik jadi kualitas nomor satu dari diri sendiri daripada nomor dua dari orang lain. Alias ya pokoknya disyukuri lah jadi saya, meskipun saya nggak sekeren Je-Lo atau nggak selebay Dewi Persik.
Walah udah diusir dan dimatiin AC. Nasib nebeng internet di kantor!
Tuesday, March 23, 2010
Cuti itu hak setiap orang
Tadi ada pengarahan dari HRD karena banyak sekali orang yang punya saldo cuti banyak banget...sampai di atas 50 hari. Itu artinya selama 2 tahun dia tidak pernah cuti. HRD sih bilang...sesibuk2nya orang masa sih ga pernah cuti. Harus diusahakan buat cuti karena kita bukan mesin. Namun realitanya....aku mau ngajuin cuti aja harus liat mood atasan lagi baek or nggak. Kalo lagi jelek jangan harap bisa cuti walaupun kita udah berbulan2 ga cuti dan jatah cuti masih segambreng. Kejadian lain yang aku alami. Aku pernah cuti sehari doang...eh ditelponin soal kerjaan. Ya ga masalah sih..tapi apa gunanya cuti kalo gitu.
Jadi aku bingung sendiri...cuti ini sebenarnya hak karyawan atau bukan sih?
Monday, March 22, 2010
Pembicaraan di sore hari
Saya tidak menggarisbawahi kata lajang. Bagi saya nggak ada bedanya pikiran orang yang berumah tangga ataupun single, kalo cara pikirnya sama. Saya sama sekali bukan tipe 'cewek metropop' yang bersepatu tumit tinggi, bicara muncrat-muncrat tentang karir dan memandang rendah ibu-ibu yang bawa sekeranjang bayi (maksud saya, bayi dalam keranjang, bayinya gak banyak-banyak amat, bukan sekeranjang besar. Kecuali kalo hari itu bertepatan dengan Pekan Imunisasi Nasional). Saya orang yang beranggapan bahwa semua orang punya masanya sendiri-sendiri dan kita menikmati semuanya itu dengan sepenuh hati. Tapi memang susah dipungkiri bahwa pembicaraan saya dan sohib saya yang lajang, calon dokter spesialis kulit dan kelamin, hidup dari penghasilan sendiri dan hobi dari jalan-jalan sampe main gundu tentu beda dengan pembicaraan saya dengan mama saya, misalnya. Biasanya pembicaraaan kami lebih nggak bermutu, karena kamu selalu pakai kata, "Seandainya" atau "Kalau aku nanti..." alias idealisme yang tidak nyata. Konkritnya, waktu ada anak kecil di sebelah kami menangis meraung-raung hanya gara-gara minta sesuatu padahal semua orang sedang ngantri, kami tidak bisa menahan diri untuk tidak berkomentar negatif.
"Dasar anak kebiasaan dimanja," celetuk sohib saya.
"Kalau aku nanti punya anak, aku akan biarkan saja anak yang kaya gitu. Nggak bakalan aku kabulkan permintaannya. Supaya dia tahu itu bukan cara yang benar untuk meminta," kata saya (perhatikan kalimat pengandaian pertama).
"Kalau kamu nikah nanti jangan sama Cina totok," tambah teman saya dengan agak tidak nyambung (perhatikan pengandaian lagi yang ada di sini) "Liat, matanya bakal kecil kaya gitu," katanya sambil menunjuk si anak yang meraung-raung. Teman saya emang rasis, berhubung dia Batak. Ha-ha. *Lihat siapa yang bicara sekarang?*
"Aku jelas nggak akan suka sama Cina totok. Cukup papaku aja, pelitnya minta ampun,"
"Iya, tapi keluargamu lebih senang kan kalo kamu dapet Cina?"
Saya ketawa.
"Untungnya nggak nikah dini itu, orang tua jadi lebih membebaskan pilihan kita. Daripada nggak nikah-nikah,"
"Betul juga," sohib memangut-mangut, "Orang tuaku sampai kasih insentif supaya aku cepet nikah,"
"Wah beneran??? Pasang iklan baris di koran aja biar dananya turun" sahut saya girang (otak pegawai negri)
"Sialan. Masalahnya cuman aku belum bisa memilih, bukannya kekurangan stok," sambar sohib.
Saya tersenyum mahfum. Sohib saya, seperti layaknya residen kulit yang identik dengan kecantikan, sangat jauh dari kesan tidak menarik. Dalam jarak sepuluh meter dia bisa menarik dari tambang sampai serangga dan benda-benda logam (emangnya Magneto?). Apalagi manusia.
"Betul. Dapat orang tua yang kaya papahku itu takdir. Tapi siapa yang kita nikahi itu pilihan," jawab saya sok diplomatis.
"Like this," jawab sohib saya sambil menyeruput teh manis.
Sulitnya jadi orang seperti saya dan sohib adalah: digodain abis sama mas-mas gak jelas homo atau manusia dan jelas tidak berkualitas ekspor non migas. Saya sama sekali nggak tahu apa yang ada dalam batok kepala mereka yang jarang bersinggungan dengan ilmu pengetahuan apalagi tata krama. Kalau kita jalan, kita dianggap unggas (dicuit-cuit), kalau kita naik sepeda, kita diklakson keras dari belakang lalu diliatin dengan mupeng begitu nyalip kita dari samping, kalo kita naik motor, direpet dan disenyumin mesum. Sebagai informasi, saya selalu pake celana panjang selutut dan kaos kegedean minimal dua nomor. Saya dan sohib mempertimbangkan untuk berbusana ala taliban yang kliatan matanya doang, tapi berhubung baju macam begitu bisa masuk ke roda dan bikin kami kesrimpet, kami pun menunda rencana brilian tersebut.
Berhubung tidak ingin merusak suasana sore hari saya yang cerah ceria dengan membicarakan mas-mas kurang kerjaan, saya lebih baik memikirkan hidup saya sendiri yang penuh kejutan. Jagung bakar kami datang.
"Apa rencanamu akhir pekan ini?" tanya saya pada sohib.
"Karimun Jawa, dari pelabuhan Tanjung Mas jam 8.30. Pulang Minggu siang, jam 14.00. Ikut?"
"Jelas!"
"Like this," jawab sohib saya sambil menggerogoti jagung bakar manis yang menteganya menetes-netes.
Friday, March 19, 2010
Moga-moga saya tidak membuat orang dipecat...
Berhubung sudah janji dari kemaren hari buat pergi berenang bersama temen saya, sebut saja namanya Neverita (28), jam 18.00 saya sudah siap nyebur. Kebiasaan buruk saya adalah, saya suka tidur siang tanpa makan siang lebih dahulu. Jadi acara olah raga sore itu biasanya diakhiri dengan...yah, tepat sekali: makan-makan. Neverita selalu mengeluh bahwa berolah raga bersama saya bukan bikin berat badannya turun, justru jarum timbangan bergerak berlawanan arah dengan yang diharapkan. Oh sudahlah, kata saya, bagaimana mungkin kita berdiet kalo satu-satunya kegiatan berwisata di Semarang adalah nongkrong di warung nasi kucing? Lawang sewu sudah terlalu banyak dikencingi anjing (dan orang).
Kami selalu berenang di hotel daerah simpang lima berhubung kami punya keanggotaan fitnes yang sekaligus ada fasilitas kolam renangnya. Biasanya, kalau sudah terlalu lapar saya memesan makanan yang paling murah di sana, yaitu kentang kukus. Kami akan ngobrol lama-lama dan makan di tengah-tengah acara olah raga kami layaknya di warung nasi kucing. Jadi sambil berenang makan-makan, begitulah.
Hari ini, di kolam renang ada acara entah apa. Pokoknya, ada stand yang membakar aneka jenis ikan laut lengkap dengan sambal dan lalapnya. Saya yang lagi-lagi belum makan siang, datang ke kolam renang setelah lari beberapa saat di treadmill. Saya sangat lapar. Aroma makanan menari-nari di hidung saya, bikin kepala nyaris pusing menahan hasrat. Saya pesan makanan yang mampu saya beli, ya, kentang kukus. Sambil menghirup aroma ikan bakar, mungkin saja kentang kukus terasa lebih nikmat.
Tapi jreng2345x: dengan senyum sangat manis embaknya bilang,
"Maaf, tidak ada makanan sama sekali. Sudah habis Bu,"
Saya bisa saja cabut dari situ dan makan nasi kucing, tapi si Neverita masih sibuk berenang-renang ke tepian seperti kecebong. Saya juga yang salah, saya bilang nanti saja makannya selesai olah raga. Tapi sumpah, kadar gula darah saya sudah minim. Satu fakta lagi tentang saya, mood saya dipengaruhi oleh kadar gula darah. Kata orang, orang yang lapar adalah orang yang marah. Terlebih lagi saya melihat papan pengumuman dimana-mana, "Tidak boleh membawa makanan dan minuman dari luar," (tapi makanan juga tidak dijual, apa maksudnya?). Mengingat saya dikelilingi orang-orang yang ketawa-tawa sambil makan ikan bakar, sungguh membikin saya tambah merasa, hotel ini sama sekali tidak profesional (sebenernya cuman karena saya lapar sih, gak banyak hubungannya dengan profesionalisme bla bla).
Saya menuju meja resepsionis dan minta formulir untuk 'guest comments'. Bagi saya, menulis saran dan kritik untuk hotel bukanlah tindakan yang berlebihan, toh orang melakukan itu dimana-mana, termasuk di tembok Lawang sewu yang malang. Herannya reaksi orang di hotel sangatlah berlebihan. Salah satunya bahkan merepet duduk di depan saya, bagai marketing kartu kredit yang tak kenal putus asa, bilang, "Nanti serahkan ke saya ya Bu, jangan orang lain,"
"Ada nomor HP Bu? Biar nanti saya jelaskan duduk perkaranya,"
"Siapa sih Bu yang bilang begitu? Apa orangnya tinggi? Pakai baju putih?"
Sampai saya bingung mau nulis apa karena sudah direpet begitu. Saya bilang,
"Mas, saya cuma menulis saran. Saya bukannya menuntut di pengadilan atau apa. Saya tidak akan menyalahkan satu orang. Ini urusan seluruh dapur."
Dimana sih letaknya kebebasan mengkritik? Toh saya sopan dan nggak menunjuk orang. Saya tulis di situ, "Sebaiknya jika hotel melarang orang membawa makanan dari luar, hotel menyediakan makanan. Akan sangat menyedihkan melihat orang lain sedang ada acara makan-makan tapi saya tidak bisa pesan makanan, meskipun saya bermaksud membeli,"
Saya tidak rela kalau mbaknya yang jaga dapur di kolam renang dimarahin. Harusnya yang bertugas menyiapkan bahan itulah yang harus menyiapkan lebih banyak. Apa susahnya sih nyimpan lebih banyak kentang di lemari es? Dan tidak perlu lah semua orang bersikap, "Kenapa? Ada apa? Siapa?" hanya karena saya mau nulis 'guest comments'. Memangnya selama ini tidak ada ya yang pernah minta formulir pesan, saran dan kritik? Jadi formulir itu hiasan doang biar brosur-brosur hotelnya kliatan penuh? Bagaimana kalau saya mau menulis pujian atau terimakasih? Soalnya dari formulir itu sebetulnya bisa saja lho yang ditulis itu sanjungan. Tapi mana mungkin bakal menyanjung kalo minta formulir saja langsung diinterogasi ini itu bagai orang yang lapor ke KPK?
Harapan saya sih saya tidak bereaksi berlebihan. Apa pendapat teman-teman?
Monday, March 8, 2010
Menunggu dan menunggu
Tapi belakangan ini saya selalu menunggu. Berkat latar belakang saya yang selalu tergesa-gesa dan kepepet, tentu saja saya merasa fenomena ini aneh banget binti ajaib sekali. Saya tidak ingin bilang bahwa ternyata begini ya cara kerjanya Pe eN eS, tapi cuma memberi saran saja, bahwa untuk masuk ke lingkungan ini usus kita haruslah sepanjang jalan kenangan karena kesabaran kita untuk menunggu sangat diuji. Pertama dari ujian sampai pengumumannya itu makan waktu beberapa minggu sampai bulan, dari pengumuman sampai resmi diangkat makan waktu beberapa bulan (sampai tahun? Amit-amit deh semoga enggak segitu parah). Dan tidak ada kepastiannya kapan batas waktunya. Dan sementara menunggu ini kita wajib cari makan sendiri. Jangan heran kalo mereka punya minimal 10 usaha sambilan, soalnya kita tidak pernah yakin kapan mulai dibayar.
Lalu kalau ada pertemuan/rapat, yang datang terlambat kalo perlu menjelang rapat selesai adalah yang paling beruntung. Pasalnya sama-sama dapat makanan kardus dan ngisi daftar hadir, serta tidak perlu mendengarkan orang lain bicara tentang ini itu yang kita tidak mengerti dan tidak ada hubungannya dengan kita. Kalau datang dari awal, ada kemungkinan:
- kita disuruh bikin notulen, yang artinya mencatat pembicaraan semua orang yang ada di situ, dari awal sampai akhir rapat.
- kita tidak cukup bicara tentang bagian kita sendiri saja dan cabut dalam sepuluh menit.
- kita akan terpasung berjam-jam dengan jatah kardus makanan yang sama dengan yang datang sepuluh menit dan keikutsertaannya dihitung sama karena sama-sama tanda tangan sekali di daftar hadir.
- masih tidak jelas kapan kita dibayar (idem paragraf sebelumnya).
Saya : Sudah lebih tiga puluh menit. Mana pembicaranya?
Teman : Iya, sudah telat banget nih. Kayaknya belum datang.
Saya : Padahal saya sudah sengaja telat 10 menit.
Teman :Telatnya kurang lama Mbak. 10 menit itu namanya on time (saya termangut-mangut penuh perhatian)
Pembicara datang.
Pembicara : Maaf saya terlambat karena ada kesalahan informasi tempat. Presentasi akan segera saya mulai.
15 menit berlalu, pembicara belum juga kembali ke podiumnya. Ternyata sedang sibuk fotocopy! Kalo salah tempat setidaknya sudah fotocopy kan? Ketika acara mulai, waktu menunjukkan telat 65 menit. Oh maaf, maksud saya satu jam lebih lima menit (keluh). Pernah lagi saya datang ke pesta pernikahan, sudah tergesa-gesa karena telat nyaris setengah jam, ternyata pengantinnya belum datang dan saya mau nyicip makan dulu juga nggak bisa karena stands makanan kan baru dibuka kalo pengantinnya sudah masuk ruangan. Tidak ada yang saya kenal pula karena yang ada di situ semuanya kerabat dan keluarga sementara temen-temen saya tahu kalo di undangan ditulis lebih awal karena semua tamu bakalan telat. Kenapa ya cuma saya yang gak tahu?
Sebenernya itu semua tidak masalah. Menunggu itu wajar dan manusiawi sekali, apalagi saya bukan orang yang terencana dan teratur. Tapi akibat saya berusaha tepat waktu, saya seringkali mengorbankan hal-hal berikut demi tiba di ruang pertemuan pada jam yang tertera di undangan:
- Naik taxi bukannya kendaraan umum, karena saya kira saya sudah terlambat. Saya jadi bayar lebih.
- Nggak sarapan karena tidak sempat, ternyata masih harus menunggu lagi dengan perut yang keroncongan bin dangdut campur sarian.
- Saya membatalkan janji dengan orang karena saya kira saya ada acara pada jam yang sama.
- Saya ijin dari pekerjaan saya atau menunda pekerjaan saya hanya demi ngobrol di ruang rapat dengan sesama peserta. Habis itu saya yang harus kejar setoran karena kerjaan saya kan tanggung jawab saya sendiri.
- Saya sering membiarkan ikan piaraan saya kelaparan sampe siang karena pagi harinya cepat-cepat berangkat. Tahu harus menunggu lagi saya harusnya sempat-sempatkan kasih makan ikan, nyiram taneman, ngegym, renang, meni-pedi atau creambath saja dulu.
Tuesday, March 2, 2010
Atit yang aneh
Memasuki masa akil balik barulah saya mengidap penyakit2 yang namanya aja saya baru pertama kali dengar. Ini saya tulis supaya teman2 yang agen asuransi tidak berminat lagi buat menawarkan asuransi kepada saya karena pasti banyak pengecualiannya. Seperti kemarin2 ada orang dari bank telp saya:
OB (orang bank) : Halo..bisa bicara dengan ibu Kristina Melani Budiman?
KMB : iya saya sendiri
OB : (dengan suara semanis madu) Bisa minta waktunya sebentar?
KMB : (sudah tau akal bulusnya..pasti mo nawarin kartu kredit or asuransi) Maaf mbak..kalau mau menawarkan asuransi, saya tidak berminat ya
OB :tapi kan mbak belum tahu manfaatnya…
KMB : saya sudah dapat dari kantor mbak..
OB : iya..tapi ini lain lho mbak manfaatnya lebih banyak..bla bla bla..
KMB : mbak….saya ga minat ya ikutan asuransi jiwa apalagi umur orang kan ga ada yang tau mbak…lagian nanti kalau saya mati, yang dapat duit kan bukan saya…
OB : bla..bla..bla…(udah ga saya dengerin lagi deh)
Begitulah saya heran kenapa banyak sekali yang menawarkan kartu kredit dan asuransi. Umumnya mereka orangnya pantang menyerah walaupun sudah dijuteki. Eh kok tulisan ini jadi ngelantur kemana2 ya….jadi yang mau saya bahas adalah saya sempat didiagnosis menderita penyakit aneh. Paling tidak di keluarga saya baru saya aja yang kena penyakit ini:
1. Spasmofilia (di Wikipedia pun tidak ada). Ini penyakit pertama muncul waktu saya kuliah dan uang kiriman dari om saya kurang sementara saya masih butuh makan. Tiba2 saya sering sesak napas tapi bukan asma (soalnya ga bunyi ngik ngik). Rasanya kalau saya menarik napas, tidak ada oksigen yang masuk ke dalam paru2 saya. Saya sempat periksa ke beberapa dokter dan diagnosisnya berbeda2. Maklum dulu belum ada tunjangan kesehatan dari kantor jadi periksanya di dokter ecek2. Ada yang bilang saya asma, sesak napas biasa bahkan maag. Waktu saya kerja di Jakarta, saya sempat diopname dan barulah ketahuan kalau penyakit sesak napas saya ini bernama spasmofilia. Kata Ria ini bukan penyakit sih tapi suatu kondisi dimana sarafnya tegang jadi bisa ngefek kemana2 sampe sesak napas juga bisa. Jadi spasmofilia muncul kalau saraf saya sedang tegang misalnya di busway yang bau ketek, ga punya duit, banyak pikiran maupun ga dikasih makan. Pengobatan penyakit ini gampang saja….cukup bersenang2 pasti sembuh.
2. Acute atopic conjunctivitis (bener ga nih nulisnya). Sudah beberapa minggu saya tidak bisa pakai soft lens, eye shadow, eye liner, dll sehingga mengganggu rasa percaya diri saya. Sebabnya adalah beberapa minggu yang lalu pula saya merasakan ada yang aneh di mata saya. Mata sering terasa gatal, mudah merah terutama kalau pakai soft lens dan rasanya capek terus. Mula2 saya kira ini karena saya terlalu banyak kerja di depan computer. Suatu hari karena gejalanya tak juga menghilang, saya memutuskan untuk periksa ke dokter spesialis mata yang baek sekali namanya dr. Angela Shinta di RS RT (nama samaran). Setelah diperiksa dengan teleskop, barulah keliatan kalau ada benjolan2 putih bening seperti telur ikan kaviar di bagian bawah kelopak mata saya. Dia bilang mata saya alergi dan nama penyakitnya adalah acute whatever itu. Jadi dokter melarang saya menaruh benda asing di mata seperti kosmetik, soft lens dan sebagainya.
3. Septum deviasi. Sekitar sebulan yang lalu saya di kantor sangat sibuk dikejar deadline. Salah satunya adalah membongkar2 file tahun 2008 yang sudah berdebu di gudang. Malam hari setelah siangnya membongkar2 file, saya mulai batuk2 ga bisa berhenti sampai saya kasian pada suami saya harus mendengarkan radio rusak setiap malam. Jadi saya periksa ke dokter di RS RT favorit saya karena banyak dokter2 muda yang ganteng2. Sampai di sana saya disuruh rontgen sinus paranasal 3 dimensi atau apa gitu. Baru deh ketahuan kalau tulang hidung saya mencong ke kanan dan dinamakan septum deviasi. Tulang hidung mencong saya itu sudah dari lahir tapi kenapa baru sekarang bermasalah ya. Kata dokter mungkin karena terpicu oleh sesuatu yang membuat saya alergi (mungkin saya alergi kerja yang kotor2 ya…pantasnya saya jadi ibu rumah tangga yang ongkang2 kaki sambil nonton sinetron kali ya).
Jadi apakah saya akan menambah daftar penyakit aneh2…..kita tunggu saja cerita berikutnya.
Jam
Sejujurnya, inilah Ria dan Kristina...
Ria dan Kristina (hualah, koyok undangan penganten. Amit2 deh. Lesbong juga pilih-pilih ah...)
About Us
- Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman
- pindah2..tergantung mood, Indonesia
- Sri Riyati Sugiarto (aka Ria) adalah cewek kelahiran limpung..(pinggiran kota Pekalongan)..habis sekolah di SMU St. Bernardus Pekalongan trus kuliah kedokteran di Undip Semarang..sementara Kristina Melani Budiman (aka Kristina) juga lahir di Pekalongan trus satu SMU ama Ria dan kuliah di Atma Jaya Jogjakarta. kami kenal di kelas 3 SMU tapi mo duduk bareng selalu ga bisa gara2 terlalu cerewet dan kalo duduk sebangku selalu bikin keributan karena hobinya menggosip jadi terpaksa sampai sekarang tidak pernah duduk bareng..untungnya kita ga satu kampus :p