Sunday, September 27, 2009

Jakarta, dari mata saya

Lebaran kali ini keluarga saya mengunjungi Jakarta. Hanya karena mitos bahwa Jakarta sepi kalau lagi lebaran. Benar juga sih, tidak semacet biasanya. Tapi jangan coba-coba mampir di restoran terkenal. Ngantrinya bisa bikin nyamuk kenyang duluan. Sementara kita menunggu sambil kelaparan sampai ada meja kosong (dengan pemandangan orang mengganyang kepiting saus tiram dan gurame bakar, benar-benar siksaan!). Bagi saya pribadi, Jakarta adalah kota yang paling tidak nyaman untuk ditinggali. Tapi apa lacur, perputaran uang di Jakarta adalah yang terbesar di Indonesia, sehingga orang berlomba-lomba mengais nafkah di kota ini. Jadi apa yang terlintas dalam benak saya tentang Jakarta?
  1. Kota besar yang mirip hutan belantara. Dengan segala keramaian, gedung-gedung bertingkat, jalan-jalan kecil yang rumit, alat transportasi yang bersliweran tak keruan dan orang yang berteriak-teriak (dari calo, pengamen, sampai pedagang asongan), sangatlah mudah untuk "tersesat" di Jakarta. Jakarta selalu membuat orang berpacu dengan pekerjaan dan aktivitas, dari kernet angkot dan pedagang kaki lima sampai eksekutif dan ekspatriat semua kelihatan sibuk. Kalau saya duduk di pinggir jalan, saya bisa melihat semua kendaraan melaju dan berkejaran. Kalau saya duduk di mall saya akan melihat semua orang berseliweran dan eskalator yang naik turun penuh orang. Jakarta juga sangat besar, seperti semua kampung di Indonesia berkumpul menjadi satu. *Di Jakarta, berlaku hukum rimba. Siapa kuat dia berkuasa. Siapa lemah dia haruslah main keroyokan untuk menghalangi yang kuat supaya tidak semena-mena. Ada yang hidup dari pohon ke pohon, ada juga yang merayap di tanah.* Maksud saya, saya pernah dari bandara naik mobil pribadi ke hotel. Hasilnya tidak keringetan sama sekali. Tapi dari kereta ekonomi turun stasiun Jatinegara naik angkot lalu bis kota lalu nginep di klinik 24 jam. Hasilnya harus mandi saat itu juga agar bau saya agak manusiawi.
  2. Transjakarta busway. Saya yang tidak bisa bedakan utara dengan barat (kalau selatan gampang: lawannya utara) sangat terbantu dengan adanya busway. Pernah naik bis ekonomi jurusan blok M malah harus naik ojek puter balik gara-gara kelewat jalan. Jadi satu tiket ke segala koridor adalah cara terbaik kalau untuk pasang GPRS di HaPe dianggap terlalu keren. Busway bagi saya punya romantika tersendiri. Dari ngantri berjam-jam dengan bau ketek campur deodoran, kedorong orang sampai bisa masuk ke bus tanpa harus jalan sendiri, kebelet pipis tapi udah terlanjur kegencet di tengah antrian, dan bingung apakah mau keluar dari koridor buat ngejar angkot karena udah telat atau hemat dua ribu perak tapi nunggu bis yang lewat sejam sekali dan ditolak kalau udah kepenuhan.
  3. Ojek sepeda. Alat transportasi romantis ala tahun 60an ini punya cerita tersendiri bagi saya. Waktu itu mau mengunjungi si Kristina, petunjuk jalannya adalah "naik angkot nomor sekian, berhenti di depan toko anu dan ke sini naik ojek sepeda". Wow, ini keren sekali karena saya dan Kristina sama-sama makhluk bersepeda waktu jaman SMA dulu (gak nyambung sih sebenernya). Tapi saya sunggu senang bisa mbonceng sepeda, karena dari dulu selalu nggenjot sepeda sendiri. Menurut Kristina (pakar ojek sepeda) untuk mendapatkan hasil maksimal dari numpang sepeda orang antara lain: jangan tukang ojek yang tua, karena kasihan. Apalagi kalau saya tidak selangsing Kate Moss. Jangan yang kelihatan keringetan banget, karena kalau numpang ojek sepeda anginnya bertiup ke belakang. Jangan pelit-pelit amat, kan kita tahu sendiri rasanya nggenjot sepeda, apalagi kalau ada yang mbonceng dan jalannya nanjak. Jangan kaget kalau tukang ojek sepedanya masuk jalan satu arah dan menentang arus, karena rambu-rambu lalu lintas tidak berlaku untuk sepeda. Terakhir, meskipun kita ketakutan karena sepedanya menentang arus, jangan salah pegangan!
  4. Mall of Indonesia. Grand Indonesia. Pokoknya mall kalau udah pake nama Indonesia artinya: besar, mewah dan baru ^_^ (ndesonya kumat). Pokoknya mall di sini mah seh tarada lawan. Sayangnya budget saya cuma cukup untuk melihat-lihat dan mengagumi musical fountain yang gratis (kagum karena gratis). Sayangnya tempat yang memungkinkan untuk keluarga jalan-jalan ya cuma mall. Di luar terlalu panas dan terlalu berpolusi. Mau duduk-duduk di warung pinggir jalan malah dikira sales minuman berkhasiat. Kalau duduk di Starbucks enak tapi cepat miskin. Kata orang sih hidup di Jakarta bagai buah simalakama.
  5. Klinik 24 jam. Ini tempat cari duit yang jelas-jelas eksploitasi tenaga dokter. Puskesmas aja nggak jaga 24 jam. Kalaupun 24 jam tetap gantian. Tapi berhubung di Jakarta kemana-mana susah dan mahal diongkos, belum lagi para perantau yang tidak punya tempat menginap, klinik 24 jam jadi tempat tinggal sekaligus kerja. Tempat ini juga menjual jasa dokter sekaligus obat, mirip tempat prakteknya mantri-mantri di desa saya.
  6. Polisi Lalu Lintas yang suka memeras. Polisi ini kerjaannya mencari mobil yang salah belok atau salah jalur. Biasanya sih mobil-mobil tersebut berasal dari luar kota atau pengemudinya bukan orang Jakarta dan cuma lagi libur lebaran *pengalaman pribadi sekalee* Jadi ceritanya saya tidak hafal jalur di Jakarta. Berbekal peta yang susah dibaca (atau memang saya susah bacanya) kami pun nekat menjelajahi Jakarta. Nah tiba-tiba waktu belok diberhentiin polisi dan diminta SIM/STNK. Saya sih tidak keberatan kalau memang salah ya ditilang. Tapi yang paling bikin sebel adalah dimintai duit Rp. 150.000,00. Usut punya usut kalau ditilang di Jakarta seharusnya cuma didenda 50 ribu rupiah. Saya paling sedih sama polisi yang menggunakan wewenang buat memeras, kalau mau minta duit ya bilang aja "kasihani saya mbak, saya juga pingin beli baju baru buat anak saya pas lebaran ini," kan saya ngasihnya lebih ikhlas daripada pura-pura menahan SIM/STNK saya. Saya kasihan sama orang-orang yang lebih miskin dari pengemis ini. Pengemis kurangnya cuma limaratus atau seribu perak, si polisi pemeras kurangnya seratus ribu rupiah. Lebih miskin akhlak. Miskin harga diri.
  7. DVD palsu. Saya hobi sekali nonton film (opera sabun?) serial TV seperti CSI, Monk, Southpark, The Simpsons, Scrubs dan Grey's Anatomy. Dulu sih saya sibuk pinjam di persewaan DVD. Tapi berkat menjamurnya DVD palsu, harga DVD jadi semangkin terjangkau (meskipun kualitasnya semangkin hancur). Di Semarang DVD bajakan ini harganya delapan ribu per keping, di Jakarta cuma lima ribu dan kalau beli sepuluh gratis satu. Sifat jelek dari penggemar serial adalah kecanduan, jadi saya terpaksa beli DVD palsu ini apalagi kalo digratisin satu per sepuluh biji*mupeng mode on*.
  8. Ojheck. Ini ojek motor biasa, bukan ojek sepeda. Terus terang saja, saya lebih suka naik ojek daripada naik taksi, karena anginnya yang semilir dan lajunya yang lincah lewat pasar-pasar dan kampung-kampung itu rasanya lebih mantap daripada duduk dengan kaca tertutup di dalam mobil. Saya suka naik ojek karena kalaupun menyasar-nyasar ria tidak harus nambah bayar argo. Kalaupun brenti-brenti sepuluh kali untuk nanya jalan sama penjual rokok asongan bayarnya ya tetap segitu. Pernah saya naik taksi, memang sih argonya terpercaya, tapi sopirnya nggak tahu jalan jadi pake muter-muter dan kena lampu merah segala sampai bayarnya mahal. Heran deh, sopirnya yang nyasar, sayanya yang telat kok masih disuruh bayar lebih?
  9. Kampus UI. Tempat nebeng terpercaya. Walaupun saya nggak pernah kuliah di sini, tapi teman-teman saya pada ambil spesialis di sini. Jadi kalau mau nebeng kos-kosan mereka ya di sekitar sini. Saya jadi hapal masakan yang enak di sekitar sini sampe jalur-jalur angkutan umumnya.
  10. Kopaja, Metro Mini, Damri, dan para pengamennya. Saya bangga akan pengetahuan saya terhadap rute bis-bis kota ini. Sayangnya saya cuma tahu ikut bis saja tapi tidak tahu ada dimana. Jadi pengetahuan ini tidak membantu kalau pas bawa mobil sendiri. Masa petunjuknya "ikuti kopaja nomer 97"? Alhasil saya tetap nyasar jaya dan dipalak polisi. *Aduh*. Saya juga suka memperhatikan pengamen. Banyak pengamen yang pinter nyiptain lagu sendiri dari yang berima menggelitik sampai nge-rap. Misalnya, "jangan hina pengamen cilik, biar miskin tapi banyak dilirik, sama cewek-cewek cantik, karena goyangan kita menarik, lagu kita juga lagu baik-baik, kalo kasih uang kita tabiiik," ada juga syair yang agak-agak saru alias porno tapi saya pura-pura nggak hafal saja daripada blog saya diblokir karena melanggar larangan MUI.
  11. Kristina Melani Budiman. Orang inilah yang akan saya cari kalau saya mengunjungi Jakarta. Bukan karena dia teroris apalagi narapidana jebolan Cipinang, tapi sekedar untuk menumpang mandi alias ketemuan. (kaya pantun itu lho, kalau ada sumur di ladang...). Ketemu Kristina membuat Jakarta yang sumpek, panas, kotor, macet dan memalak jadi terasa meriah dan menyenangkan. Pokoknya kalaupun saya malas lihat hiruk pikuknya Jakarta beserta segala kesibukannya, saya akan menoleh ke Kristina dan dunia saya pun berubah jadi dunia yang saya kenal.
    Ketemu Kristina membuat baso tahu terasa lebih enak karena ngeliatin dia makan mie tarik *joko sembung mode on*.
Saya akhirnya pulang kembali ke kampung (ketika sedang sibuk-sibuknya arus balik ke ibukota) dan saya merasa lega. Sepertinya tempat saya memang di sini. Karena bagi saya untuk tinggal di Jakarta rasanya seperti mobil yang salah jalur. Irama hidup di Jakarta keras dan menuntut karena persaingan untuk bertahan hidup yang ketat. Tidak ada pilihan untuk hidup sederhana. Rasanya yang ada cuma pilihan untuk jadi kuli atau...bosnya kuli. Tidak ada tempat untuk jadi orang biasa yang bisa juga ikut menikmati.

Omong-omong kosong nih, saya menikmati sekali melihat bebek melintas di kali kecil belakang rumah.

10 comments:

It's Me Joe said...

Siapa suruh dateng jakarta, siapa suruh datang jakarta.. hehehehe

Btw, blog kalian menarik, beda dan baru nemuin model begini dimana yang ngisi dua orang... lucu dan ringan...

boleh toh aku jadi follower

Regards,
http://joeoflife.blogspot.com/

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

hahaha. Bener juga Mas Joe. Malah kena palak tuh, dari tukang parkir di depan seafod sampe polisi lalu lintas yang cari mangsa pas lebaran gini. haha. Makanya saya woro2 nih ama sohib2 sekampung, pada jualan empinga aja di Limpung. Ngapain urbanisasi ke Jakarta. Biar si Kristina aja yang di Jakarta, soalnya dia kan selalu ditolak kalo mau kerja di sini, hihi. Saya juga ngikut mas Joe, boleh kan? Btw, ini Ria (pada protes karena kita selalu nggak nyebut nama). Salam kenal dan makasih pujiannya. Ampe hampir kejedug eternit nih saking melayang2nya.

It's Me Joe said...

Hehehehe.... hati2x ntar kalau dipuji hidungnya panjang... eh salah itu pinokio yah :D

Btw, Limpung itu ada di peta Indonesia khan ?????? Kok nggak nemu yah ??? ** ngacir **

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

Wanted: blogger bernama Bang Joe (kata orang jawa artinya lampu lalu lintas:abang ijo). Kalo udah pada nggak ada kerjaan karena si Nurdin udah mati, silakan kejar2 orang ini. Gratis (maksudnya kalopun ketangkep nggak ada imbalannya)

*reaksi patriotik limpung sejati*

wongmuntilan said...

Huaaaaa... Ria kok gak ngabari kapan datang ke Jakarta, kapan main ke sini lagi???

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

Kata Kristina Santi lagi sibuk banget nyaipain nikahan. Sori banget deh San. TRus kluargaku juga pergi bareng terus, gak ada kesempatan buat aku nemuin tmn2ku (kecuali Kristina karena dia nekat dateng dan gabung ngikut hihi). Lagian cuman 3 hari. Itu tulisan dari pengalaman dulu2 segala. Aku dateng nikahanmu aja piye? *minta diundang padahal gak pernah ketemu sebelumnya haha*

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

hai joe..thanks sudah memuji blog kami...(ini kristina yang nulis)..sering2 datang ya..walaupun seringnya tulisannya ga mutu mencerminkan topik2 yang sering kami gosipin bareng2 kalo lagi ketemu.

santi..iya kemaren aja aku ketemu ria si selebritis calon pns ini cuma sehari hiks hiks..aku dengan tebal muka ikutan gabung acara keluarganya dia hahaha

tanggapan tentang tulisan ini:
huahuahuahauhhahahaha....tulisanmu ini mencerminkan perasaanku tentang jkt...walaupun aku kerja di sini tetep aja pengennya kerja di tempat lain..tapi apa daya..aku ga bisa jadi pns..dulu pernah daftar tapi ga lolos..katanya sih karena mataku sipit dan alis lancip.

btw aku tersandung kowe bilang alasanmu ke jkt soale ono aku hahahah..sering2 mrene nraktir aku mangan piting...aku wes suwi rak mangan piting...piting traktiranmu kuwi piting pertama setelah bertahun2...(terharu T-T).
taktambahi kesan2ku tentang jkt sithik:

1. jakarta kota polusi...dimana2 ada asap item..pertama kali dateng jkt aku kira kok tiap hari mendung...ternyata itu gara2 kebanyakan asap item dari kenalpot bajaj yang orange (bukan dari BBG) dan bis2 umum yang udah bobrok dan asapnya bisa buat bedakan.
2. jkt penuh orang jahat...beneran deh..kalo ditanyain orang di jalan mendingan ga dijawab daripada ntar dihipnotis..mendingan cuek asal selamat...
3. di jkt banyak penipu..contohnya ada pengemis di tangga busway depan kantorku..dia pura2 kakinya putus satu...padahal cuma dilipet. kenapa aku tau? karena pas aku berangkat fitnes pagi2 jam 6 kurang, dia lagi duduk bersila...siang2 udah ngemis..kakinya diumpetin satu..huek. trus suka ada orang bagiin amplop di halte busway...minta sumbangan buat anak yatim or whatever lah..(aku ga yakin itu bener2 buat anak yatim)
4. jkt orangnya cuek2..dulu pas aku ngekost di jogja pasti sering ngerumpi ama temen2 kost..boro2 ngerumpi..malah dicuekin..trus kalo kita ada salah bukannya bilang baek2 pake ngomongin kesalahan kita di depan orang laen dengan suara keras (pengalaman pribadi waktu aku ga sengaja buang air panas bekas masak mie ke wastafel yang pipanya langsung menuju ke kamar mandi dan ada orang lagi mandi)
5. dari tadi negatif mulu..positifnya dunk....jakarta tempat yang umrnya termasuk paling tinggi..jadi paling nggak di sini bisa mencari sesuap nasi
6. di jakarta banyak tempat makan aneh2..misal jajangmyeon dan bimbibab..hihihihi..kalo di pekalongan adanya kan sego megono tempe, garang asem..di jkt bisa menemukan makanan dari sego megono sampe caviar..di pekalongan boro2 caviar..caviar telor kodok kali

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

Ini RIA. Buat Kristina. Aku ngakak2 mbaca caviar telur kodokmu. Tapi di Pekalongan kan ada mie mamahnya Kristina. Mak nyuss lho*rak nyambung jaya seperti biasa*. Iya, bagusnya Jakarta sih banyak: kalo mau yang aneh2 tuh lebih mungkin daripada di sini. Misalnya aku mau belajar meditasi atau yoga, kan paling kalo di Limpung malah disuruh tanya di pondok pesantren. Trus pas mau belajar bahas perancis, di Semarang bayarnya mahal karena harus privat (gak ada peminat lainnya). Trus waktu nanya2 ttg panjat tebing, malah dikatai, "kalau mau berburu sarang burung tuh di Karang Bolong aja mbak," Nah lho!

Anonymous said...

"...melihat bebek melintas di kali kecil belakang rumah."
Dmn? mau... mau... mau... liat donk...
aduh baru bc tulisan "...melihat bebek melintas di kali kecil belakang rumah." bs kebayang sejuknya udara, segarnya pepohonan, ... ya ampun... i miss yogya...

-Petter-

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

makanya kita pensiun di jogja aja biar bisa liat bebek, kambing dll menyeberang jalan...
trus ada kolam di belakang rumah
di jakarta bisa sih liat binatang..itu tikus melintas di jalan trus kelindes mobil..
trus ikan lele di selokan deket kost

Jam

Sejujurnya, inilah Ria dan Kristina...

Ria dan Kristina, sama-sama punya ide-ide yang nggak masuk akal saking nggak bangetnya pikiran kami berdua. Obrolan kami ini, berkat kemajuan jaman dan menjamurnya aplikasi internet (hiduplah Indonesia Raya!), kami sekarang bisa tuangkan di blog. Dulu kami suka ngetik-ngetik pake mesin ketik manual di belakang kertas HVS A4 bekas fotokopian. Tapi tetep aja kami tidak berhenti menulis. Kata pepatah: setipis-tipisnya tinta masih lebih tajam dari ingatan manusia. Kata Pramoedya: menulis berarti memetakan sejarah. Halah, kalo tulisan kita mah sebenernya gak ada hubungannya ama sejarah. Cuma mengukirkan betapa masa muda kami ini sangat indah. Dan jelas nggak mutu isinya. Jadi, mending kalo sisa-sisa waktu dan pengen baca yang tidak terlalu berguna sajalah baru buka blog kami... Tapi apapun komentar, masukan dan pendapat teman-teman, semuanya adalah cendera mata yang indah buat kami...

Ria dan Kristina (hualah, koyok undangan penganten. Amit2 deh. Lesbong juga pilih-pilih ah...)

About Us

My photo
pindah2..tergantung mood, Indonesia
Sri Riyati Sugiarto (aka Ria) adalah cewek kelahiran limpung..(pinggiran kota Pekalongan)..habis sekolah di SMU St. Bernardus Pekalongan trus kuliah kedokteran di Undip Semarang..sementara Kristina Melani Budiman (aka Kristina) juga lahir di Pekalongan trus satu SMU ama Ria dan kuliah di Atma Jaya Jogjakarta. kami kenal di kelas 3 SMU tapi mo duduk bareng selalu ga bisa gara2 terlalu cerewet dan kalo duduk sebangku selalu bikin keributan karena hobinya menggosip jadi terpaksa sampai sekarang tidak pernah duduk bareng..untungnya kita ga satu kampus :p