Tuesday, September 2, 2008

English 101

Berhubung saya critanya lagi di negrinya Bronte dan Dickens, saya mau nulis sedikit tentang bahasa Inggris. Bukan, ini sama sekali bukan tentang tulisannya si Shakespeare yang bunyinya aneh mirip bahasanya star trek the next generation (atau kentut gajah): 'tis thou that execut'st the tritor's treason, thou sett'st the wolf where he the lamb my get' (apaan coba?! Shakespeare pasti nggak pernah belajar Bahasa Inggris). Ini hanyalah tentang saya yang begitu gebleknya dengan bahasa sampai menimbulkan kesalahpahaman dari yang ringan sampai taraf international humiliation.

Pelajaran pertama: kalo mau pergi ke toilet, bilanglah, "Excuse me, can I powder my nose?" dan jangan bilang: "I want to go to the toilet. I need to poo" terutama kalo kita lagi makan bareng sama orang lain kaya di gambarnya leonardo da vinci 'the last supper' meskipun dalam kasus saya jelas ini bukan the last karena nanti malem pasti saya makan lagi (dalam jumlah lebih banyak tentunya karena kalo tambah malem itu tambah dingin biasanya). Maaf saya selalu terobsesi sama makanan sehingga tidak nyambung. Intinya, meskipun jujur itu sangat penting tapi di negrinya ratu elisabeth ini ternyata sopan-santun lebih dihargai. Mane ketehe.

Pelajaran kedua: bedakan heroine dengan heroin. Pada suatu hari seorang bapak perlente (topi bulat, payung item dan jas panjang, buset Sherlock Holmes abis) bilang pada saya,"I can see your heroine in it," sambil nunjuk buku yang saya baca. Saya bilang, "Sumprit, I don't have heroin in it!" dengan wajah curiga dan tertuduh. Lalu si SHP (Sherlock Holmes Palsu) bilang lagi, "Oh, of course you don't. I mean heroine, your female hero," Saya diam saja (pura-pura mikir sembako). Seharusnya, heroine dan heroin punya pengucapan yang beda, karena bagi saya yang setengah budeg saja ini bisa menjadi kesalahpahaman, bagaimana dengan orang yang bener-bener budeg coba?

Pelajaran ketiga: Farmer artinya bukan petani. Beneran lho, saya baru tahu. Dari jaman SD Limpung 1 sampe SMU Santo Bernardus saya diajarin kalo Farmer artinya petani dan saya tidak pernah ngecek lagi di kamus Indonesia Inggris edisi diperbarui. Jadi harap maklum kalo waktu temen saya bilang, "I'm a farmer," saya langsung mbayangin dia macul di sawah. Ternyata farmer berasal dari kata farm yang artinya (kalo gak salah) peternakan. Jadi farmer artinya: peternak. Lha kalo yang kerja di sawah? Masalahnya, di sini gak ada sawah. Adanya kebun sayuran dan ladang gandum. Mereka disebut gardener karena kerja di garden. Garden ternyata bukan taman (lha kalo meteor garden? Tambah mumet deh). Lebih ke pekarangan. Isinya macam-macam sayur dan daun bumbu (herbs). Nati kapan-kapan kalo nggak males saya tulis tentang macam2 bumbu yang aneh (ingat, saya terobsesi pada makanan). Jadi saya mau bikin terjemahan sendiri buat petani, anggap saja kata pertama dalam kamus Ria: petani= rice field worker.

Pelajaran keempat: mandi (pake gayung) itu nggak ada terjemahannya ke bahasa Inggris. Nggak tahu apakah cebok juga nggak ada bahasa Inggrisnya (taruhan deh, pasti nggak ada. Karena di sini kalo boker mereka cuman dilap pake tisu alias gak cebok). Yang ada cuma take a bath atau take a shower yang masing-masing digunakan secara spesifik buat kamar mandi yang berdiri (brarti shower) atau bathub. Soalnya bakalan aneh kalo saya kluar dari kamar mandi yang berdiri dan bilang "I've just had a bath" (saya pikir terjemahannya mandi=bath) karna pasti orangnya mikir saya sudah naruh ember di kamar mandi yang berdiri buat berendam. Kenapa harus dibedain sih? Gimana kalau kita bikin terjemahan sendiri buat kata 'cebok' dan kita bikin spesifik antara cebok dengan tangan kiri atau tangan kanan? Saya merasa bahasa Inggris itu lebih konyol daripada bahasa Arab gundul apalagi hanacaraka. Bahasa Inggris cuma menerjemahkan apa yang ada dalam budaya mereka dan tidak punya kosakata untuk budaya orang lain. Coba, apa bahasa inggrisnya tukang ojek sepeda?

Pelajaran kelima: Kalau seseorang manggil kita "love" atau "darling" itu ternyata sama aja seperti kita panggil "bibi" sama pembantu atau dalam kasus saya "Lek" dari Pak Lik. Bibi bukan selalu berarti adiknya ibu dan Pak Lik bukan selalu berarti adiknya bapak. Jadi, love dan darling hanyalah panggilan semata, tidak berarti apa-apa. Ternyata cinta itu harganya lebih murah di sini daripada segelas espresso.

Pelajaran keenam: Organik artinya bukan disirami pake aqua. Tapi kalo nggak salah artinya: harganya jadi lebih mahal. Ini konon karena makanan organik lebih sehat akibat ditanam dengan cara alami alias nggak pake pupuk. Harusnya kan lebih murah ya karena nggak usah beli pupuk? Memang aneh logika mereka.

Pelajaran ketujuh: Heart itu artinya jantung, bukan hati. Soalnya kalo kita bilang heart disease ke dokter, dia akan periksa jantung kita, bukan hati kita. Kalo kita maunya hati, sebaiknya gunakan kata: liver. Soalnya fatal ya kalo ada film yang judulnya "heart" trus ceritanya tentang transplantasi hati karena orangnya sakit liver (hepatitis). Ya gak sih?

Terakhir (yang paling penting), jangan terlalu percaya sama semua yang tertulis di atas. Kenapa? Karena saya yang nulis (bukan Oxford Advanced Dictionary). Damai di bumi!

7 comments:

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

hahahaha....ini artikel yang bagus. aku juga ngiraine farmer yo petani.btw iyo yo angel juga nek mo bilang cebok ga ada kosakatane.mesti bahasa inggris ora ono istilah prengus, sontoloyo,mak njegagrik o..hehehe....thanks buat kamusE...nek bisa tambahi seng akeh o kamuse ben aku biso nyaingi kamus oxford jadi2an.
aku isih lembur bengi2 dan tiba2 IT jadi baek buka internet tapi aku wes pak bali jadi durung sempet nulis

~ jessie ~ said...

Wah sebagai lulusan sastra inggris, agak gimana getu dibilang bahasanya Shakespeare kayak kentut gajah. Tapi sampe bilang kayak kentut gajah tu berarti udh pernah dikentutin gajah ya? Terus berasa denger puisi gitu abis dikentutin? Itu namanya english kuno, neng.. memang begono... kalo di Indo coba baca noh karangannya Chairil Anwar ato WS Rendra, ntar orang bule bilangnya kentutnya kangooro nah loh.

Soal pelajaran pertama: kalo saya mo ke toilet, saya tahu deh nggak boleh ngomong poo ato pee, tapi juga ga perlu ngomong "Can I powder my nose?", pan jadi bohong ga ketulungan. Bilang aja: "May I excuse for a minute or more?" ato "Excuse me for a minute." Memang buat orang bule, a minute itu bisa an hour. Abis itu kalo mo mencret ya monggo, tapi jangan lupa bawa tissue banyak2 sapa tau di toilet pas abis.

Pelajaran kedua: kalo orang bener-bener budeg biasanya pake alat di kuping, ato langsung berbahasa isyarat, jadi nggak usah khawatir deh.. disono orang yang budeg beneran masih dipelihara oleh pemerintah dan nggak tercecer ngemis di jalan.

Pelajaran ketiga: belajar arti "farmer" di indonesia ya memang artinya "petani". Dan "garden" memang bisa diartikan "taman" atau "kebun". Kalo "yard" itu "halaman". Kalo "park" nah itu baru "taman", arti lainnya "parkir" *iki opo seh, kok malah jadi pelajaran bahasa inggris*

Pelajaran keempat: lah malah bagus kan? Itu berarti love bisa berarti ke siapa aja... emang ngga boleh ya love ke "bibi pembantu"? Love kan nggak cuma antar pacar or antar suami istri *kayak sinetron aja*. Sama sahabat, adek, sodara, pembantu, tetangga... share your love to the whole world toh... yang murahan kan justru yang kayak di sinetron itu, yang udh kasi arti cinta sesepele itu.

Pelajaran keenam: Ada aqua ya disana? Wahh senangnyaaa... berarti produk indo udh sampe ke eropa...

Pelajaran ketujuh: emang dari dulu yang namanya HEART itu jantung! Orang Indo aja yang aneh, bentuk <3 itu kan bentuknya jantung, tapi dibilang hati.

Pelajaran terakhir: nggak usah percaya juga ama yang saya katakan diatas, bukan karena yang diatas tidak di-quote dari oxford atau longman dictionary, tapi karena cuma orang iseng yang ngomong.

Beuh.. iseng kok jadi panjang begini...

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

Hullo Jessie,

Makasih banget sudah mau baca blog kami yang kalo menurut bahasanya gajah is full of bollocks and completely rubbish. Kode etik kami: nggak boleh ada artikel yang berguna, dan karena pelajaran bahasa Inggris termasuk agak berguna, makanya artikel itu harus 'diselewengkan' secara baik dan tidak benar, dengan meng-hiperbolakan segala sesuatunya sampai tidak sesuai dengan kenyataan. Jadi, perasaan Jessie sebagai seorang lulusan sastra Inggris saya maklum berat bahwa artikel ini kliatan seperti tai gajah (saya bnr2 sudah pernah liat, baik yang benyek atau yang beku) dan itu artinya sudah sesuai dengan kode etik kami.

Makanya judulnya English 101 (alias English for dummies), kalo sekelas Jessie tidaklah setara, harusnya baca Englih 1001. Jadi makasih berat buat commentnya. Saya setuju banget kalo kita boleh aja manggil pembantu dengan love. Alkisah I called my butler darling. When we talked about Shakespeare, he said something from Hamlet, act 3 scene 1, "To be, or not to be: that is the question: Whether 'tis nobler in the mind to suffer
The slings and arrows of outrageous fortune,
Or to take arms against a sea of troubles,
And by opposing end them? To die: to sleep:
No more; and by a sleep to say we end
The heartache and the thousand natural shocks
That flesh is heir to,--'t is a consummation"

I said to him,"I know Shakespeare, he's a big dude"
He said to me,"Miss, your English is such an elephant fart,"

Dia sudah saya pecat. Karena berani ngatain? Bukan. Karena gak mampu bayar pelayan per jam.

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

kenapa kowe jadi mengutip to be to be ne shakespeare?aku pernah nonton di film ada kata2 kuwi tapi aku tetep rak mudeng huek huek

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

Tenang Kris, aku juga rak mudeng blas. Coba tanya jessie barangkali dia tau krn dia belajar sastra inggris. For me, Shakespeare is just a 'comedy of error'. Tapi chairil anwar adalah AKU. Rak nyambung? Lhah emang joko sembung bawa kursi...

Anonymous said...

Wah, ternyata ada reply-nya, hehehe. Mari kita berbalas iseng, bukan berbalas pantun. Tapi, euh, ada yang sekali lagi saya ga setuju. Sebenarnya masalah level dan ketidaksetaraan bukan sesuatu yang esensial ketika hidup barengan dengan orang lain. Tuhan ga ciptakan syarat dan ketentuan untuk yang mana levelnya lebih tinggi dan mana yang levelnya lebih rendah. Tidak juga ciptakan yang satu tidak setara dengan yang lain. Apa karena saya lulusan sastra inggris (yang lupa bilang kalau saya lulus tidak cumlaude, sering bolos dan hanya dapat C di pelajaran Puisi? Apa saya bangga? Jelassss.. jelas tidak!) lantas levelnya lebih tinggi dari tukang becak lulusan SD? Atau ok lah, mungkin jangan mengambil contoh yang seekstrem itu, tapi tidak selevel yang mungkin kalian ‘penulis-penulis artikel tak berguna’ (kata kalian loh ya, bukan kata saya)? Tentu saja! Tentu saja tidak, maksudnya! Saya menganggap semua manusia sama levelnya, semuanya setara, hanya jalan hidupnya saja yang berbeda. Oh, shit, saya nulis sesuatu yang serius lagi ya? Tidak sesuai dengan kode etik kalian? Euh, maaf, maaf. Tapi tahu nggak kalau kalian menganggap tulisan kalian ini tidak berguna, menurut saya malah sebaliknya tuh (terima kasih kembali). Tulisan kalian ini BERGUNA banget sebagai penyeimbang orang-orang (yang mungkin menurut kalian) kayak saya yang katanya too serious dan kesastra-sastraan yang juga mungkin menurut sebagian orang lebih suka menjilat daki sendiri daripada menjilat permen lollipop (sumprit, saya lebih suka es krim cokelat daripada daki saya sendiri!). Nggak setuju kalau dibilang berguna? Paling enggak, dengan baca tulisan kalian, kami-kami yang (dianggap) serius ini jadi mikir… ohh jadi sesuatu itu ternyata simple ya… nggak sembulet yang saya pikirin -. Soal Shakespeare, karena Kristina disuruh tanya sama saya arti dialog itu, dan saya ga bisa jawab (lagian ntar kalau saya jawab beneran, kan jadi tulisan serius dan ‘berguna’ lagi neh *bergunanya paling enggak buat yg lagi research karya shakespeare juga, buat kalian mungkin juga enggak berguna hehehe*, kan ga sesuai dengan kode etik kalian; ibaratnya saya tamu dan kalian tuan rumah, jadi harus ikut aturan tuan rumah dong), kayaknya waktu pelajaran itu saya nggak masuk deh.. mungkin lagi bolos en pergi karaokean ama temen-temen satu geng(gong), waktu itu memang lagi gila karaokean, maklum di pekalongan kan nggak ada ya? Tapi saya tetap angkat topi buat Shakespeare, hormat untuk kreasinya pada tiap karya yang ia tulis, sama hormatnya buat guru fisika saya semasa SMA yang berjilbab yang dengan sabar nerangin rumus-rumus fisika yang njelimet itu ke orang sebego saya. Kalau masih pengen tahu arti dialog itu yang sebener-benernya, ntar kalau saya mati terus masuk Surga (kok yakin? Jelas yakin dong!), terus ketemu Shakespeare yang ternyata masuk Surga juga, saya tanyain deh apa artinya.
Gitu dulu ahhh…. Sekian dan terima kasih.
Maaf kalau ada kata-kata yang kurang berkenan.

PS: tapi gimana caranya kasi pesan ke kalian ya kalo udah dapet arti dialog itu dari Shakespeare asli? Ahh… why so serious? *quoting the joker in THE DARK KNIGHT*. Ngapain mikir sekarang ya? Hehehehehe…

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

jessie..thanks buat balasan commentnya..hahaha....walaupun kami tuan rumah dan sudah mendedikasikan blog ini buat sesuatu yang tidak berguna tapi kami menghormati juga tamu yang mo jadi penyeimbang sehingga artikel kami ini ada sedikit gunanya hihihi...iya kalo dah nemu artine shakespeare yang to be or not to be (itu hamlet bukan sih?)tolong kasih tau ke aku ya hehehehehe

Jam

Sejujurnya, inilah Ria dan Kristina...

Ria dan Kristina, sama-sama punya ide-ide yang nggak masuk akal saking nggak bangetnya pikiran kami berdua. Obrolan kami ini, berkat kemajuan jaman dan menjamurnya aplikasi internet (hiduplah Indonesia Raya!), kami sekarang bisa tuangkan di blog. Dulu kami suka ngetik-ngetik pake mesin ketik manual di belakang kertas HVS A4 bekas fotokopian. Tapi tetep aja kami tidak berhenti menulis. Kata pepatah: setipis-tipisnya tinta masih lebih tajam dari ingatan manusia. Kata Pramoedya: menulis berarti memetakan sejarah. Halah, kalo tulisan kita mah sebenernya gak ada hubungannya ama sejarah. Cuma mengukirkan betapa masa muda kami ini sangat indah. Dan jelas nggak mutu isinya. Jadi, mending kalo sisa-sisa waktu dan pengen baca yang tidak terlalu berguna sajalah baru buka blog kami... Tapi apapun komentar, masukan dan pendapat teman-teman, semuanya adalah cendera mata yang indah buat kami...

Ria dan Kristina (hualah, koyok undangan penganten. Amit2 deh. Lesbong juga pilih-pilih ah...)

About Us

My photo
pindah2..tergantung mood, Indonesia
Sri Riyati Sugiarto (aka Ria) adalah cewek kelahiran limpung..(pinggiran kota Pekalongan)..habis sekolah di SMU St. Bernardus Pekalongan trus kuliah kedokteran di Undip Semarang..sementara Kristina Melani Budiman (aka Kristina) juga lahir di Pekalongan trus satu SMU ama Ria dan kuliah di Atma Jaya Jogjakarta. kami kenal di kelas 3 SMU tapi mo duduk bareng selalu ga bisa gara2 terlalu cerewet dan kalo duduk sebangku selalu bikin keributan karena hobinya menggosip jadi terpaksa sampai sekarang tidak pernah duduk bareng..untungnya kita ga satu kampus :p