Wednesday, July 30, 2008

Pengelana -Pengelana dari Gua Hantu

Pengelana, atau bahasa inggrisnya travelers, ternyata ada beberapa macam menurut hemat saya:

1. Pengelana semi TKI.

Seperti namanya, pengelana tipe ini biasanya nggak cuman berkelana tapi nyambi kerja serabutan kanan kiri. Mulai dari penjaga toko, pelayan resto, penerima tamu di penginapan/hostel, instruktur menyelam, pemandu wisata atau pekerja di kapal pesiar. Bagusnya, tipe ini bisa bepergian kemana saja tanpa mengeluarkan biaya secuilpun. Jeleknya 70% waktunya bukan untuk berkelana tapi untuk bekerja. Seru juga sih karena mereka mengalami kerasnya kehidupan nyata kaum imigran (apaan sih) tapi kalau pergi jauh-jauh cuma untuk jaga Burger King, kayanya mending ngangkrem di kampung dan jadi lurah deh. Meskipun demikian, sekali waktu di kala kepepet, boleh juga jadi pengelana tipe TKI ini. Lagian jangan lupa, mereka kan pahlawan devisa...(nggak nyambung)
2. Pengelana tipe "Climb every mountains"
Pengelana yang begini mottonya jelas: gunung kan kudaki laut kan kusebrangi. Mereka ini adalah manusia-manusia kelebihan hormon adrenalin atau aktivitosis (ini istilahku sendiri Kris, maksudnya kelebihan beraktivitas gitu lho, bukan aktivis, itu lain lagi kayaknya). Mereka ini hobi banget bangun pagi-pagi, trekking ato naek sepeda ke puncak gunung atau candi trus liat matahari terbit. Lalu pas matahari tenggelam juga sekalian. Mereka hobi jalan ke desa-desa, gunung atau pedalaman untuk melihat suku-suku terpencil. Habis itu kalau ada acara seperti marathon atau hiking mereka pasti terdaftar sebagai peserta (ini bedanya, kalau yang tipe TKI juga terdaftar tapi sebagai pedagang makanan dan minuman keliling, hehe). Pengelana ini bisa menyelam hari ini dan panjat tebing hari berikutnya. Ciri2 fisiknya biasanya badan liat (bukan kekar), ramping, item-coklat, bau keringat, jarang yang buncit dan umur rata-rata 20-35 tahun. Awas jangan ketuker sama tukang gali sumur atau tukang bikin jalan proyek.
3. Pengelana leha-leha.
Kebalikan dari yang di atas, pengelana ini kerjaannya tidak jauh-jauh dari pantai dan pijat refleksi. Mereka bangun pagi pas yang lain lagi makan siang dan menghabiskan sisa hari dengan berjemur, dengerin musik, baca buku atau nonton. Olah raga bagi mereka adalah mengangkat telepon untuk pesan makanan atau jalan sehat ke spa terdekat. Biasanya bentuk tubuh mereka buncit-buncit, kulitnya pucet dan kendor-kendor. Wah SARA nih. Belum tentu juga sih. Biasanya tipe ini adalah pegawai kantor yang tinggal di kota besar yang kesehariannya penuh tekanan, sehingga liburan bagi mereka adalah menikmati hasil jerih payah dengan hidup sesantai-santainya.
4. Pengelana ajeb-ajeb.
Pengelana tipe ini biasanya bar-hopper, hardcore party-goer. Mereka ini sejenis kalong atau minimal temennya Batman, the dark knight. Mereka tidur sepanjang siang dan baru idup kalau malam sudah menjelang. Bukan drakula, karena mereka suka bawang putih dan gak selalu ganteng (kalau drakula kan ganteng yaa). Kerjaannya cari bar atau klub dan pesta sepanjang malam (dengan alasan kereta pertama baru ada sekitar setengah enam pagi). Kalau ngeliat mereka pagi-pagi, niscaya tampang mereka bisa bikin sarapan kita terasa sepet dan nggak enak. Tidak semua pengelana golongan ini adalah pengobat atau pengedar. Mereka hanya gila pesta saja. Kadang-kadang mereka bisa saja cuman berbuat begini karena ketemu teman yang asyik di akhir perjalanan mereka. Sisi baiknya, orang tipe ini bikin tempat menginap jadi kliatan rame terus. Itu karena siang-siang juga banyak orang berkeliaran atau tidur di lobby jadi kesannya tuh saking larisnya penginapan jadi nggak pernah sepi.
5. Pengelana tua tapi tidak bijaksana.
Entah kenapa tipe ini selalu ada di mana-mana, terutama di daerah pantai di tempat yang ada pengelana leha-leha. Biasanya mereka itu tua (ya kan namanya juga pengelana tua tidak bijaksana), berambut putih gondrong, kurus, kumal, merokok dan minum terus-terusan dan bicara keras ngalor-ngidul atau diam sama sekali. Termasuk gila pesta? Tidak juga, lebih tepat disebut "penunggu pesta" karena dia cenderung ada di satu tempat dan jarang pindah-pindah.
6. Pengelana dengan prinsip ekonomi Adam Smith
Pengelana tipe ini biasanya bergerak berdasarkan satu hal saja: apapun yang murah meriah. Jadi mereka selalu cari temen buat patungan, rame-rame naik truk atau numpang mobil orang, mengosongkan perut seharian sebelum makan di all you can eat, cari barang di pasar loak, datang tanpa diundang kalo ada gratisan misalnya acara icip2 makanan, di pesta selalu kedip-kedip sampai ada yang nraktir. Kayanya Kristina cocok sekale dengan tipe ini soalnya dia kan akuntan yang pinter menimbang2 untung-rugi. Hehe. Peace Kris!
7. Pengelana keroyokan
Seperti judulnya, tipe ini berciri khas selalu menggerombol. Mereka apa-apa dilakukan bersama-sama, bahkan ke toilet pun saling anter-anteran. Mereka suka bicara keras-keras dan ketawa-ketiwi sendiri, sambil melontarkan jargon-jargon yang cuma mereka sendiri yang tahu. Mereka biasanya cari aman, misalnya jalan dengan orang-orang kampung sendiri atau temen2 yang udah kenal lama. Sebetulnya, cara ini lebih efektif, hemat dan aman. Jeleknya, kalau mereka menjadi ekslusif dan lupa bahwa tujuan mengelana sebetulnya adalah untuk mencari dan mengalami sesuatu yang baru. Grup yang OK biasanya bisa berubah anggotanya dan tetap asyik untuk diajak rame-rame dengan orang lain. Grup yang tidak OK (biasanya amatiran) seringkali berakhir dengan foto-foto ceria yang isinya mirip dengan foto booth di mall kampung halaman, cuma diganti settingnya.
8. Pengelana bulan madu
Ini adalah pengelana yang mungkin paling enak tapi sekaligus paling sering dipalak. Gimana enggak, kalo kebanyakan nawar pasti tengsin ama suami/istri baru mereka, ya nggak? Pengelana bulan madu tidak selalu masuk kelas VVIP karena mereka lagi bahagia, bagi mereka tai kucing pun rasa coklat vanila. Jadi mereka akan naik mobil doplak sambil berpegangan tangan, trus berkemah di tenda bocor-bocor sambil mesra-mesraan (tolong jangan inget adegan Brokeback Mountain ya?). Makan sepiring berdua (hangat dan hemat) dan naik pesawat termurah karena kalopun nginep di bandara untuk transit setidaknya masih ada yang bisa dikeloni sehingga nggak kedinginan.
9. Pengelana amatiran
Biasanya pengelana model begini suka bingung-bingung sendiri. Nggak tahu bedanya hall kedatangan sama keberangkatan, nggak tahu apa bedanya kelas dalam penerbangan, gak tahu apa trik-trik untuk dapet tiket murah, gampang diboongin agen perjalanan dan penipu turis di tempat-tempat wisata, selalu liat peta tapi selalu kesasar, menghabiskan waktu lebih banyak untuk cari tahu daripada untuk menikmati pemandangan. Semua ada waktunya. Semua yang pro berasal dari yang amatiran. Setidaknya pengelana tipe ini tahan banting dan bermental kawat tulang besi, kemaluan eh rasa malu sudah tidak ada.
10. Pengelana profesional
Pengelana ini sudah semi jurnalis/fotografer/geografer/antropologis/penulis national geographic/penyunting discovery chanel travel and living. Mereka tahu hal-hal esensial dalam berkelana, sebagian bahkan sudah jadi mata pencaharian. Biasanya mereka justru bukan agen perjalanan. Mereka berkelana karena alasan -alasan yang lebih pribadi bahkan kadang-kadang sudah membuat kontribusi di negara tujuan mereka. Negara tujuan ini bisa menjadi rumah mereka yang kedua, ketiga, keempat, dst. Mereka biasanya sudah tidak jelas lagi orang mana saking seringnya berkelana.
11. Pengelana minoritas
Bukan cuma pengelana dari negara timur tengah yang termasuk minoritas. Pengelana dari negara dunia ketiga, yang cuma untuk pergi ke benua tetangga aja ribet urusan visa dan berakhir dengan susah untuk kemana-mana, juga adalah minoritas. Belum lagi mata uang yang kursnya nggak setara untuk ukuran manusia (katanya manusia dilahirkan setara, tapi bagaimana mungkin sepotong roti sama harganya dengan nasi bungkus segerobak?) Pengelana jenis ini adalah orang yang diantara pengelana lain merasa sendirian karena nggak ada yang bakal paham ama latar belakangnya. Tapi untuk cerita ama orang sekampungnya dia juga merasa nggak enak karena tidak banyak orang mampu berkelana karena 2 alasan tadi: visa yang dipersulit dan kurs yang tidak manusiawi.
Pengelana ini akhirnya memilih untuk jadi petani saja dan mulai menabung untuk masa depannya...Inilah tipe pengelana dari gua hantu.

1 comment:

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

harusnya ditambah lagi satu lagi..pengelana murahan...alias yang suka cari yang murah-murah aja. aku termasuk pengelana yang itu kayane..dan aku udah kapok..baca wae pengalaman 38rb naek kreta horor...jadi mending jadi pengelana mahalan daripada murahan

Jam

Sejujurnya, inilah Ria dan Kristina...

Ria dan Kristina, sama-sama punya ide-ide yang nggak masuk akal saking nggak bangetnya pikiran kami berdua. Obrolan kami ini, berkat kemajuan jaman dan menjamurnya aplikasi internet (hiduplah Indonesia Raya!), kami sekarang bisa tuangkan di blog. Dulu kami suka ngetik-ngetik pake mesin ketik manual di belakang kertas HVS A4 bekas fotokopian. Tapi tetep aja kami tidak berhenti menulis. Kata pepatah: setipis-tipisnya tinta masih lebih tajam dari ingatan manusia. Kata Pramoedya: menulis berarti memetakan sejarah. Halah, kalo tulisan kita mah sebenernya gak ada hubungannya ama sejarah. Cuma mengukirkan betapa masa muda kami ini sangat indah. Dan jelas nggak mutu isinya. Jadi, mending kalo sisa-sisa waktu dan pengen baca yang tidak terlalu berguna sajalah baru buka blog kami... Tapi apapun komentar, masukan dan pendapat teman-teman, semuanya adalah cendera mata yang indah buat kami...

Ria dan Kristina (hualah, koyok undangan penganten. Amit2 deh. Lesbong juga pilih-pilih ah...)

About Us

My photo
pindah2..tergantung mood, Indonesia
Sri Riyati Sugiarto (aka Ria) adalah cewek kelahiran limpung..(pinggiran kota Pekalongan)..habis sekolah di SMU St. Bernardus Pekalongan trus kuliah kedokteran di Undip Semarang..sementara Kristina Melani Budiman (aka Kristina) juga lahir di Pekalongan trus satu SMU ama Ria dan kuliah di Atma Jaya Jogjakarta. kami kenal di kelas 3 SMU tapi mo duduk bareng selalu ga bisa gara2 terlalu cerewet dan kalo duduk sebangku selalu bikin keributan karena hobinya menggosip jadi terpaksa sampai sekarang tidak pernah duduk bareng..untungnya kita ga satu kampus :p