Sunday, June 20, 2010

Life, get one!


Jujur, ngapain aja sih kegitan sehari-hari kita? Sebagai lajang semi pengangguran kurang kerjaan dengan doku pas-pasan dan pikiran yang demen kelayapan; hari-hari saya dimulai dengan bangun tidur, nguap, ngupil, garuk-garuk nggak jelas, mikir mo ngapain hari ini, liat jendela ujan apa kagak, ngucek2 (mata, bukan cucian), berusaha tidur lagi (mengamalkan pesan Mbah Surip), ngintip tetangga yang lagi nggosip sambil ngasih makan bebek peliharaannya, biasanya jadi inget sama piaraan sendiri trus jalan ke akuarium, mengucapkan slamat pagi sama ikan2 dan ngasih mereka makan, kalo nggak males nyiramin taneman pake aer bekas bocoran AC, trus critanya ngantor. Buka kompie, naroh tas trus kluar cari gorengan, habis itu buka internet dan ngeblog. Pas udah kelar (ngeblognya eh ngantornya ding), cari makan siang, pulang, tidur siang. Habis itu mantengin laptop, ngerefresh facebook tiap 2 detik. Kok nggak ada perubahan ya? Liat2 tweeter orang, barangkali ada bercandaan yang lucu. Temen saya dari Korea, tweet-nya gak bisa saya baca. Yang lainnya jargon, becandaan intern yang saya nggak ngerti juntrungannya. Mau ngikutin dari awal, loadingnya lama trus eror. Bosen nggak ada yang dikerjain di internet, saya pindah ke DVD bajakan. Blom separo diputer, sudah ngadat. Saya ditinggal dengan rasa penasaran yang cukup buat bikin hantu bergentayangan dan males segera masuk surga. Saya nge-SMS temen buat diajak makan bareng. Kalo berhasil, saya makan sambil ngerumpi. Kalo nggak, ya tetep ngerumpi juga ama tukang cuci piringnya. Kekenyangan setelah makan malem, saya akan ngesot ke kasur. Baca buku yang udah ada sejak taon kemaren dengan mata tiyip2 dan dalam waktu kurang dari 1 halaman (kayaknya 'halaman' bukan satuan waktu) saya udah ngorok tenang dan segala rutinitas di atas terulang lagi...

Betul sekali. Contoh di atas adalah hidup super nggak produktip dan beresiko terkena serangan kesambet penunggu pohon durian. Pikiran jadi nggak fokus, suka ngoceh mulai dari tumpahan minyak BP, reaksi Obama, vide porno, pengurangan subsidi listrik sampai babak penyisihan Piala Dunia (itu mah semua orang kali). Yang paling bikin frustasi adalah rasa bosan. Rasa ini membunuh segala antusiasme dan semangat juang (untuk lolos dari seleksi alam). Kayaknya kreatifitas dan rasa ingin tau kesumbat kaya tempat cucian piring yang ketumpahan sisa nasi kuah tengkleng. Atau selokan yang kepenuhan bekas bungkus deterjen dan sabun GIV dan supermi rasa baso sapi. Kalau sudah begini dan saya ngeluh, mulailah orang cuap-cuap supaya saya cepet nikah. Karena, itu adalah pekerjaan tetap seumur idup yang jam kerjanya 24/7 tanpa jaminan sosial dan dana pensiun. Dijamin nggak akan kurang kerjaan, katanya.

Salah saya. Saya dirancang untuk hidup nomaden, dengan segala perubahan dan irama yang nge-beat. Tapi sekarang saya malah memilih untuk jadi pegawai kantoran dengan rutinitas yang sama dari sekarang ampe minimal seratus taon ke depan (kecuali tangga sudah diganti dengan teleport) dan irama yang kroncong dengan ketukan 10/8. Tapi sungguh, ini bukan halangan buat mencari kobaran adrenalin dalam hidup.

Misalnya, rutinitas saya diubah dengan: bangun tidur, bangunkan semua temen kost-kostan dan mengorganisir yoga. Ganti tempat parkir kost-kostan dengan area meditasi, pasang air terjun lengkap dengan musik klasik India dan burung-burung camar yang beterbangan. Ubah motor Kymco saya jadi Harley, mau ke tempat kerja muter dulu ke Gunung Sindoro di Ungaran. Daki gunung dulu, kalo perlu tiap malem nginep di puncak-puncak yang berbeda. Sebagai ganti kompie saya di RS, pake iPad dan mulai mendownload pekerjaan dari Kepulauan Langkawi (katanya iPad itu waterproof dan gapapa kalopun kelelep di Samudera Pasifik). Kalo perlu konsultasi dengan bos, pake video konferensi yang disiarkan dari Gunung Semeru. Tidur siang? Usahakan tidur minimal kalo enggak di kapal pesiar yang mengarungi Samudera Atlantik ya di hammock salah satu pantai di Thailand. Jangan lupa ngupdate status di facebook. Tiap 2 menit, kalaupun tidak ada perubahan, kitalah yang membikin perubahan. Statusnya jadi, "Ditunggu pesawat jet untuk makan siang di Vanuatu," atau "Ketiduran. Sudah sampe dimana ini? Kenapa sejauh mata memandang banyak gunung es dan anjing laut?"atau"Ternyata saya masih hidup dari kedalaman 200 meter di bawah permukaan air laut. Kapal selam US Navy boleh juga," atau "Wow. Lap dancer. Cowok ato cewek ya?" atau "Ternyata rusa kutub tidak boleh ditunggangi. Dasar sinterklas tukang ngibul!"

Jangan lupa, untuk makan malam dan tidurnya kita juga harus pilih yang unik, misalnya, "Menu hari ini otak2 kepala kera. Tidur di hutan tropis pedalaman Kalimantan," atau "Menunya kok cuman seuprit foie grass. Masih laper kalo nggak pake nasi uduk. Dasar. Gimana sih Marriott Paris ini restonya!" atau "Gak bisa tidor. Meskipun udah makan cheese fondue dan berada di president suite Interlaken hotel, masih kepikiran buat skydiving besok,"

Sayangnya, kadang hidup nggak selalu seperti yang kita harapkan. Kadang terjal dan penuh rintangan (lebay). Dan pada akhirnya, yang kita perlu hanyalah membuat hidup ini indah, tiap menit berarti, tiap hari adalah hari yang baru dan baik. Dan membuat hidup kita berguna bagi orang lain. Jadi, daripada cuman ngebet cari jodoh dengan cara SMS garing atau ngarang cerita wagu tentang seseorang yang naksir dirinya (akibat sinetron, tetep!), kita bisa:
- menyalurkan hobi : entah menulis, teater, nyanyi, main musik, komputer, membaca, melukis, membuat kerajinan tangan, memasak, olah raga atau 1001 kegitan lain. Semuanya berguna, bagus dan luar biasa menyenangkan, jika kita memang menyukainya.
- mencari ketrampilan baru : belajar sesuatu yang baru yang juga kita nikmati.
- bekerja di gereja/panti/lembaga sosial : jadi relawan itu memenuhi kebutuhan rohani kita sendiri lho
- bikin proyek. Bisa untuk diri sendiri maupun untuk temen2 yang sepaham. Contoh : (kali ini beneran hehe) bikin film, mentasin drama untuk acara tertentu, ikut kursus dansa, masak-masak tiap hari Minggu buat orang-orang gak mampu, nulis artikel untuk majalah/koran, ngelukis mural, belajar skating atau ngerajut, bikin band, atau bercocok tanam dan piara macam-macam unggas, belalang, tokek dan ikan cupang.

Untuk topik serius lain yang nggak ada hubungannya, saya turut berduka cita atas meninggalnya papa Kristina. Kris, aku percaya papamu sudah memulai perjalanannya di tempat yang lebih baik. Tinggal kita yang masih meneruskan hidup, yang masih bisa membuat yang buruk menjadi baik.

“If the people we love are stolen from us, the way to have them live on is to never stop loving them. Buildings burn, people die, but real love is forever.” The Crow (1994)

4 comments:

Anonymous said...

tulisannya menyentilku, yang sedang jadi pengangguran

Sri Riyati said...

Ha-ha. Emang, kadang kita bosen kok Hildaw, dan jadi enggak produktip. Saranku: coba tonton pilm "Idle Hand"

Grace Receiver said...

Hehe... cobain quiz di www.blogthings.com biar ngga bosan.

Sri Riyati said...

Emang kok Selvia. Mbosenin banget idupku waktu itu. Sumpah, gimana ya ngilangin hobi kelayapan?

Jam

Sejujurnya, inilah Ria dan Kristina...

Ria dan Kristina, sama-sama punya ide-ide yang nggak masuk akal saking nggak bangetnya pikiran kami berdua. Obrolan kami ini, berkat kemajuan jaman dan menjamurnya aplikasi internet (hiduplah Indonesia Raya!), kami sekarang bisa tuangkan di blog. Dulu kami suka ngetik-ngetik pake mesin ketik manual di belakang kertas HVS A4 bekas fotokopian. Tapi tetep aja kami tidak berhenti menulis. Kata pepatah: setipis-tipisnya tinta masih lebih tajam dari ingatan manusia. Kata Pramoedya: menulis berarti memetakan sejarah. Halah, kalo tulisan kita mah sebenernya gak ada hubungannya ama sejarah. Cuma mengukirkan betapa masa muda kami ini sangat indah. Dan jelas nggak mutu isinya. Jadi, mending kalo sisa-sisa waktu dan pengen baca yang tidak terlalu berguna sajalah baru buka blog kami... Tapi apapun komentar, masukan dan pendapat teman-teman, semuanya adalah cendera mata yang indah buat kami...

Ria dan Kristina (hualah, koyok undangan penganten. Amit2 deh. Lesbong juga pilih-pilih ah...)

About Us

My photo
pindah2..tergantung mood, Indonesia
Sri Riyati Sugiarto (aka Ria) adalah cewek kelahiran limpung..(pinggiran kota Pekalongan)..habis sekolah di SMU St. Bernardus Pekalongan trus kuliah kedokteran di Undip Semarang..sementara Kristina Melani Budiman (aka Kristina) juga lahir di Pekalongan trus satu SMU ama Ria dan kuliah di Atma Jaya Jogjakarta. kami kenal di kelas 3 SMU tapi mo duduk bareng selalu ga bisa gara2 terlalu cerewet dan kalo duduk sebangku selalu bikin keributan karena hobinya menggosip jadi terpaksa sampai sekarang tidak pernah duduk bareng..untungnya kita ga satu kampus :p