Setelah sekian lama ga nulis blog...sekalinya nulis malah tentang kabar menyedihkan. Sudah berbulan2 aku ga sempet nulis blog gara2 di kantor sibuk banget ada tax audit, tax reporting, external audit, dll. Selain itu aku juga lagi ikut kursus persiapan buat IELTS selama 5 minggu Senin-Jumat jam 5-7 sore. Jadi biasanya jam 5 aku cepet2 turun ke lantai 1 buat kursus (untungnya tempat kursus 1 gedung sama kantorku). Trus jam 7 selesai kursus aku balik lagi ke kantor buat kerja...kasian ya. Mau cuti aja susah banget...ditambah lagi ijazah S1 ku ternyata ilang..jadi aku harus pulang kampung buat ngurus2 ijazah. Ternyata ijazahku hilang ada hikmahnya juga..aku pulang kampung 2 minggu yang lalu sehingga masih sempat ketemu papi karena hari Sabtu kemarin tanggal 19 Juni 2010 papiku dipanggil Bapa di surga.
Aku menerima kabar itu waktu aku ke Tangerang bareng Petter. Kami berhenti di tempat cuci cetak foto di dekat rumah Petter ketika adikku Budi telp dan bilang, "Cik, cepet pulang...papi ga ada." Kata pertama yang keluar dari mulutku..."Papi meninggal masuk surga ga.....Tuhan...semoga papi masuk surga." Aku nangis senangis2nya dan menelpon mami apa yang terjadi.
Papi sudah lama menderita penyakit liver, darah tinggi dan gejala diabetes. Tapi sejak minum sarang semut Papua (sejenis tanaman obat), kondisinya membaik. Malahan dia masih bisa jualan mie ayam dan ayam goreng bareng mami. Sabtu pagi itu papi seperti biasa belanja ke pasar sendirian lalu langsung ke tempat jualan untuk memasak. Setelah selesai baru dia pulang menjemput mami. Kebetulan ada Lita adikku yang kuliah di Jogja sedang liburan semester jadi mami diantar Lita ke tempat jualan. Sampai di tempat jualan sekitar jam 8 pagi, sudah banyak polisi. Mami kira ada yang kemalingan. Ternyata waktu sampai di tempat jualan, polisi itu bilang ke mami untuk tabah. Papi sudah meninggal dunia di tempat jualan. Waktu ditemukan tetangga sesama penjual makanan, papi sudah tergeletak di lantai dapur. Kompor menyala dan bumbu yang direbus papi sudah gosong. Keran air menyala dan kulkas terbuka.
Papi dibawa ke rumah sakit dengan bantuan polisi yang minta bayaran 100rb. Mami dan Lita menyusul ke rumah sakit. Menurut dokter yang memvisum jenazah papi (biayanya 77rb), papi kena serangan jantung. Aku sendiri tidak percaya karena baru 2 hari yang lalu papi dan mami cek ke dokter dan dokter bilang k0ndisi papi baik2 saja. Papi juga ga pernah punya riwayat serangan jantung. Menurutku papi meninggal karena pembuluh darah di otak pecah. Karena jenazah papi tidak membiru. Wajahnya seperti orang sedang tidur. Hanya di daerah telinga menghitam. Aku teringat temanku yang dulu meninggal karena pembuluh darah jantung pecah, jenazahnya juga menghitam.
Aku bersama Petter, sepupuku Tere dan 2 adikku yang kerja di Jakarta (Budi dan Tika) hari itu juga langsung pesan tiket kereta ke Pekalongan. Kami dapat tiket paling cepat jam 4.45 sore. Sampai di Pekalongan jam setengah 11 malam kami langsung ke rumah duka. Tidak bisa digambarkan betapa sedihnya mami, aku dan adik2. Kepergian papi begitu mendadak. Padahal aku masih ada rencana yang belum terlaksana untuk menyenangkan papi. Aku belum beli rumah buat papi, belum memberi cucu buat papi dan belum mengajak papi jalan2 ke luar negeri. Aku menyesali kenapa sekarang belum bisa menghidupi papi mami sehingga mereka tidak perlu jualan lagi. Terlalu banyak kata mengapa.....dan seandainya...
Kemarin papi dikremasi dan hari ini abu papi ditabur di laut...supaya di mana pun anak2nya berada, selama ada laut kami masih bisa mendoakan papi. Begitu banyak keluarga dan teman2 yang memberi penghiburan buat aku. Salah satunya ada teman dekat papi yang berkata kalo papi sangat bangga sama aku...dia kasian sama aku yang harus membiayai kuliah adik2 dan papi yang berkata kalau dia sebenarnya tidak rela aku berencana untuk imigrasi ke negeri seberang demi kehidupan yang lebih baik. Tapi bagaimanapun papi tetap mendukung karena itu sudah keinginanku. Teman papi ini bercerita sambil berlinang air mata....aku sendiri jadi merasa tenang karena papi bangga pada anak2nya...dia sudah berhasil mendidik aku dan adik2 menjadi orang2 yang mandiri, rukun dan tidak menyusahkan orang tua.
Selamat jalan papi...aku percaya papi sudah tenang di surga di sisi Tuhan Yesus. Papi sudah lepas dari beban2 dunia dan sakit penyakit. Kiranya kami semua anak2mu bisa menjadi orang yang membanggakan buat papi dan bisa membahagiakan mami.
NB: Terima kasih buat keluarga dan teman2 yang sudah memberikan support dan bantuan bagi kami sekeluarga dalam menjalani hari2 yang berat ini. Terutama buat keluarga dan teman2 yang sudah membantu selama proses pemakaman.
Aku menerima kabar itu waktu aku ke Tangerang bareng Petter. Kami berhenti di tempat cuci cetak foto di dekat rumah Petter ketika adikku Budi telp dan bilang, "Cik, cepet pulang...papi ga ada." Kata pertama yang keluar dari mulutku..."Papi meninggal masuk surga ga.....Tuhan...semoga papi masuk surga." Aku nangis senangis2nya dan menelpon mami apa yang terjadi.
Papi sudah lama menderita penyakit liver, darah tinggi dan gejala diabetes. Tapi sejak minum sarang semut Papua (sejenis tanaman obat), kondisinya membaik. Malahan dia masih bisa jualan mie ayam dan ayam goreng bareng mami. Sabtu pagi itu papi seperti biasa belanja ke pasar sendirian lalu langsung ke tempat jualan untuk memasak. Setelah selesai baru dia pulang menjemput mami. Kebetulan ada Lita adikku yang kuliah di Jogja sedang liburan semester jadi mami diantar Lita ke tempat jualan. Sampai di tempat jualan sekitar jam 8 pagi, sudah banyak polisi. Mami kira ada yang kemalingan. Ternyata waktu sampai di tempat jualan, polisi itu bilang ke mami untuk tabah. Papi sudah meninggal dunia di tempat jualan. Waktu ditemukan tetangga sesama penjual makanan, papi sudah tergeletak di lantai dapur. Kompor menyala dan bumbu yang direbus papi sudah gosong. Keran air menyala dan kulkas terbuka.
Papi dibawa ke rumah sakit dengan bantuan polisi yang minta bayaran 100rb. Mami dan Lita menyusul ke rumah sakit. Menurut dokter yang memvisum jenazah papi (biayanya 77rb), papi kena serangan jantung. Aku sendiri tidak percaya karena baru 2 hari yang lalu papi dan mami cek ke dokter dan dokter bilang k0ndisi papi baik2 saja. Papi juga ga pernah punya riwayat serangan jantung. Menurutku papi meninggal karena pembuluh darah di otak pecah. Karena jenazah papi tidak membiru. Wajahnya seperti orang sedang tidur. Hanya di daerah telinga menghitam. Aku teringat temanku yang dulu meninggal karena pembuluh darah jantung pecah, jenazahnya juga menghitam.
Aku bersama Petter, sepupuku Tere dan 2 adikku yang kerja di Jakarta (Budi dan Tika) hari itu juga langsung pesan tiket kereta ke Pekalongan. Kami dapat tiket paling cepat jam 4.45 sore. Sampai di Pekalongan jam setengah 11 malam kami langsung ke rumah duka. Tidak bisa digambarkan betapa sedihnya mami, aku dan adik2. Kepergian papi begitu mendadak. Padahal aku masih ada rencana yang belum terlaksana untuk menyenangkan papi. Aku belum beli rumah buat papi, belum memberi cucu buat papi dan belum mengajak papi jalan2 ke luar negeri. Aku menyesali kenapa sekarang belum bisa menghidupi papi mami sehingga mereka tidak perlu jualan lagi. Terlalu banyak kata mengapa.....dan seandainya...
Kemarin papi dikremasi dan hari ini abu papi ditabur di laut...supaya di mana pun anak2nya berada, selama ada laut kami masih bisa mendoakan papi. Begitu banyak keluarga dan teman2 yang memberi penghiburan buat aku. Salah satunya ada teman dekat papi yang berkata kalo papi sangat bangga sama aku...dia kasian sama aku yang harus membiayai kuliah adik2 dan papi yang berkata kalau dia sebenarnya tidak rela aku berencana untuk imigrasi ke negeri seberang demi kehidupan yang lebih baik. Tapi bagaimanapun papi tetap mendukung karena itu sudah keinginanku. Teman papi ini bercerita sambil berlinang air mata....aku sendiri jadi merasa tenang karena papi bangga pada anak2nya...dia sudah berhasil mendidik aku dan adik2 menjadi orang2 yang mandiri, rukun dan tidak menyusahkan orang tua.
Selamat jalan papi...aku percaya papi sudah tenang di surga di sisi Tuhan Yesus. Papi sudah lepas dari beban2 dunia dan sakit penyakit. Kiranya kami semua anak2mu bisa menjadi orang yang membanggakan buat papi dan bisa membahagiakan mami.
NB: Terima kasih buat keluarga dan teman2 yang sudah memberikan support dan bantuan bagi kami sekeluarga dalam menjalani hari2 yang berat ini. Terutama buat keluarga dan teman2 yang sudah membantu selama proses pemakaman.