timer yang ga sukses
Saya dan Ria dari dulu punya impian untuk travelling bareng tapi belum tercapai juga. Thanks to Air Asia yang mengobral tiketnya sehingga terjangkau oleh calon pns seperti Ria dan karyawan seperti saya yang biasanya gajinya cuma cukup buat hidup plus bersenang2 sedikit (misalnya makan enak, beli buku, beli dvd bajakan), akhirnya kami bisa juga berangkat ke Singapura selama 3 hari tanggal 27-29 April. Kenapa ke Singapura dan kenapa berangkat di tanggal itu (hari Selasa, Rabu, Kamis) adalah karena itu adalah tiket termurah yang bisa saya temukan dalam waktu dekat. Jadi waktu dan tujuan kami travelling ditentukan oleh Air Asia. Seandainya kemarin tiket termurah adalah ke Palestina, pasti kami akan ke sana dan pasti Ria akan senang sekali karena ada 2 impian dia yang terkabul.
Hari2 sebelum berangkat sempat membuat saya stres karena saya takut cuti saya tidak disetujui. Secara saya punya posisi yang sangat penting di kantor ( i wish), saya susah sekali ambil cuti apalagi di tengah2 minggu dan akhir bulan pula. Biasanya saya akhir bulan harus lembur2 untuk closing. Selain itu saya juga harus siap sedia jika sewaktu2 ada pekerjaan yang urgent. Sambil berdoa saya bilang ke bos saya kalau saya ada perlu dan sudah beli tiket. Apapun yang terjadi, saya harus berangkat kecuali uang tiket diganti 2x lipat termasuk tiket Ria dari Semarang ke Jakarta.
Setelah berdoa dan berpuasa akhirnya datanglah hari yang dinanti2 dan kami dengan lancar bisa berangkat ke bandara. Namun cobaan ternyata belum berakhir. Waktu kami ke counter Air Asia untuk check in, tiba2 petugasnya bilang "Mbak, ini ga bisa lho?" sambil menunjukkan paspor Ria. Kami pun kaget dan kompak bertanya, "Kenapa mas?". Kata mas2 nya, "Ini paspornya kurang dari 6 bulan lagi expired." Kami baru tahu kalau paspor harus diperpanjang 6 bulan sebelum expired supaya kami masih bisa melanglang buana. Trus saya tanya, "Masa mas? Coba dihitung lagi." Paspor Ria expired bulan Oktober 2010. Setelah mas nya menghitung dengan jari, dia bilang, "Oh iya..pas 6 bulan. Kali ini boleh tapi harus segera diperpanjang ya paspornya." Untung banget....coba kami pesan tiketnya bulan Mei, pasti tidak bisa berangkat.
Perjalanan kami termasuk lancar2 saja walaupun kami kelaparan dan kehausan secara tiket murah ga dapet makan. Sampai di Bandara Changi kami rada kebingungan mau naik apa dan kemana karena belum ada kabar dari orang tempat kami nebeng. Jadi kami memutuskan naik bis ke Orchard. Bis di Spore ternyata beda jauh dari Jakarta. Bisnya bersih, sopirnya ga bau dan pake baju rapi. Bisnya juga ga bau dan asapnya ga item. Saya yang baru pertama kali ke Spore jadi ternganga2.
Kami berkeliling kota sekitar 1 jam lebih sebelum akhirnya sampai di Orchard. Hal pertama yang kami lakukan adalah mencari makan karena perut kami sudah klungse (laper banget). Makanan pertama yang kami makan adalah nasi ayam hainam seharga 3 SGD di food court yang tersembunyi di dalam tanah. Sebelumnya kami sempat berdoa semoga ketemu tempat makan yang murah. Setelah kenyang baru kami punya energi untuk berpikir. Kami mencari telepon umum koin dan menelepon tuan rumah kami Mr THT (nama samaran). Dia seorang fotografer yang Ria kenal di Couchsurfing.com dan kelihatannya lumayan cute menurut Ria. Agenda kami di hari pertama datang adalah hang out bersama teman Ria bernama SL (cewek Spore yang Ria ketemu di Jepang dulu) dan teman2 Ria yang lain yaitu si A (orang India) dan AL (orang Brazil).
Hari pertama sangat berkesan buat saya karena kami hang out di New Asia Bar. Sebuah bar yang berada di lantai 70 sehingga pemandangan kota bisa terlihat. Selain itu saya juga pertama kali minum minuman beralkohol setelah bertahun2 yang lalu saya mabuk gara2 minum arak buatan mama mertua. Minuman yang namanya keren itu Chocolate Vanilla Martini yang dipilihkan oleh SL. Saya membayangkan minuman yang berwarna coklat seperti es krim dan ada hiasan astornya. Ternyata jreng 1000x yang datang adalah minuman bening. Saya tanya...mana coklatnya? mana vanillanya.....SL bilang itu cuma rasa. Saya jadi teringat ada iklan minuman penambah stamina yang rasa anggur. Bintang iklannya bilang.,.."ini anggur asli?". Lalu yang satunya menjawab, "Bukan....cuma rasa."
Minuman martini itu rasa alkoholnya kuat sekali..sampai saya tidak habis. Karena mahal (19 SGD) Ria membantu menghabiskannya. Tapi dia sebenarnya sangat suka minum Martini dan margareta dan minuman favoritnya adalah Baileys (ga ada hubungannya). Malam itu juga bergabung bersama kami si A orang India dan Si AL. Mereka bicara bahasa Inggris cepat sekali sehingga saya cuma menangkap sepotong2. Cukup membantu saya dalam mempersiapkan ujian IELTS saya nanti.
Kami keluar dari New Asia Bar jam 11 lebih dan kami langsung naik taksi ke rumah Mr THT di dekat Bugis. Di sana kami sempat mengetuk2 pintu beberapa saat sebelum si empunya rumah datang dan jreng....122345x. Saya pun terkejut karena MR THT tidak secute fotonya. Di foto Mr THT berambut cepak, kelihatan imut gitu deh. Ternyata aslinya sangat tinggi, rambut gondrong dan berjenggot. Untungnya jangan melihat buku dari kopernya....THT sangat baik dan ramah dan tidak terlihat ada maksud jahat.
Flat termpat tinggal THT seperti layaknya flat cowok2 pada umumnya. Tempatnya lumayan berantakan dan kami diberi tempat di ruang tamu. Dia dengan murah hati sudah menyiapkan 2 kasur untuk kami. THT seorang fotografer yang sedang menulis buku tentang kebudayaan dan kopi. Untungnya Ria memilih oleh2 yang tepat yaitu sekantong kecil biji kopi. Tadinya mau dibeliin baju batik tapi takut ukurannya kebesaran. Mo beli patung2 yang artistik harganya kemahalan.
Paragraf ini ditulis pada tanggal 16 Agustus...jadi 3 bulan setelah tulisan di atas dibuat. Karena satu dan lain hal tulisan ini sudah terpending lama, ingatan saya tentang jalan2 bersama Ria sudah lumayan samar2. Tapi demi untuk mengenang acara jalan2 kami yang pertama dan semoga tidak menjadi yang terakhir, saya memutuskan untuk meneruskan tulisan ini dengan susah payah. Hari kedua dan ketiga kami dihabiskan dengan menelusuri kota Singapura naik MRT. Kami pergi ke Chinatown untuk mencari restoran Korea bernama Togi atas rekomendasti dari SL. Karena saya sangat ingin makan jajangmyeon (mie item khas Korea) setelah satu2nya restoran yang jualan jajangmyeon di Jakarta sudah tutup mungkin karena bangkrut gara2 dia terlalu banyak memberi gratisan kimchi.
Restoran Togi sangat menyenangkan karena porsi makanannya besar dan gratisannya banyak. Saya pesan jajangmyeon dan Ria pesan ramen yang disajikan di dalam panci persis seperti di film2 drama Korea. Saya juga pesan rice cake pedas alis tokboki (ga tau ejaan tepatnya bagaimana) karena di film drama Korea yang terakhir saya tonton, tokoh utama wanitanya membeli tokboki untuk dimakan bersama teman2nya namun tokboki itu jatuh sebelum berkembang gara2 tokoh utama wanitanya diputusin teman prianya. Jadi tokboki itu terlunta2 setelah terjatuh di jalan.
Malam sebelumnya THT menyarankan kami untuk mengunjungi tempat yang namanya Katong. Dengan bodohnya kami tidak mengetahui ada apa sebenarnya di Katong itu karena tempat itu tidak terkenal seperti tempat2 lain seperti Merlion, Sentosa Island, dll. Kami bertanya2 kepada orang2 bagaimana caranya pergi ke Katong. Kami naik MRT lalu disambung dengan bis. Waktu kami tanya ke sopir bis ada apa di Katong, dia malah bilang kalau tidak ada yang istimewa di Katong. Dia malah heran kenapa kami mau ke sana. Terkatong-katonglah kami di Katong. Kami turun dari bis dan tidak melihat ada yang istimewa. Kami cuma melihat ada mall dan tempat makan yang biasa aja malah yang paling terlihat di situ adalah es teler 77. Malamnya kami tanya ke THT ada apakah di Katong sampai dia menyarankan kami pergi ke sana. THT bilang, di Katong ada laksa yang enak. Ya ampun...bilang kek dari tadi. Bahkan saya juga ga suka laksa.
Untuk memperingati kami jalan2 bareng, kami memutuskan untuk membeli barang yang sama. Sewaktu kami mengunjungi Little India, kami mendapatkan ilham untuk membeli sari, pakaian khas India. Kami memilih yang harganya paling murah. Kira2 150rb rupiah per sari sudah termasuk ongkos mengecilkan supaya sesuai untuk badan kami. Kami dengan bangga memakai sari pada waktu menemui teman Ria sampai dia dan ceweknya tidak mengenali kami. Untuk menghindari teman Ria malu maka kami berganti baju sebelum hang out bersama mereka.
Kami pergi ke Sentosa Island naik taksi walaupun sampai di sana sudah sepi karena sudah jam 10 malam. Kami cuma foto2 di logo Universal Studio buat pamer dan di merlion yang aneh karena warnanya ungu. Sebenarnya karena hari itu ladies night, kami ingin dugem gitu tapi yang ngantri ramai banget. Akhirnya kami terdampar di sebuah pub yang sepi dengan dekorasi patung2 jaman raja Kubilai Khan. Yang penting buy one get one free minumannya.
Hari terakhir di Spore kami habiskan untuk cari kaos yang dipesan oleh papi saya T-T (untung saya belikan karena di bulan Juni papi saya meninggal) dan ke Chinese garden. Itu pun dengan terburu2 karena saya salah lihat jadwal pesawat 1 jam lebih cepat. Di hari kemarin seharusnya kami mengunjungi Chinese Garden tapi sudah jauh2 naik MRT ke sana ternyata hujan deras dan tidak ada ojek payung. Jadi di hari terakhir kami sempatkan ke Chinese Garden. Kesan saya mengenai Chinese Garden sangat takjub karena Singapura bisa membuat taman buatan tapi sangat indah. Bayangkan dengan taman buatan di jalan2 di Jakarta yang seringkali jadi berantakan karena rumputnya jarang dicukur. Di sana ada taman nuansa Cina dan Jepang. Kami belum sempat mengelilingi seluruh kompleks karena terbatasnya waktu. Yang paling berkesan adalah ada jembatan seperti di Cina dan bahkan ada sepasang kura2 sedang menyeberangi sungai yang sangat romantis.
Setelah berlari2 di MRT sampai distop oleh satpam karena saya lari2 dan membawa tas ransel gede dikira teroris. Lain dengan di busway yang untuk lari2 pun tidak bisa karena antriannya sampai memenuhi halte. Kami pun pulang dengan selamat dengan memakai sari sampai digodain mas2 di ruang tunggu dan membawa baileys minuman kesukaan Ria dan saya tentunya.
Liburan yang menyenangkan karena bersama orang yang menyenangkan. Impian kami suatu saat bisa menulis buku (walaupun ga diterbitkan) traveling bersama ke tempat yang aneh misalnya Rumania atau Botswana.
5 comments:
Wah..Kristina, Ria, kalian kok gak ke Night Safari sih? Itu tempat paling berkesan yg aku kunjungi di S'pore loh
setuju, jjs jadi menyenangkan kl sm orang yang menyenangkan. tapi btw, Botswana itu dimana? nama negara atau kota? baru denger tuh... apa uniknya sampe kalian mo kesana?
oya, kenapa ga ceritain yang di chinese garden? fotonya pun ga ada?
ayo, edit... mo liat & mo tau ceritanya...
-Petter-
fanda: aku malah baru denger night safari hehe..jadi ga masuk ke list tempat2 yang dikunjungi deh
koko: botswana itu negara di afrika..tapi aku juga asal nyebut...ga tau deh uniknya apa...jangan2 di sana lagi perang sodara. yang chinese garden udah aku ceritain tuh...
Wuah Kris, aku seneng banget baca ini, jadi pingin nulis pendapatku tentang perjalanan kita tapi sayang sekarang ceritanya udah agak kedaluwarsa ya. Nanti aja kalo ada promo air asia ke Rumania atau Belarus atau Zambia, aku bikin deh travel jurnalnya. Makasih yah udah ditulisin...
Mbak Fanda: aku sudah pernah ke Night Safari, memang lumayan "berbeda" tapi cukup mahal tiket masuknya dan aku nggak mau masuk untuk kedua kalinya (kecuali bisa gak bayar, hehe). Kita mau off the tourist track. Halah alesan. Sebenarnya, kita jalan2 dengan budget terbatas (terutama aku maksudnya) dan selalu cari gratisan. Jadilah yang dikunjungi Chinese Garden trus dibandingin ama alun2 Gambir...
Post a Comment