Saturday, February 6, 2010

Mengapa Kita Butuh Hari Valentin?

Seminggu lagi tanggal 14 Februari. Sebetulnya, pada tanggal tersebut banyak yang terjadi. Misalnya, itu adalah hari dimana ada sekitar 2ribu orang Yahudi dibakar atau diusir dari Strasbourg tahun 1349, hari dimana Oregon dan Arizona menjadi negara bagian Amerika Serikat, hari permulaan pecah perang antara Polandia dan Soviet, hari dimana Jawa memberontak terhadap kependudukan Jepang dan hari dimana Alexander Graham Bell mematenkan penemuan teleponnya (halo yang selalu hidup saprofit dengan HP?=p). Tapi tentu saja semua itu cuman info yang yang tidak penting (terus terang, saya juga tidak peduli kok. Emang ada efeknya kalau tanggal segitu ternyata hari berdirinya desa Limpung?) sama seperti info bahwa harga bawang merah akan naik. Saya bukan penggemar fanatik bawang merah. Kalau petai yang bakal naik, saya akan kuatir. Sungguh.

Saya bukannya latah bicara tentang Valentin, peristiwa yang paling dirayakan pada tanggal segitu. Omong-omong kosong nih, sebenarnya tanggal itu "hanyalah" hari kematian St. Valentin yang jasanya menikah-nikahkan orang supaya mereka mau memeluk suatu agama. Juga tidak bermaksud memojokkan hari Valentin yang dipuja kaum muda dan dimanfaatkan sebesar-besarnya oleh pabrik coklat, tukang jual bunga, boneka, tukang jual kartu, parsel, apa pun yang berwarna pink serta event organiser dan majalah remaja putri. Saya bicara tentang ini karena Valentin mempengaruhi saya secara pribadi.

Kata sebagian orang, Valentin adalah hari yang menakutkan, lebih menakutkan daripada Haloween atau malam 1 Suro. Hari ini para single tiba-tiba diperlihatkan dengan jelas label mereka : sendirian pada hari ini ibarat orang yang lagi puasa di tengah-tengah jamuan makan. Hari ini juga menakutkan bagi orang-orang yang punya pacar tapi lagi bokek. Kayaknya saya pernah cerita kalau orang Inggris punya adat untuk mengirim pesan cinta anonim pada hari ini. Maksudnya sih supaya perasaan2 yang tidak tersalurkan pada hari-hari biasa bisa tersampaikan tanpa bikin seseorang kehilangan muka. Tapi sialnya, semua orang jadi berlomba-lomba mengirim kartu, dan siapa lagi yang kebanjiran kartu selain si cewek primadona. Intinya, di sana, kalau kita cewek SMU yang tidak memenuhi syarat ceking, pirang dan pintar bermain trombon serta tidak tahu bedanya antara eye-liner dan deodoran, mending persiapan nulis kartu banyak-banyak untuk diri sendiri jauh-jauh hari deh. Teman saya yang berumur 16, suatu siang hari di bulan Feb (tebak tanggal berapa) saya lihat membersihkan kuku sambil nonton The Full Monty. Dia bilang, hari Valentin seharusnya jadi hari libur nasional di SMU. Saya bukan lagi anak SMU dan saya tidak terganggu dengan Valentin dan segala perayaannya. Lagian, hey, itu kan hari yang baik kalo kita tiba-tiba pingin jadi penjual bunga/kartu/kue/coklat dadakan. Jadi, apa yang mempengaruhi saya?

Sebenernya, anu, pengaruhnya adalah, saya selalu lupa pada tanggal ini. Tidak seperti Natal yang membuat kita minimal pergi ke gereja dengan lebih banyak lilin, lebaran yang bikin pasaran emping tutup selama minimal 2 minggu, atau bahkan lebaran haji yang bikin banyak sapi dan kambing berada di luar habitatnya dalam sehari. Jadi, supaya ingat, tahun ini saya bertekad untuk merayakan Valentin. Mengapa? Saya punya penjelasan kenapa kita butuh hari yang konon hanya alasan bagi supermaket untuk menghabiskan stok coklat mereka bulan lalu.
  • Ini adalah hari dimana kita boleh merasa dan bicara dengan sedikit 'dangdut'. Saya boleh menyapa Mas resepsionis di pagi hari dengan, "Hari ini Mas tampak mempesona," dibanding ucapan standar membosankan, "Selamat pagi," Dan bilang sama tukang anter galon akua, "Anda memuaskan dahagaku, " dibanding ucapan biasa (yang kedengaran sangat tidak affectionate), "Makasih. Tolong angkat ke dispenser," Saya juga bisa memandang residen bedah saraf lama-lama dan membayangkan dr. Shepherd daripada ingat bahwa dia adek kelas saya yang pernah minta bocoran soal-soal asistensi. Saya bisa memutar lagu 'Wonderful Tonight' atau 'Inikah namanya cinta?' dibanding lagu saya yang biasa 'Saykoji-Jomblo' dan 'Linkin Park-Numb'
  • Saat dimana kita bisa beli buket bunga tanpa merasa bersalah meskipun mereka bukan barang yang dibutuhkan dan tidak juga tahan lama. Tanpa dikira mau melayat.
  • Saat dimana saya bisa menulis kartu anonim pada teman sekost dan ikut-ikutan penasaran itu dari siapa (Hoi, jangan bilang-bilang mereka ya. Merusak suasana seru)
  • Saat dimana saya bisa nulis tentang cinta dan curhat colongan tentang petualangan cinta (yang sebagian disadur dari film Bollywood biar seru) tanpa dikira penulis roman picisan atau pemimpi cinta yang sok melankolis.
  • Saat saya bisa membeli coklat stok bulan yang lalu banyak-banyak.
Akhir kata, kita memang butuh perayaan ini. Saya bersyukur bahwa pada tanggal segitu kita merayakan cinta; bukan perang, pembunuhan, politik atau bahkan kemajuan teknologi informasi. Saya senang bahwa setidaknya sekali dalam setahun kita diingatkan bahwa di tengah dunia yang skeptis dan pesimis soal romantisme, masih ada tempat buat perasaan yang berbunga-bunga dan pertemuan dengan belahan jiwa. Lagipula, cuma harapan inilah yang membuat hidup kita lebih cerah penuh warna.

Oh ya omong-omong, bagaimana kalau tahun ini saya mendaftarkan diri jadi peramal cinta kaya Mbak Mieke Rose? Sepertinya itu pekerjaan yang cukup menjanjikan...(dan tidak menuntut pendidikan pasca sarjana)

7 comments:

Fanda said...

Valentin? Dulu sih wkt SMA aja tergila2 ma hari ini. Misalnya: janjian ke sekolah pake aksesoris serba pink (sabuk pink, kaos kaki pink, jepit pink). Kalo sekarang mah ga ngefek. Satu2nya aku suka pada hari Valentin, karena jatuh tgl 14 Pebruari, yg berarti bentar lagi adalah hari bahagiaku...

Fanda said...

Ria, aku udah jawab pertnyaan kamu tempo hari di postingku. Mampir ya...

Sri Riyati said...

Haha. OK Mbak. Duh yang mendekati hari kebahagiaan...

jc said...

Kalau buat aku, Ya.. aku butuh hari valentine supaya kalo orang2 tanya kapan ultahku ya aku bisa jawab: seminggu sebelum valentine. Coba kalo valentine-nya diganti tanggal 31 Oktober (lho itu bukannya Halloween?), kan aku bisa jawab gitu, dan orang2 blom tentu inget hari ultahku. Gitu Ya...

@Fanda: waaahhh.. ada yg mo bagi2 berkat nihhh.. hehehehe

Sri Riyati said...

Hehe Jess, itu bisa ditambah di daftarku. Lha kalo ultahku sendiri...ngg...dua bulan dan delapan belas hari setelah Valentine (niat bgt ya ngitungnya). Mungkin mbak fanda bisa bagi buku bekas ke kita (hihi, ngarep binti nggak tahu malu)

Fanda said...

Wah, padahal aku justru buka kartu hari bahagiaku itu biar disumbang ma Ria n semua yg komen disini dgn buku loh...kan lumayan bisa kujadiin duit? *cring cring*

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

valentine mungkin disukai banyak orang termasuk mbak fanda yang mendekati hari bahagianya..tapi buat aku valentine=ngiler doang. soalnya aku ga pernah merayakan valentine...pernah dapat coklat sekali itupun dari teman bukan dari pacar. trus sekarang di saat banyak orang sibuk cari hadiah, aku tenang2 aja...huhuhu. kenapa? karena petter sebagai pacarku yang pertama dan terakhir dan sekarang jadi suamiku..(jadi dia satu2nya cowok di hidupku)adalah orang yang ga suka diberi kado. karena memberi harus sama dengan menerima biar ga hutang budi, jadi aku ga pernah dapet kado valentine maupun ngasih kado valentine. pernah aku ngasih kado ga bilang2....dia malah marah2 karena dia bilang ga butuh barang kaya gituan..jadi desperate deh kalo pas valentine..tapi aku menerima lho kalo ada yang ngasih kado ihihihi

Jam

Sejujurnya, inilah Ria dan Kristina...

Ria dan Kristina, sama-sama punya ide-ide yang nggak masuk akal saking nggak bangetnya pikiran kami berdua. Obrolan kami ini, berkat kemajuan jaman dan menjamurnya aplikasi internet (hiduplah Indonesia Raya!), kami sekarang bisa tuangkan di blog. Dulu kami suka ngetik-ngetik pake mesin ketik manual di belakang kertas HVS A4 bekas fotokopian. Tapi tetep aja kami tidak berhenti menulis. Kata pepatah: setipis-tipisnya tinta masih lebih tajam dari ingatan manusia. Kata Pramoedya: menulis berarti memetakan sejarah. Halah, kalo tulisan kita mah sebenernya gak ada hubungannya ama sejarah. Cuma mengukirkan betapa masa muda kami ini sangat indah. Dan jelas nggak mutu isinya. Jadi, mending kalo sisa-sisa waktu dan pengen baca yang tidak terlalu berguna sajalah baru buka blog kami... Tapi apapun komentar, masukan dan pendapat teman-teman, semuanya adalah cendera mata yang indah buat kami...

Ria dan Kristina (hualah, koyok undangan penganten. Amit2 deh. Lesbong juga pilih-pilih ah...)

About Us

My photo
pindah2..tergantung mood, Indonesia
Sri Riyati Sugiarto (aka Ria) adalah cewek kelahiran limpung..(pinggiran kota Pekalongan)..habis sekolah di SMU St. Bernardus Pekalongan trus kuliah kedokteran di Undip Semarang..sementara Kristina Melani Budiman (aka Kristina) juga lahir di Pekalongan trus satu SMU ama Ria dan kuliah di Atma Jaya Jogjakarta. kami kenal di kelas 3 SMU tapi mo duduk bareng selalu ga bisa gara2 terlalu cerewet dan kalo duduk sebangku selalu bikin keributan karena hobinya menggosip jadi terpaksa sampai sekarang tidak pernah duduk bareng..untungnya kita ga satu kampus :p