I love English weather, I can just put my jumper on my pyjamas and go to work (especially if you always wake up 5 minutes before the work starts).
I never feel sad not having a boyfriend, except when I've got cold (and nobody bothers to fix your curtain).
Tulisan ini adalah omongan tidak berguna yang penuh keluh-kesah. Jadi kalau perasaan sedang negatif lebih baik jangan baca, nanti tambah
ngenes dan
ngresula. Apa ya artinya coba? (pasti si Ika bilang, bahasanya membumi dikit dong Mbak). Pokoknya walaupun aku selalu berusaha berpikiran positif tapi sebenarnya banyak hal yang cukup memprihatinkan terjadi dalam keseharianku.
Pertama, hari Valentine kemarin aku tidak mendapat satupun surat dari cowok. Berusaha jadi orang proaktif, aku naruh coklat di pintu kamar cowok yang aku taksir (si Kucel). Dalam budaya Inggris, Valentine artinya adalah cinta tersembunyi. Jadi, kita mengirim surat/coklat/bunga secara diam-diam ke orang yang kita sukai secara rahasia. Ini karena dulu katanya, St. Valentine menikahkan orang secara sembunyi-sembunyi karena jaman itu prajurit dilarang menikah oleh pemerintah. Pokoknya hukum taruh nama di surat Valentine adalah tabu, karena inti dari Valentine adalah menebak-nebak siapa penggemar rahasia kita. Sialnya, si Kucel tidak pikir panjang siapa yang kasih coklat. Dia makan coklatnya (aku lihat bungkusnya di tempat sampah) tanpa tanya atau bilang terima kasih. Cowok jelek yang tidak aku taksir secuilpun malah ngajak nonton. Aku setengah mati cari-cari alasan buat pura-pura sibuk (karena faktanya aku cuman melongo di depan komputer nyetel you tube-nya Chrisye). Kenapa ya orang itu aneh seleranya? Kenapa tidak orang yang aku taksir aja yang ngajak nonton dan yang jelek (menurutku, sebenernya mungkin tidak jelek, ini cuma bukti teori relativitas, cowok yang kita nggak suka jadi kliatan jelek dan menjijikkan, sementara si Kucel kliatan seperti George Clooney meskipun secara objektif mungkin sebaliknya, mungkin juga tidak satupun kaya George Clooney kecuali mereka dioperasi plastik massal, kaya sunatan massal). Jadi aku pergi ke Wakefield, kota tetangga terdekat, pura-pura ada keperluan penting. Setelah muter-muter sejam aku kedinginan dan cape, jadi aku mikir lebih baik pergi ke bioskop saja (waktu itu sudah malam). Aku duduk di pojok dan nonton film yang lebih meyakinkan kaum perempuan bahwa kisah percintaan orang keren saja bisa menyedihkan apalagi kita (filmnya Jennifer Aniston "he's not just into you"). Kayaknya gak perlu nonton film begituan untuk tahu bahwa Kucel's not just into me. Huah! Seperti belum cukup sial, pas mau keluar, kejutan! Si cowok jelek itu juga keluar (dari film lain, aku juga mikir cowok macem apa nonton chick-flicknya Ben Affleck!) dan ketemu di depan toilet.
"Lho katanya sibuk Ria?"
"Eh iya, tapi setelah jam 8 urusanku selesai jadi sekalian,"
"fancy a cup of tea? I can drive you back home, if you don't mind"
Mau nolak sebenernya tapi agak tidak masuk akal karena kita tetangga dan tempat kerja kita sama, dan...ehm, dia atasanku.
Akhirnya malam itu aku duduk minum teh dan mendengarkan si cowok jelek cerita tentang Korea selatan dan Utara, konflik Gaza dan bom atom di Iran. Huaaa, siapa sih yang peduli sama itu semua??? Kembalikan hari Valentine-ku...
Kedua (ya ini baru kedua), aku mengunjungi teman (baca: mantan pacar) di London. Lama gak ketemu, tentu saja reaksi orang jadi baik (kata peribahasa Jawa: jauh bau mawar, deket bau tahi). Pada dasarnya, menurutku dia orang yang cukup baik dan sopan. Jadi dia menjemputku di stasiun kereta, masak makan siang dan duduk mendengarkan apa yang terjadi selama ini, kabar masing-masing dan cerita tentang cita-cita kita setelah ini. Jujur saja, berhubung kami sama-sama single kami diingatkan kenapa dulu kami pacaran. Dia orang yang menarik, sangat toleran, punya selera humor yang agak sarkastis dan selalu punya kejutan. Bukan berarti semuanya jadi balik seperti semula, tapi yang jelas, kami benar-benar menikmati saat itu. Sebelum aku balik ke tempat kerjaku, dia bilang, kapan bisa ketemuan lagi. Aku jadi tersandung dan termehek-mehek (betul gak Kris penggunaan istilah ini?). Waktu sampai di rumah, aku menemukan gantungan dari logam karatan di grendel pintu. Hadiah macam begini tidak mungkin dan tidak bukan selain dari Kucel, orang yang punya selera paling aneh dalam ngasih hadiah. Dia selalu ngasih bulu agsa, ranting pohon pinus, apel yang "sempurna" (gak ada lobangnya sama sekali) dan anyaman kayu sebagai "hadiah". Mungkin kedengaran romantis, tapi juga itu alasan kalo orang gak punya duit untuk beli kalung berliannya Tiffany. Aku tidak keberatan sih, cuma kadang Kucel suka bersikap lebih dingin dari Antartika, makanya aku suka bingung menanggapi hadiahnya. Intinya, aku betul-betul merasa senang, karena mendapat perhatian dari cowok (jarang terjadi). Tapi seminggu kemudian, ketika aku harus booking tiket ke London, si mantan susah dihubungi. Dia juga tidak berusaha menghubungi. Suatu hari Si Kucel tiba-tiba bilang, "I think we could be a good friend," tanpa ada angin atau hujan. Memang sebelumnya kita juga teman saja, tapi kita saling tahu kalau kita mungkin merasa lebih dari itu. Tapi tidak satupun berani tanya karena takut mendapat jawaban yang tidak diinginkan. Nah sekarang dia memproklamasikan apa yang paling tidak ingin didengar cewek. Bingung, bingung. Bukannya aku main double-date, tapi karena dua-duanya bukan pacarku aku boleh berharap kan? Sekarang aku merasa sendirian. Tapi kemudian aku mikir lagi, memangnya sebelumnya tidak begitu? Aku tidak kehilangan apapun karena tidak punya apapun. Jadi aku sebenarnya cuman tidak kemana-mana. Ya sudahlah, masih ada you tube dan coklat malteser dan buku "A Short History of Nearly Everything" yang tebalnya 687 halaman buat menghabiskan akhir pekan...
Ketiga, aku sakit pilek. Sudah menghabiskan 2 kardus tissue dan 1 kardus lemsip (obat flu) dan masih mengalir sampai jauh kaya Bengawan Solo. Aku izin tidak masuk kerja seminggu dan menghabiskan hari-hariku menjadi hiasan tetap tempat tidurku. Kepalaku selalu berat tapi tidak bisa buat tidur juga. Aku taruh Olbas Oil (kaya minyak kayu putih tapi ada peppermint-nya, panas banget apalagi kalo hidung kita merah gara-gara keseringan buang ingus) di tissue buat membantu hidungku yang tersumbat, tapi pas malam-malam aku lupa pakai tissue yang sama buat ngelap idung. Whoa! Hidungku rasanya terbakar. Aku lari ke wastafel dan mencuci hidung. Aku benar-benar kehabisan tissue. Aku mengorek tempat sampah di kamar buat make lagi tissue yang masih bersih (menjijikkan ya). Lama-lama yang agak bersih di tempat sampah juga habis. Waktu malam-malam aku pingin buang ingus, naluri 'kehutanan'ku keluar dan aku menarik tirai jendela buat lap! Dan gubrak! Tirai jendelaku lepas. Bagus banget, sekarang orang di jalan bisa liat mukaku yang meler-meler dari perhentian bis! Aku menyerah. Beginilah nasibku, sendirian dan menyedihkan. Aku jadi tahu kenapa orang tergila-gila sama film serial Sex and The City, memang nyata sekali! Aku tidak ambil pusing. Aku tarik selimutku dan tidur lagi. Orang tidak bisa lihat kalau aku di bawah selimut kan? Jam 6 pagi seseorang ketok-ketok pintuku. Nggak sopan banget (di sini, orang mulai kerja jam 9 pagi). Aku jawab "Ya???" dengan suara bindeng kaya Cina baru datang dari daratan. Setengah sadar aku denger suaranya si Kucel, "This room absolutely looks like a sick people's room,"
"I bet it is," sebenernya aku pingin jawab, "Sudah tahu pake nanya, joko sembung bawa golok, udah jelas, Goblok!" tapi kayaknya susah nerjemahinnya apalagi kalo lagi pilek.
"What can I do for you? A cup of tea, perhaps?"
"Curtain..." Aku tunjuk tiraiku yang lepas, "And I'm not dying, unfortunately,"
Kucel melihatku dengan heran, tapi aku terlalu pilek buat bales bilang apapun, jadi aku cuman diam saja. Dia akhirnya betulin tiraiku, bikinin teh dan bawain buah. Dia habis lari pagi. Selesai itu, dia pergi karena katanya mau betulin sepeda. Dan mengubur burung Robin mati yang kami temukan di jendela (jangan tanya apa).
Aku kembali ke tempat tidur. Sudah agak baikan karena sudah minum teh, makan buah dan tidur cukup (kan bolos kerja seminggu). Aku males mikir kenapa Kucel suka mengunjungi kalau kami tidak ketemu di tempat kerja, tapi selalu menegaskan: kita cuma teman. Masa bodoh. Tirai jendelaku sudah dibetulkan, aku balik tidur, jam 8.40 aku bisa bangun dan bisa pergi kerja lagi, tentunya pake piyama dibawah jaket musim dingin. Gak bakalan ada yang tahu ^_^!