Friday, January 2, 2009

Freedom of Fear

Untuk menyambut Natal di gedung kantorku mengadakan beberapa acara. Mulai dari foto bersama Santa Claus (gratis lho ga kaya di mall) yang lucu, aku penasaran siapa yang jadi Santa Claus itu karena dia Santa Claus yang sangat lucu. Selain itu ada juga acara mencari dana dengan cara foto di depan tembok yang sudah dihias baguuuss sekali bertemakan Natal. Kalau teman2 jeli, di belakang Santa Claus itu ada ruangan tempat fotonya. Jadi orang2 yang menyumbang boleh berfoto di depan background Ntatal tersebut. Dana yang terkumpul disumbangkan ke panti asuhan.


Acara puncaknya adalah perayaan bersama Persekutuan Doa Oikumene Sentra Mulia (gedung tempat kantorku berada) yang mengambil tema "Freedom of Fear" dan bintang tamu Adon. Btw aku duduk di belakangnya Adon lho dan ternyata pas dia menyanyi..suaranya bagus banget. Tinggi dan bening (kayanya dia ga mungkin merokok karena suaranya sebening itu).
Yang mau aku ceritain adalah kotbah pendetanya yang sesuai tema Natal yaitu "Freedom of Fear" alias "Bebas dari Rasa Takut". Setiap orang pasti sering merasa takut. Aku juga begitu. Aku sering takut tanpa alasan misalnya kalau adikku baru pulang dari kostku trus dia ga kasih kabar sudah sampai atau belum dan hpnya kutelpon tidak diangkat, aku takut banget dia kecelakaan. Aku juga sering takut orang tuaku sakit parah, bahkan aku juga sering merasa takut mati. Aku sadar kalau ketakutanku itu tidak beralasan karena semua yang kutakutkan itu hanya ada di pikiranku belaka dan belum tentu terjadi.
Bapak Pendeta (aku lupa namanya) berkata bahwa rasa takut atau kawatir itu adalah bunga yang kita bayar sebelum suatu masalah benar2 terjadi. Jadi tidak ada gunanya takut pada sesuatu yang belum terjadi. Malah kita sudah rugi karena membayar bunga untuk sesuatu yang belum pasti. Ibarat kita ada rencana mau pinjam uang ke bank tapi pinjamannya belum disetujui, kita sudah membayar bunganya lebih dahulu..benar2 merugikan.
Kesimpulannya, mending ga usah takut ama hal2 yang belum terjadi. Masih banyak yang lebih menakutkan daripada pikiran kita misalnya film horor kaya SAW, Silent Hills, Sadako, dll.

2 comments:

Sri Riyati said...

Wong edan. Sadako memang medeni tapi kita biasanya lebih takut pada kekuatiran kita sendiri daripada setan. Aku kadang suka bangun tidur trus deg2an tanpa tahu apa yang aku takutin. Iya kalo bayanginnya bunga gampang ya buat ngerasa rugi khekhe. Ya emang sih kalopun kuatir kita bisa apa, nasib ya nasib...tapi aneh banget masa ampe takut mati? Aku juga suka takut sih kalo lewat jalan gelap trus kepleset trus tiba2 aku nggak sadar dan nggak bisa kembali ke normal. Ini termasuk aneh juga ya. Aku juga takut ketinggian, takut jalan yang gak berujung, takut jalan yang miring dan turun, takut tokek, ama takut keetinggalan kereta/bis/pesawat. Ternyata ketakutan orang bisa aneh2 ya. Aku takut kalo dapet kabar buruk dari rumah. TApi aku selalu mikir, ketakutanku nggak ada untungnya. JAdi aku tetap senang riang, nggak mau bayar bunga. Soalnya aku juga ogah ngutang....

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

hahahaha...kok isa takut tokek? aku juga ga suka tokek..soale suarane itu sering buat iseng. misal..tokek (besok makan enak)...tokek (ga enak)..tokek (enak)..tokek (ga enak)..dstnya...pas berhentinya di enak sih lumayan kalo berhentinya pas ga enak itu bikin kuatir aja. iya emang ketakutan orang beda2. dan yang baru2 ini aku takut itu takut naek jet coaster gara2 liat final destination 3. harusnya dufan menuntut film itu karena bikin omsetnya berkurang. memang ketakutan itu tak ada gunanya..buat apa susah...buat apa susah....susah itu tak ada gunanya...lalalalala...

Jam

Sejujurnya, inilah Ria dan Kristina...

Ria dan Kristina, sama-sama punya ide-ide yang nggak masuk akal saking nggak bangetnya pikiran kami berdua. Obrolan kami ini, berkat kemajuan jaman dan menjamurnya aplikasi internet (hiduplah Indonesia Raya!), kami sekarang bisa tuangkan di blog. Dulu kami suka ngetik-ngetik pake mesin ketik manual di belakang kertas HVS A4 bekas fotokopian. Tapi tetep aja kami tidak berhenti menulis. Kata pepatah: setipis-tipisnya tinta masih lebih tajam dari ingatan manusia. Kata Pramoedya: menulis berarti memetakan sejarah. Halah, kalo tulisan kita mah sebenernya gak ada hubungannya ama sejarah. Cuma mengukirkan betapa masa muda kami ini sangat indah. Dan jelas nggak mutu isinya. Jadi, mending kalo sisa-sisa waktu dan pengen baca yang tidak terlalu berguna sajalah baru buka blog kami... Tapi apapun komentar, masukan dan pendapat teman-teman, semuanya adalah cendera mata yang indah buat kami...

Ria dan Kristina (hualah, koyok undangan penganten. Amit2 deh. Lesbong juga pilih-pilih ah...)

About Us

My photo
pindah2..tergantung mood, Indonesia
Sri Riyati Sugiarto (aka Ria) adalah cewek kelahiran limpung..(pinggiran kota Pekalongan)..habis sekolah di SMU St. Bernardus Pekalongan trus kuliah kedokteran di Undip Semarang..sementara Kristina Melani Budiman (aka Kristina) juga lahir di Pekalongan trus satu SMU ama Ria dan kuliah di Atma Jaya Jogjakarta. kami kenal di kelas 3 SMU tapi mo duduk bareng selalu ga bisa gara2 terlalu cerewet dan kalo duduk sebangku selalu bikin keributan karena hobinya menggosip jadi terpaksa sampai sekarang tidak pernah duduk bareng..untungnya kita ga satu kampus :p