Sunday, August 31, 2014

AirAsia dan Traveling, bagaimana saya bepergian tanpa beban

Bicara tentang traveling tidak bisa lepas dari bicara tentang tiket pesawat. Tentunya, kita nggak harus naik pesawat kalau mau bepergian. Bisa naik bis, kapal laut, kereta api, motor, mobil, sepeda atau bahkan onta, tapi masalahnya 99,9756% (bukan angka yang sebenarnya) orang nggak punya seumur hidup untuk traveling. Paling banter cuti rata-rata cuman 3 hari sampai seminggu. Inilah kenapa tiket pesawat selalu yang pertama jadi pertimbangan. Perjalanan darat atau laut biasanya makan waktu lebih lama dan biasanya kalo sudah repot banget cari jatah cuti (meskipun cuman 3 hari) kita cenderung pingin pergi yang rada jauhan. Contohnya, orang Pekalongan kalo cuti nggak mungkin liburan impiannya pergi ke Tegal. Bukannya Tegal enggak keren ya, kan banyak yang menarik di Tegal misalnya warung tegal, mendoan tegal dan logat tegal yang begitu kental kayak teh pocinya, yang bikin kita serasa di luar negeri karena saking enggak mudengnya. Tapi intinya sih, kita selalu pingin pergi ke tempat yang jauh, yang beda, yang bikin kita lupa sama keseharian kita di tempat kerja. Tapi juga butuh cepet karena liburnya gak lama. Kalau mau ke pantai tapi di lautnya cuman beberapa jam karena perjalanannya PP 2 hari kayaknya bukan liburan tapi latihan untuk meningkatkan kemampuan pantat bertahan. Untuk inilah budget airlines seperti AirAsia betul-betul sangat menolong para traveler yang prinsipnya murah-meriah-hepi (baca: 99,9756% orang. Sisanya paling cuman Si Zalianty bersodara karena dibayarin Om ARB atau si Syahrini yang hobinya pake jet pribadi). Seperti kata pepatah berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian…cari tiket pesawat yang murah dulu, ngajuin cuti kemudian…karena mau diakui atau tidak, price does matter.

Berdasarkan survey (saya nanyain temen-temen kantor seberang meja), pola traveling kita sudah berubah sejak diperkenalkannya AirAsia di Indonesia. Kita tidak lagi harus nabung seumur hidup dan mengorbankan dana pensiun untuk liburan seminggu di Tegal eh Bali misalnya. Tiket promo AirAsia bisa begitu terjangkau sehingga kita kadang jadi pingin pergi meskipun tadinya nggak kebayang, karena,  contohnya, biaya pesawat PP Yogya ke Denpasar bisa lebih murah dari bus Patas Pekalongan-Cirebon. Jadi, siapa hendak turut? Bepergian ke tempat-tempat eksotis tidak lagi jadi monopoli Om ARB dan Miss Zalianty lagi karena kaum proletar (baca: saya dan temen-temen kantor seberang meja) sekarang bisa juga pergi berlibur dan beli boneka teddy bear tanpa harus mengutang kanan-kiri.

Oke, budget airlines bukan cuma sekedar masalah duit, tapi juga masalah kenyamanan. Bepergian dengan pesawat AirAsia itu nyaman karena:
  •  Enggak perlu terlalu pusing mikirin tujuan wisata. Waktu saya nanya ama temen sekantor mau berlibur ke mana tahun ini, dengan enteng dia menjawab, “Kemana aja yang ada promo AirAsianya”. Siapa sih yang nggak suka liburan kejutan?
  • Bisa liburan lebih lama. Ini karena: enggak naik bis (biasanya budgetnya cuman cukup buat bis AKAP yang kalo nggak ngabisin semalem di jalan ya minimal sehari pulang-pergi) plus duit sisanya bisa buat sewa kamar penginapan semalem lagi.
  • Kalau kita naik pesawat yang non-budget misalnya the British Airways (ini contoh, meskipun contoh yang agak lebai. Bagi warga pekalongan dan sekitarnya -kayak Adzan magrib pakai dan sekitarnya hehe- British Airways nggak mendarat di bandara Ahmad Yani Semarang, sekedar info), perjalanan kita nggak akan semenarik kalau kita pakai AirAsia. Apa pasal? Begini. Pesawat non-budget biasanya diisi oleh orang-orang tua yang udah mapan atau orang yang sedang dalam perjalanan bisnis. Jadi percakapan kita bekisar pada hal-hal semacam pekerjaan, pertemuan, makan siang dengan klien, rapat dengan rekan kerja, seminar atau hal-hal yang serius lainnya. Biasanya pada pembicaraan semacam ini saya cuman akan mengangguk-angguk macam burung perkutut tapi sebenernya saya enggak ndengerin karena enggak paham. Nah kalau pesawat macam AirAsia itu saya ketemu sama orang-orang macam saya dan temen-temen sekantor seberang meja: pemburu liburan murah-meriah-hepi. Jadi pembicaraan saya bisa dari kota apa yang kayaknya bakal jadi promo tahun depan sampai warung makan apa yang jual makanan yang khas kayak tempe mendoan tegal. Termasuk tips-tips cara berpetualang yang hemat tapi hebat (misalnya, suatu saat ada temen ketemu di pesawat yang nunjukin ke saya gimana cara pakai AirAsia chart untuk tahu kapan waktu terbaik pergi ke Burma). Seperti orang bijak (yang enggak minum tolak angin tapi taat pajak) bilang: traveling tidak sejauh dompetmu tapi sejauh mana imajinasi membawamu. Puitis bukan? Memang tiket murah itu seindah puisi….
  • Tanpa beban. Dalam arti konotatif dan sebenernya. Tanpa beban dalam arti yang sebenarnya adalah, karena demi menghemat biaya perjalanan saya selalu pergi dengan satu tas ransel saja dan enggak banyak bagasi. 



Apapun alasannya, adanya maskapai semacam AirAsia memberi kita lebih banyak pilihan, lebih banyak kesempatan berlibur di tengah cuti yang sempit. Kalau dulu traveling masih menjadi barang mewah yang terbatas pada orang-orang yang memiliki ‘privilege’ saat ini traveling sudah lebih populer, lebih merakyat dan karenanya, lebih baik. Semakin banyak orang tertarik (dan akhirnya pergi) untuk menjelajah Indonesia berkat bertambahnya rute AirAsia Indonesia ke kota-kota dan pulau-pulau di Indonesia. Siapa lagi yang akan menikmati keindahan negeri ini kalau bukan kita sendiri? (baca: traveler murah-meriah-hepi). Karena seperti kata pepatah, berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Biarkan imajinasi membawa kita bepergian ke segala penjuru, dan reservasi tiket AirAsia promo kemudian J. Selamat ulang tahun ke-10 AirAsia Indonesia. Terimakasih sudah membantu para traveler murah-meriah-hepi untuk mewujudkan imajinasi kami.

2 comments:

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

Nesan komenku rak mlebu..eror ki. Iyo air asia jg menentukan masa depanku o pas meh pindah oz. Soale pas kuwi air asia onone neng perth karo melbourne. Perth ketoke panas jadi pilih melbourne wes. Terima kasih air asia

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

hehehe kudune kowe nulis ho artikel ttg airasia soale yakin poo kuwi bnr2 mempengaruhi hidupmu yo, koyo pertama liburan ning vietnam kae

Jam

Sejujurnya, inilah Ria dan Kristina...

Ria dan Kristina, sama-sama punya ide-ide yang nggak masuk akal saking nggak bangetnya pikiran kami berdua. Obrolan kami ini, berkat kemajuan jaman dan menjamurnya aplikasi internet (hiduplah Indonesia Raya!), kami sekarang bisa tuangkan di blog. Dulu kami suka ngetik-ngetik pake mesin ketik manual di belakang kertas HVS A4 bekas fotokopian. Tapi tetep aja kami tidak berhenti menulis. Kata pepatah: setipis-tipisnya tinta masih lebih tajam dari ingatan manusia. Kata Pramoedya: menulis berarti memetakan sejarah. Halah, kalo tulisan kita mah sebenernya gak ada hubungannya ama sejarah. Cuma mengukirkan betapa masa muda kami ini sangat indah. Dan jelas nggak mutu isinya. Jadi, mending kalo sisa-sisa waktu dan pengen baca yang tidak terlalu berguna sajalah baru buka blog kami... Tapi apapun komentar, masukan dan pendapat teman-teman, semuanya adalah cendera mata yang indah buat kami...

Ria dan Kristina (hualah, koyok undangan penganten. Amit2 deh. Lesbong juga pilih-pilih ah...)

About Us

My photo
pindah2..tergantung mood, Indonesia
Sri Riyati Sugiarto (aka Ria) adalah cewek kelahiran limpung..(pinggiran kota Pekalongan)..habis sekolah di SMU St. Bernardus Pekalongan trus kuliah kedokteran di Undip Semarang..sementara Kristina Melani Budiman (aka Kristina) juga lahir di Pekalongan trus satu SMU ama Ria dan kuliah di Atma Jaya Jogjakarta. kami kenal di kelas 3 SMU tapi mo duduk bareng selalu ga bisa gara2 terlalu cerewet dan kalo duduk sebangku selalu bikin keributan karena hobinya menggosip jadi terpaksa sampai sekarang tidak pernah duduk bareng..untungnya kita ga satu kampus :p