Monday, June 20, 2011

Pekerjaan yang Harus Dilakukan dengan "Hati" Hari Pertama

Sudah dua hari saya magang di Nursing home demi mendapatkan sertifikat sebagai PCA (Personal Carer Attendant) alias carer. Bagi yang belum tahu, carer adalah pekerjaan merawat orang lanjut usia. Salah satu syarat untuk mendapatkan sertifikat, selain menjalani 6 kali pertemuan di kelas, ujian tertulis dan lisan adalah magang alias kerja sukarela ga dibayar dan ga dapat makan di nursing home selama 80 jam. Tempat saya magang sudah dicarikan oleh tempat saya kursus dan dipilih yang paling dekat dengan rumah. Untung banget saya dapat tempat yang cuma 10-15 menit jalan kaki dari rumah karena jam 6.45 sudah harus sampai di sana. Saya magang di shift pagi yaitu jam 7 pagi sampai 3 sore.

Hari ini saya mulai magang di nursing home dekat rumah. Namun kemarin saya harus mengikuti training sehari di nursing home lain yang untungnya mengurangi jam kerja magang yang harus saya jalani. Kedua tempat saya magang itu sangat berbeda kondisinya. Saya lebih memilih tempat yang kemarin dari kesan pertama, tapi kesan selanjutnya belum tahu. Di sini saya akan menceritakan tempat pertama.

Tempat saya training kemarin terletak di kota Glenroy yang lumayan jauh dari tempat saya dan saya harus sampai di sana jam 7.30 pagi. Secara hari minggu kereta paling pagi dari tempat saya jam 7.16 terpaksa saya naik taksi hiks hiks...30 dolar melayang.Sampai di sana, orang yang akan mengajar training saya belum datang (sebut saja namanya S). S baru datang jam 8. Saya bersama 2 orang lagi yang menjalani training kemarin. Saya sebelumnya sudah takut membayangkannya...apakah saya bisa melakukan pekerjaan ini.

Pertama yang saya lakukan adalah menyuapi sarapan ke seorang nenek bernama Gladys. Umurnya sudah 91 tahun dan dia cuma bisa di tempat tidur saja. Gladys sering bingung (sepertinya dia mengidap dementia alias short memory loss) dan ngomongnya ga nyambung. Dia bilang "Turn the light on" berkali2 tapi setelah saya menyalakan lampu dia tetap menyuruh saya untuk menyalakan lampu. Tugas kedua yang dilakukan adalah memandikan 2 orang resident (di sini kami menyebut manula yang tinggal di nursing home sebagai resident) yang tinggal di satu kamar. Dua orang kakek yang umurnya sudah di atas 70 tahun. Kakek yang pertama belum pikun walaupun dia tidak bisa jalan dan harus berdiri menggunakan "standing machine". Standing machine adalah alat untuk membantu para resident berdiri dari posisi duduk. Karena kami tidak diijinkan mengangkat resident karena bisa membahayakan resident dan kami sendiri kalau terjadi apa2. John, kakek pertama orang yang ramah dan masih bisa menjawab kalau ditanya. Jadi saya dan 1 orang lagi membereskan tempat tidur sementara S dan 1 orang lagi memandikan John, kemudian saya juga melihat cara memandikan John. John pasrah saja walaupun dia mandi ditonton 4 orang cewek. Saya pertama kali melihat kakek2 telanjang lumayan shock juga lho.

Setelah John sudah selesai mandi, ganti popok, dipakaikan baju dan duduk di kursi roda siap sarapan tiba giliran kakek kedua yaitu Donald untuk dimandikan. Donald sepertinya dulu orang penting karena ada foto dia di guntingan koran yang dibingkai. Sepertinya dia menang kejuaraan apa gitu. Tapi sekarang Donald hanya bisa tiduran dan jalan beberapa langkah. Bahkan dia tidak bisa mengontrol kencing dan buang air besar sehingga harus memakai popok. Waktu diperiksa popoknya ternyata penuh dengan kotoran yang baunya memenuhi kamar. Saya berusaha tidak pasang muka jijik karena bisa menyakiti hati Donald, tapi salah satu peserta training langsung ke kamar mandi dan batuk2. Saya menawarkan diri untuk memandikan Donald sementara S mengawasi cara membereskan tempat tidur. Saya kira 2 orang peserta training yang lain akan membantu saya memandikan Donald, ternyata tidak ada yang datang. Jadi saya berusaha memandikan Donald sebersih mungkin. Karena ini pertama kali saya memandikan pria, apalagi yang sudah lanjut usia, sebenarnya saya merasa aneh tapi rasa kasian saya lebih besar. Selain itu Donald benar2 kakek yang baik. Dia masih bisa berterima kasih setelah saya selesai memandikan dia dan memakaikan baju.

Resident berikutnya yang harus dimandikan adalah seorang nenek yang buta bernama Rosa. Ukuran tubuhnya cukup besar dan berat sehingga kami harus menggunakan "lifting machine" untuk mengangkat dia ke kursi mandi. Kursi mandi bentuknya seperti kursi biasa tapi tengahnya bolong kaya toilet duduk...jadi bisa pas kalau ditaruh di atas toilet duduk. Rosa di perutnya ada benjolan sepertinya tumor dan dia juga tidak bisa bicara dengan jelas. Kali ini saya cuma membereskan tempat tidur dan 2 orang lagi memandikan Rosa. Giliran berikutnya adalah Ray, kakek yang menurut saya paling ganteng (dulu waktu muda pasti ganteng banget). Matanya bagus, kepala belum botak, tinggi..sayangnya dia kena stroke jadi ngomong ga jelas dan cuma bisa tiduran. Untuk dibawa ke kamar mandi pun tidak bisa jadi dia cuma dimandikan menggunakan handuk basah di tempat tidur.

Donald2, bukan Donald yang pertama saya mandikan adalah kakek yang waktu mudanya ceria karena saya melihat ada foto dia bersama istri dan anak2nya. Mereka kelihatan bahagia. Sekarang, Donald benar2 tidak bisa mengontrol buang air besar dan kalau kencing harus menggunakan kateter. Baru kali ini saya melihat kateter. Bentuknya seperti selang yang dimasukkan ke lubang di bawah pusar. Selang itu mengalirkan air seni ke kantong yang setiap beberapa waktu harus dikosongkan isinya. Waktu mengecek popok Donald2, kotorannya banyak banget dan sambil dimandiin di tempat tidur, dia terus mengeluarkan kotoran. Mungkin karena tadi saya sudah memandikan Donald1 dengan menahan bau, S menyuruh saya mencukur Ray. Jadi 2 orang yang lain itu yang membantu S memandikan Donald2 padahal kamarnya sudah bau kotoran banget, lebih parah dari Donald1.

Saya menyesal kenapa saya tidak pernah belajar mencukur jenggot suami saya karena mencukur orang lain ternyata tidak gampang. Saya berusaha mencukur sebaik mungkin tapi tetap saja kurang bersih dan saya tidak sengaja membuat dagu Ray kena pisau cukur sampai berdarah setetes. Kata Petter mencukur tidak boleh terlalu ditekan nanti iritasi, tapi kalau tidak ditekan mencukurnya jadi tidak bersih. Sampai saya selesai mencukur Ray, Donald2 belum selesai dimandikan karena ternyata di pantatnya banyak borok. Kotoran kalau lama2 bersentuhan dengan kulit bisa menimbulkan iritasi dan lama2 jadi borok. Seram banget boroknya, sampai harus ditangani oleh perawat.

Kerjaan itu semua memakan waktu dari jam 8 sampai hampir jam 12 siang tanpa break. Akhirnya S bilang kami boleh break dan setelah itu boleh pulang kecuali kalau mau belajar lagi sampai jam 3. Setelah makan siang rutinitasnya adalah membawa resident ke toilet dan memberi minuman nutrisi. Saya memutuskan untuk lanjut sampai jam 3. Kali ini saya bersama carer yang lain bernama Lili karena S pulang jam 1. Bersama Lili saya membantu resident ke toilet yang ternyata cuma mengganti popok. Pertama kali kami menangani Ida, seorang nenek yang sudah tua sekali dan wajahnya mirip nenek sihir di Snow White yang memberi apel beracun. Ida sepertinya menderita bipolar disorder karena dia sering teriak2 marah..lalu menangis..lalu ketawa dalam waktu yang hampir bersamaan. Lili menyuruh saya menanggapi dengan santai dan cukup mengiyakan apa kata Ida.

O iya...satu lagi..Ida memakai colostomy bag karena dia buang air besar dari perut karena dia menderita kanker usus jadi usus besarnya dipotong. Baru kali ini saya melihat langsung ada lubang di perut untuk membuang kotoran. Colostomy bag Ida sering bocor karena dia suka iseng mengutak atik kantongnya sehingga baunya menyebar kemana2. Bentuk lubang di perut itu tidak semenyeramkan yang saya duga karena cuma seperti lubang pusar tapi tidak berkerut2 dan warnanya hitam. Kotoran bisa keluar dari lubang itu sewaktu2. Nah waktu mengganti colostomy bag itu sekalian mengganti bajunya, Ida mulai berteriak2 marah2, menangis dan ketawa. Kecantikan tetap penting untuk Ida karena dia minta rambutnya disisir dan diberi jepit rambut. Bahkan waktu dia minta dibawa ke ruang tv tempat para resident berkumpul, dia bertanya kepada saya apakah dia keliatan cantik.

Di ruang tv, berkumpul hampir semua resident. Ada yang cuma diam di kursi malas, ada yang masih bisa jalan2 dan ada yang ngoceh2 ga karuan. Yang paling lucu ada seorang kakek yang berteriak "Mother of Christmas!" waktu Ida lewat. Di siang hari waktunya memberi minuman nutrisi pada resident yang berupa jelly, yogurt, milo, susu, dll. Saya mendapat jatah memberi minuman ke tiga orang nenek dan ketiganya cuma bisa tidur doang. Bicara pun tidak jelas lagi.

Kesan saya di hari pertama kerja ini adalah saya lebih suka pekerjaan ini daripada motong sayur dan nyuci piring. Walaupun pekerjaan ini berat tapi benar kata teman sekelas saya di kursus. Ada kepuasan tersendiri setelah melihat resident yang kita tangani jadi bersih, rapi dan terawat. Sampai jumpa ke hari kedua kerja.

5 comments:

kartika manda said...

seng pantate borok an kui kok koyone melaske oooo

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

Hey Kris bener2 keren ceritamu iki. Mungkin setelah kerja jadi carer selama beberapa hari kowe bisa menulis novel.

Tentang rumah lanjut usia yang ternyata penuh misteri dan ada manula yang slalu disepelekan tapi berhasil memecahkan teka-teki; kaya tokohnya Agatha Christie itu lo: Miss Marple.

Atau bahwa orang2 yang kliatan lemah itu sebenernya pembunuh yang pintar, atau sebenernya adalah penjara yang orang2nya pingin keluar, kaya Prison Break.

Atau bahwa rumah jompo ini imajinasi orang sakit jiwa, kaya Shutter Island.

Eniwei, makasih yah sudah mengabulkan permintaanku menulis secara detil (eh aku belum bilang ding, aku nulis di surat dan baru akan nyampe 2 minggu lagi!). Menurutku kowe sangat keren bisa mengurus orang2 itu tanpa jijik atau menyesal atau misuh2. Memang berat tapi sangat layak. Bnr2 kagum deh Kris. Salut!

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

tikmud: iyo pancen melaaske....padahal mudane sehat2 wae o...

ria: dasar imajinasi tingkat tinggi
nek ono calon miss marple ketoke seng paling cocok kuwi si paula seng paranoid kae..aku curiga deen sebenere pura2 edan hehehe...soale deen seng paling ketok normal..mlaku2 mesti gowo tas...ngomonge juga isih jelas

kowe mesti juga iso melakukan pekerjaan koyo aku o
opo maneh kowe luwih cuek...
dan ramah tamah hobi ngobrol..cocok ngobrol karo seng dementia kae...walaupun rak nyambung..asal dikancani...wong2 dementia kae betah2 wae ahaha

irene said...

wow kris...bener bener kerjaan yang sulit..tapi hebat km iso ngerjain semuanya, apalagi dengan seneng..
terus semangat kris, yakin kamu pasti bisa sukses..:)

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

thanks yo irene...ga tau ni seneng karena hal baru opo emang seneng..semoga wae bisa seneng beneran hehe...

Jam

Sejujurnya, inilah Ria dan Kristina...

Ria dan Kristina, sama-sama punya ide-ide yang nggak masuk akal saking nggak bangetnya pikiran kami berdua. Obrolan kami ini, berkat kemajuan jaman dan menjamurnya aplikasi internet (hiduplah Indonesia Raya!), kami sekarang bisa tuangkan di blog. Dulu kami suka ngetik-ngetik pake mesin ketik manual di belakang kertas HVS A4 bekas fotokopian. Tapi tetep aja kami tidak berhenti menulis. Kata pepatah: setipis-tipisnya tinta masih lebih tajam dari ingatan manusia. Kata Pramoedya: menulis berarti memetakan sejarah. Halah, kalo tulisan kita mah sebenernya gak ada hubungannya ama sejarah. Cuma mengukirkan betapa masa muda kami ini sangat indah. Dan jelas nggak mutu isinya. Jadi, mending kalo sisa-sisa waktu dan pengen baca yang tidak terlalu berguna sajalah baru buka blog kami... Tapi apapun komentar, masukan dan pendapat teman-teman, semuanya adalah cendera mata yang indah buat kami...

Ria dan Kristina (hualah, koyok undangan penganten. Amit2 deh. Lesbong juga pilih-pilih ah...)

About Us

My photo
pindah2..tergantung mood, Indonesia
Sri Riyati Sugiarto (aka Ria) adalah cewek kelahiran limpung..(pinggiran kota Pekalongan)..habis sekolah di SMU St. Bernardus Pekalongan trus kuliah kedokteran di Undip Semarang..sementara Kristina Melani Budiman (aka Kristina) juga lahir di Pekalongan trus satu SMU ama Ria dan kuliah di Atma Jaya Jogjakarta. kami kenal di kelas 3 SMU tapi mo duduk bareng selalu ga bisa gara2 terlalu cerewet dan kalo duduk sebangku selalu bikin keributan karena hobinya menggosip jadi terpaksa sampai sekarang tidak pernah duduk bareng..untungnya kita ga satu kampus :p