Thursday, April 7, 2011

Gym dan Saya

Gym memang udah lumrah buat warga urban, tapi saya ikut ngegym bukan karena gaya hidup. Hanya karena lapangan olah raga di Semarang terlanjur kepenuhan sama anak ABG alay yang gemar nongkrong sambil ngemut es unyil dan makan cireng. Belom lagi tukang tambal ban dan mas-mas ojek yang bakalan suit-suit kalo liat cewek lari-lari di jalan sendirian. Ini bukan perumnas, Mbak!

Walhasil dengan berat hati saya bayar iuran gym di salah satu fitness center di Semarang (pelit banget sih, hehe). Setahun yang lalu saya rajin banget fitness karena saya semi pengangguran. Nggak serajin Koh Gopek sih ya, Mbak Fanda, yang konon sehari sit up 500 kali (makanya dipanggil Koh Gopek) tapi setidaknya seminggu bisa sampai 4-5 kali menyambangi alat cardio, angkat beban dan berenang (wow kesannya sporty sekaleee). Kesannya doang. Sebetulnya saya selalu bingung milih senam yang mana yang sesuai buat saya, secara tampang saya kayak cewek 20 tahunan tapi tingkat kebugaran kayak nenek-nenek 80 tahunan. Pernah pas ikut aerobik saya selalu ketinggalan minimal 8 hitungan, jadi pas saya akhirnya berhasil menirukan gerakan sang instruktur, gerakannya sudah ganti yang laen. Kalo sang instruktur pas kebetulan nengok ngeliat orang-orang yang ikut senam di belakangnya, pasti yang pertama dilihat adalah saya. Trus mikir,

"ini orang ikutin senam saya atau lagi kejang ayan ya?"

Oleh karena itu saya pilih yoga, yang instruksinya antara lain,

"tarik napas, hembuskan perlahan-lahan...tarik nafas, hembuskan perlahan-lahan...pejamkan mata...namaste,"

Irama yang beginilah yang kira-kira cocok dengan saya.

Tiap sore, sayangnya, fitness center ini penuh dengan MMG (mas-mas garing) yang berotot tapi jarang berotak dan orang-orang yang antri treadmill. Oleh karena itulah saya pilih untuk datang pagi saja berhubung jarang ada yang ngegym pagi-pagi di sini. Begitulah, saya suka datang jam 6-an dan dan fitness center hanya milik saya saja. Saya bebas makai alat apa saja, tidak ada MMG yang nanya-nanya basi, "Mau fitness mbak?" (ya iyalah, masak mau mancing?) dan yang lebih OKnya, bisa ganti saluran TV ke National Geographic acara "intrepid traveler" dan nonton petualangan di hutan amazon sembari menggenjot sepeda statis. Tapi tunggu! Beberapa orang lain datang untuk fitness pagi-pagi juga. Mereka adalah ibu-ibu yang kelihatannya memang nggak perlu ngantor jam 8. Pertamanya saya senyumin lah mereka secara saya adalah member yang ramah, baik hati dan tidak sombong, selalu membuang sampah pada tempatnya, tidak pipis sembarangan, serta mengamalkan Pancasila, UUD 45 dan dasa dharma Pramuka. Tapi mereka ternyata bukanlah makhluk yang tidak berbahaya, karena tiba-tiba mereka menyambar remote dan mengganti-ganti saluran. Saya paham kenapa mereka nggak sukak sama acara menjelajah hutan apalagi nggak ada subtitle-nya. Makanya saya bilang,

"Oya, ganti saja salurannya. Acara film atau musik, nggak masalah kok,"

Tapi apa nyana ketika mata mereka langsung menclok pada....jreng234567x.... infotainment! Saya mendengus. Saya betul-betul percaya infotainment merusak cara berpikir dan sistem saraf pusat sama seperti kecelakaan ringan jatuh dari pohon kelapa beberapa kali. Tunggu saja sampai ada penelitian yang membuktikan, tapi itu betul lho (tanyakan pada dokter anda).

"Apa saja asal jangan infotainment," pinta saya mengiba, "Infotainment bikin pusing,"

"Nggak ada acara yang lain kok Mbak. Kalo pagi begini acaranya infotainment semua, " jawab si ibu cuek. Saya melongo dengan alasan si ibu yang nggak masuk akal. Karena bahkan nenek-nenek bunting sekalipun juga tahu kalo TV kabel itu bisa cari saluran dari belahan dunia lain yang pas gak nayangin infotainment. Bukan berarti saya bunting sih, tapi saya tahu kalo mungkin CNN ato BBC tidak sedang menayangkan honeymoon-nya Kris Dayanti, melainkan serangan udara Nato di Libya.

"Kayaknya TV aljazair nggak ada infotainment deh Bu. Tadi saya sudah cek," sindir saya.

"Memang saya pengen nontonnya infotainment kok," akhirnya ibu itu ngaku juga, meskipun bukan berarti dia mau ngalah dikit buat saya. Meskipun kesal, saya akhirnya menyerah pada beberapa spesies ganas yang haus berita artis gak penting ini. Dalam hati saya menyumpahi acara TV yang gak mutu, yang ngumbar urusan orang dengan lebay dan nggak realistis, yang mencekoki orang dengan drama murahan yang bikin cewek lebih gampang panuan (gak ada hubungannya sih, tapi entah kenapa cewek yang hobi sinetron+infotainment suka kegatelan, apapun alasannya). Saya langsung mikir pantes aja MMG suka nggodain cewek dan merasa keren, pantes aja cewek2 yang suka bermanja-manja kliatan oke buat mereka, pantes saja pikiran orang2 ini cupet banget....sebenernya saya cuman lagi badmood karena kalah rebutan remote. Saya ceritakan semua dengan penuh kedongkolan ke adik saya Nono, yang ternyata tanpa argumen apapun langsung memberikan solusi cerdas,

"Kalo dateng duluan, ganti saluran yang kita suka dan masukkan remote-nya ke dalam loker,"

Ha! Itu JENIUS. Kenapa nggak kepikiran ya sama saya?

Masalah lain dari gym adalah ketika orang jadi peduli banget ama berat badan. Berhubung dulu saya kurus banget sampe nyaris kaya pengungsi dari Somalia, sekarang saya kemana-mana dibilang,

"Kok gendutan sih?" atau, "Wah Ria sekarang gemuk banget,"

Sampai-sampai kalo habis makan kenyang bukannya bersyukur malah depresi (halah lebay. Depresi pas harus bayar maksudnya). Nah saya punya solusi cerdas untuk itu. Supaya tidak merasa gemuk kita harus:
  1. Memakai baju yang tepat. Baju ukuran S atau yang pas badan tidak baik untuk kita. Pakai baju yang longgar atau yang modelnya bikin kita kliatan kurus. Bukan salah tubuh mengandung, salah baju yang memberi kesan!
  2. Jangan bergaul sama orang yang terlalu body-minded. Contohnya adalah para model, penari balet, artis, instruktur fitness atau penyanyi dangdut. Bergaullah dengan penyair, sastrawan, seniman, pemuka agama, PNS yang sudah hampir pensiun, bos perusahaan katering atau tukang jual bakso. Percayalah, mereka punya topik lain yang dibicarakan selain berat badan.
  3. Kalau ada rapat/arisan, duduklah sama ibu-ibu yang 50 tahun ke atas. Kalo nggak menang langsing yang setidaknya menang muda.
  4. Bilang bahwa cita-cita kita sebenarnya adalah memenangkan 'the biggest loser asia'
  5. Sering berenang. Di air badan kita terasa lebih ringan.
Eniwei, menurut saya ngegym bukan untuk bikin kita terobsesi sama bentuk tubuh. Nanti kita bisa kena anoreksia dan kelainan jiwa lainnya. Makan itu nikmat, sehat itu berkat. Trus jangan lupa kalo ngegym pagi-pagi, sembunyikan remote-nya!

9 comments:

Vicky Laurentina said...

Hahaha! Umpetin remote control-nya, Ria!
*padahal tadi aku baru mau nulis: Ini peluang buat buka bisnis fitness centre dengan fasilitas TV bebas infotainment*

Karena sekarang aku lagi kuliah Metodologi Penelitian, nampaknya ada ide-ide baru buat bikin proposal penelitian:
1. Terjatuh Lebih dari Satu Kali dari Pohon Kelapa sebagai Faktor Risiko Trauma Cerebral
2. Pengaruh Infotainment sebagai Predisposisi Dermatitis

Sri Riyati said...

Huwahahahahakakaka. Thanks berat Vic. Ngakak aku baca komenmu. Nanti kasih tahu yah hasilnya apa. Aku tahu pasti signifikan, cuman ya buat formalitas saja (bhs PNS banget).

Gimana kabarmu di MetPen? Ini buat dapet Master ya? Gutlak yah untuk belajar tentang bagian vagina dan sekitarnya...

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

ahahaha...kisah ngegym seng lucu tur wagu. ibu2 pancen senenge nonton gosip soale rak sah nganggo mikiri opo maksude acarane. nek acara national geograpik kae kan perlu perhatian khusus o. opo maneh neh acarane membahas E=mc kuadrat. untung wae isuk2 rak ono sinetron..nek orak mengko tambah eneg maneh...koyo mamiku tiap kali taktelp ngomonge mesti "lagi nonton amira" lha kok rak tamat2...padahal intine bayi ketuker..mbok wes tes DNA trus tamat. dasar.....

ria..aku juga paling bongko nek diomongi kok tambah gendut. orang2 keliatane lebih seneng komentar negatif daripada positif yo. soale pas aku gendut akeh seng komen..tapi pas wes rodo kurus sampe celanaku melorot..seng komen cuma orang2 terdekat thok

jadi tips buat orang gendut: pake baju yang warna item terus dan garis2 vertikal trus pake korset..mesti rodo ketok kurus
satu lagi...harus banyak bergaul sama orang yang lebih gendut...jadi pasti kita keliatan kurus
di atas langit masih ada langit yaa

efahmi said...

Mwahahahahaaa... =))

*sek sek, aku tak mbayangno orang naik pohon kelapa, lalu jatuh. kemudian naik lagi dan berencana menjatuhkan diri lagi. ganjil.*

Sri Riyati said...

Kristina: mnrtku ide bahwa kita harus sekurus korban paceklik di Rwanda itu cuman taktik perusahaan jamu pelangsing. Seharusnya kita bikin gerakan balasan dari perusahaan franchise makanan seperti MacD, A&W dan Restoran Padang Sederhana. Btw itu resto Sederhana sambel goreng jengkolnya enak buanget (ngelap iler).Mas Fahmi: sumprit, itu sama ganjilnya dengan nonton adegan mesra KD-Raul Lemos yang diulang2 dan direwind/repost beberapa kali dalam sehari. Sayangnya, orang2 ini yo kok nggak ngerasa ganjil ya...

Grace Receiver said...

Haha... Minimal pengalaman nge-gym-nya bisa jadi inspirasi tulisan yang segar.

jensen99 said...

Emang sekarang Ria lebih berapa kilo dari berat ideal?

wongmuntilan said...

Haduh, kisah Amira itu juga hampir tiap hari diputer di bis TransBSD dalam perjalanan pulang. Kadang nonton juga kalo gak bisa tidur. Gak bisa umpetin remote karena dipegang abang kenek. Yang bikin heran, akting pemainnya gitu-gitu aja (apalagi si pemeran cowok, ekspresinya kaku abis) tapi kok bisa menang P Award ya??? Apa karena banyak dapet sms pemirsa??? Coba iseng-iseng tanyain sama ibu-ibu itu ya Ria, sapa tahu mereka kompakan kirim sms buat Amira... ^^

Sri Riyati said...

Selvia: Ha-ha. Makasih. Selvia bikin resensi Black Swan-nya Nathalie Portman? Si Mila Kunis dalam film itu sbnrnya ada beneran (dalam ceritanya) atau cuman khayalan Si Nina?
Bang Jensen: Bagaimana Abang bisa hidup selama ini kalo nggak tahu pertanyaan abang itu tabu ditanyakan pada wanita???? *lebay* Aku cuman 52kg Bang, dulu selalu dibawah 45! *aku bukan wanita biasa, memang, hehe. Terlalu jujur mangsudnya*
Santi: Ok nanti aku tanyain (tapi nanti aku dikira penggemar juga malah diajak meresensi tuh sinetron gimana? Bisa muntah aku di treadmill) Mungkin di film itu Amira pake kulkas dan blendernya merk PAnasonic, San...

Jam

Sejujurnya, inilah Ria dan Kristina...

Ria dan Kristina, sama-sama punya ide-ide yang nggak masuk akal saking nggak bangetnya pikiran kami berdua. Obrolan kami ini, berkat kemajuan jaman dan menjamurnya aplikasi internet (hiduplah Indonesia Raya!), kami sekarang bisa tuangkan di blog. Dulu kami suka ngetik-ngetik pake mesin ketik manual di belakang kertas HVS A4 bekas fotokopian. Tapi tetep aja kami tidak berhenti menulis. Kata pepatah: setipis-tipisnya tinta masih lebih tajam dari ingatan manusia. Kata Pramoedya: menulis berarti memetakan sejarah. Halah, kalo tulisan kita mah sebenernya gak ada hubungannya ama sejarah. Cuma mengukirkan betapa masa muda kami ini sangat indah. Dan jelas nggak mutu isinya. Jadi, mending kalo sisa-sisa waktu dan pengen baca yang tidak terlalu berguna sajalah baru buka blog kami... Tapi apapun komentar, masukan dan pendapat teman-teman, semuanya adalah cendera mata yang indah buat kami...

Ria dan Kristina (hualah, koyok undangan penganten. Amit2 deh. Lesbong juga pilih-pilih ah...)

About Us

My photo
pindah2..tergantung mood, Indonesia
Sri Riyati Sugiarto (aka Ria) adalah cewek kelahiran limpung..(pinggiran kota Pekalongan)..habis sekolah di SMU St. Bernardus Pekalongan trus kuliah kedokteran di Undip Semarang..sementara Kristina Melani Budiman (aka Kristina) juga lahir di Pekalongan trus satu SMU ama Ria dan kuliah di Atma Jaya Jogjakarta. kami kenal di kelas 3 SMU tapi mo duduk bareng selalu ga bisa gara2 terlalu cerewet dan kalo duduk sebangku selalu bikin keributan karena hobinya menggosip jadi terpaksa sampai sekarang tidak pernah duduk bareng..untungnya kita ga satu kampus :p