Monday, August 16, 2010

Passion...Subjektif or Objektif


Ada teman saya yang bercerita kalau dia baru mendapatkan penilaian paling tidak objektif dari atasan dia. Performance kerja teman saya ini sebut saja namanya Bunga (mirip nama korban2 di koran lampu merah) dinilai C karena atasan dia bilang kalau dia kurang passion dalam mengerjakan pekerjaannya. Saya mencoba menganalisis masalah ini dan pada akhirnya biarlah pembaca yang memutuskan apakah nilai C itu pantas diberikan kepada Bunga.
  1. Apakah tolak ukur passion itu? Kalau kinerja baik atau tidak baik seorang pembuat batu bata bisa diukur dari berapa banyak batu bata yang dihasilkan dalam satu jam. Kinerja seorang agen asuransi bisa dilihat dari berapa banyak klien yang direkrut dalam sebulan. Namun apakah kinerja teman saya yang seorang staff pajak ini bisa dinilai dengan passion? Ketika teman saya berkata, "Passion kan tidak bisa diukur?". Atasannya menjawab bahwa passion memang tidak bisa diukur tapi bisa dilihat. Nah...berarti penilaian passion ini hanya dilihat dari luarnya saja. Padahal ada pepatah mengatakan "Jangan menilai buku dari sampulnya". Orang yang bekerja dengan passion tidak bisa dilihat cuma dari tampang dia. Bagaimana kalau orang itu memang wajahnya selalu tanpa ekspresi, apakah berarti dia tidak punya passion padahal dalam hati dia bekerja dengan sepenuh hati. Sialnya lagi kalau ada orang yang garis bibirnya melengkung ke bawah alias selalu cemberut dengan tidak disengaja, bisa2 bosnya selalu melihat dia mengerjakan pekerjaannya dengan tidak senang hati. Apakah dengan itu dia langsung dinilai buruk?
  2. Bunga ini dulu lulusan terbaik kedua di universitasnya dan saya sendiri kenal dia sejak kuliah jadi saya bisa memberikan opini apakah dia cuma pintar dalam teori atau praktek juga. Saya pernah sekantor dengan Bunga sebelumnya jadi saya tahu kalau Bunga bisa mempelajari pekerjaan dengan cepat dan bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Load pekerjaan di kantor lama bisa dibilang sangat banyak tapi Bunga bisa menyelesaikan dengan efektif alias tidak perlu lembur2. Di kantornya yang sekarang pun Bunga bisa mengerjakan pekerjaannya dengan cepat. Buktinya dengan load pekerjaan yang sama, Bunga sangat jarang lembur2. Sedangkan orang yang dulu memegang pekerjaan dia sudah lembur2 tapi masih saja pekerjaannya tidak selesai. Waktu atasannya ada yang maternity leave juga Bunga bisa menghandle pekerjaan dengan baik.
  3. Sebagai staff pajak ada beberapa objective yang dijadikan penilaian misalnya apakah lapor dan bayar pajak pernah terlambat atau tidak. Mengidentifikasi jurnal2 pajak tepat pada waktunya sebelum closing tiap bulan, dan lain2. Semua itu bisa dilakukan dengan baik oleh Bunga. Jadi untuk mendapatkan nilai C alias Meet Expectation sudah di tangan.
  4. Untuk mendapatkan nilai B (Exceed Expectation) berarti Bunga harus bisa mengerjakan sesuatu yang lebih dari job descriptionnya dan itu sudah dibuktikan dengan Bunga bisa menghandle pekerjaan dengan baik saat atasannya maternity. Selain itu Bunga juga sudah berinisiatif dengan menemukan cara lebih cepat untuk mengerjakan pekerjaannya yaitu dengan menggunakan rumus2 Excell yang lebih canggih. Apakah orang yang bisa menyelesaikan pekerjaan dengan baik bisa dibilang kurang passion? Orang yang ga punya passion pasti boro2 pekerjaannya selesai, ga banyak salah saja sudah untung.
Dari 4 hal di atas seharusnya Bunga bisa mendapatkan nilai B. Hanya karena kurang passion saja dia hanya mendapatkan nilai C. Menurut saya ada beberapa kemungkinan kenapa Bunga mendapatkan nilai lebih rendah dari seharusnya:
  1. Atasan Bunga sangat subjektif. Mungkin Bunga kurang bisa mengambil hati atasannya. Teman saya pernah bilang kalau menjilat itu sangat penting dalam berkarir.
  2. Perusahaan memang sudah mentargetkan agar hampir semua karyawannya mendapatkan nilai C jadi ga perlu memberikan kenaikan gaji yang besar.
  3. Atasan Bunga takut tersaingi, siapa tahu dia aja nilainya C masa dia mau memberikan Bunga nilai B. Bisa2 Bunga dipromote melebihi dirinya.
  4. Bunga lagi sial aja karena mendapatkan atasan yang sentimen sama dia.
  5. Bunga seharusnya laki2 karena atasannya itu perempuan. Secara umum atasan perempuan lebih suka punya anak buah laki2 dan sebaliknya.
  6. Bunga seharusnya mencari pacar petinggi perusahaan pasti atasanya segan
  7. Bunga mendingan cari pekerjaan lain saja yang bisa memberikan penilaian lebih objektif.
  8. Seharusnya saya saja yang menjadi atasan Bunga, pasti Bunga saya beri nilai Outstanding.
  9. Bunga mendingan membuka perusahaan sendiri saja dengan passion
Jadi..apakah Bunga layak mendapatkan nilai C?

8 comments:

Sri Riyati said...

Aku setuju kalo Ul...eh Bunga mending buka perusahaan sendiri aja dan dapet nilai A!

Parah emang kalo nasib kita ditentukan atasan...

wongmuntilan said...

Aku paling setuju kalo Kristina jadi atasan Bunga saja, sekalian membuka lapangan kerja untuk diriku, kalau perlu ^^

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

ria: hoi...nama udah disamarkan jadi bunga malah mo buka2 rahasia nih. iya emang...menurutku sebelum jadi atasan mending psikotes dulu biar ketahuan dia pribadinya cocok ga jadi atasan.

santi: hehehe..pengennya sih begitu...punya perusahaan gede biar kaya donald trump jadi temen2 bisa aku rekrut.

Anonymous said...

hahahaha... pantes ya hasil survey membuktikan 80% karyawan/i ga suka sama atasannya yang wanita.

sepertinya memang wanita cenderung mengikut sertakan emosi dalam bersikap dan mengambil keputusan.

-Petter-

wongmuntilan said...

Dari pengalaman orang lain kita bisa belajar ya, suatu saat jadi atasan, jangan subyektif. Banyak juga kok atasan perempuan yang baik, produserku yang dulu perempuan, orangnya asyiiikkk banget, sampe sekarang dia udah pindah pun kita-kita masih kontak-kontakan. Produser yang sekarang juga ada yang perempuan, orangnya juga baik banget dan asyik, bertemen akrab sama anak-anak buahnya.
Si Bunga suruh pindah ke tempatku aja, atasannya baek-baek, hehe... ^^

Fanda said...

Mmm...kok jadi kayak quiz di majalah ya? hihihi...
Menurutku sih seringkali penilaian atasan juga terpengaruh dengan like and dislike. Sekarang, mari kita lihat semuanya dari sisi si atasan. Apakah mudah memberi penilaian pada anak buah dengan adil? Bagaimana kita menilai orang itu punya passion atau tidak? Kalo ada karyawan yg biasa2 aja (meski mungkin dalam hatinya ada passion), tapi mungkin passion itu tak terlihat secara harafiah.

Jadi memang menurutku, kita doing best aja. Kalo toh atasan tak bisa menghargai karya kita, kita cari aja atasan lain yg bisa...

Grace Receiver said...

Hehe... Sepertinya atasan Bunga tipikal orang yang terlalu banyak nonton acara motivasi diri atau baca buku tentang pengembangan diri, jadi kalau lihat orang yang ngga "over-smile" dia beranggapan kalau orang itu ngga passionate.

Unknown said...

napa kok Bunga?

Jam

Sejujurnya, inilah Ria dan Kristina...

Ria dan Kristina, sama-sama punya ide-ide yang nggak masuk akal saking nggak bangetnya pikiran kami berdua. Obrolan kami ini, berkat kemajuan jaman dan menjamurnya aplikasi internet (hiduplah Indonesia Raya!), kami sekarang bisa tuangkan di blog. Dulu kami suka ngetik-ngetik pake mesin ketik manual di belakang kertas HVS A4 bekas fotokopian. Tapi tetep aja kami tidak berhenti menulis. Kata pepatah: setipis-tipisnya tinta masih lebih tajam dari ingatan manusia. Kata Pramoedya: menulis berarti memetakan sejarah. Halah, kalo tulisan kita mah sebenernya gak ada hubungannya ama sejarah. Cuma mengukirkan betapa masa muda kami ini sangat indah. Dan jelas nggak mutu isinya. Jadi, mending kalo sisa-sisa waktu dan pengen baca yang tidak terlalu berguna sajalah baru buka blog kami... Tapi apapun komentar, masukan dan pendapat teman-teman, semuanya adalah cendera mata yang indah buat kami...

Ria dan Kristina (hualah, koyok undangan penganten. Amit2 deh. Lesbong juga pilih-pilih ah...)

About Us

My photo
pindah2..tergantung mood, Indonesia
Sri Riyati Sugiarto (aka Ria) adalah cewek kelahiran limpung..(pinggiran kota Pekalongan)..habis sekolah di SMU St. Bernardus Pekalongan trus kuliah kedokteran di Undip Semarang..sementara Kristina Melani Budiman (aka Kristina) juga lahir di Pekalongan trus satu SMU ama Ria dan kuliah di Atma Jaya Jogjakarta. kami kenal di kelas 3 SMU tapi mo duduk bareng selalu ga bisa gara2 terlalu cerewet dan kalo duduk sebangku selalu bikin keributan karena hobinya menggosip jadi terpaksa sampai sekarang tidak pernah duduk bareng..untungnya kita ga satu kampus :p