Wednesday, December 2, 2009

Nikahannya Kristina

Benar. Benar. Sudah lama sekali nggak nulis blog. Bukan karena sibuk. Saya kehilangan gairah menulis *ada viagra buat menulis?*

Kristina nikah tanggal 28 November lalu, nulisnya juga baru sekarang. Kalo saya penulis tabloid gosip pasti udah dipecat dengan tidak terlalu hormat dan tanpa uang pesangon apalagi THR. Makanya kalau saya mau nulis, saya pikir lebih baik jadi penulis obituari saja, nggak buru-buru. Nunggu sampai keluarganya kumpul semua untuk tahu siapa yang dapet warisan.

Kristina menyiapkan pernikahan dengan antusias sekali, karena dari jaman SMU dulu memang dia yang paling kebelet kawin (disamping saya tentunya). Gedung dan gerejanya dipilih yang dekat dengan kampung halaman Petter-suami Kristina-, di Tangerang (yang konon agak lebih murah dikit dibanding Jakarta). Hari H-1 suasananya sudah terasa agak emosional (maksudnya mengharukan). Biasanya tuh orang emosinya labil kalo lagi hamil tua, tapi Kristina sering jadi sangat emosional meskipun belom hamil. Ini karena dia itu mengidap (yaelah kata-katanya) penyakit spasmofili ringan. Bukan sejenis HIV. Ini penyakit yang kata Kristina, kalo kita pukul-pukul muka pake palu yang buat ngetok dengkul itu, mulutnya bisa bergetar-getar. Terus kalo kita ketok-ketok tulang pipi, matanya bisa berjengit-jengit. Saya tidak bercanda. Dan Kristina (sayangnya) bukan Dakocan. Kristina bilang, "Ria inget-inget ya, kalau ada pasien sesak yang diperiksa dada dan parunya gak ada apa-apa, tapi dia kelihatan setres atau panik itu mungkin saja sakit spasmofili. Jangan bilang cairan lambung naik, maag atau pneumonia seperti dulu aku diperiksa dokter-dokter yang sebelumnya," Spasmofili memang bukan penyakit yang populer diajarkan di fakultas kedokteran (atau waktu itu saya lagi bolos kuliah). Katanya sih itu termasuk gangguan cemas, seperti perasaan takut/panik yang berakibat sesak napas bahkan bisa sampai perasaan lumpuh, pandangan kabur, berdebar-debar seperti kalau mau serangan jantung. Tapi penyakit ini tidak mematikan, karena Kristina sudah tanya ke dokter ahli saraf yang pinter tapi agak bences di Jakarta dan dia sudah memastikan bahwa Kristina tidak usah khawatir. Masih banyak waktu untuk mengunjungi kambing gunung, kecuali kalau tahun 2012 bener-bener kiamat (dalam hal ini tidak ada hubungannya dengan spasmofili). Dan entah kenapa, si Kristina dikasih obat buat skizofrenia (penyakit gila). Saya mikir ini pengobatan yang tepat sekali meskipun efeknya sampai sekarang belum kerasa. Seharusnya saya nggak nulis riwayat penyakit Kristina di blog ini, tapi berhubung si Kristina sudah nikah saya rasa nggak papa (kan udah laku gitu lho). Lagipula dia juga sempat berpesan, "Mari kita perkenalkan penyakit ini ke masyarakat. Kasihan penderitanya sering disangka pura-pura sakit atau gangguan psikosomatik belaka," Kalau dia masih merasa dicemarkan nama baik, saya juga akan mengumbar penyakit yang saya derita, yaitu budug. Kalo tidak salah nama lainnya eczema, yang selalu kambuh kalo saya lagi tertekan; misalnya tanggal-tanggal harus bayar kos-kosan atau dokter gigi, pas ulang tahun *bukannya takut tua tapi takut ditodong traktiran* atau kalo pas liat tagihan. Untungnya penyakit saya tidak separah sakit sarapnya si Kristina. Paling-paling ya kumat budug bulanan lah.

Tadi saya bicara apa? Oya, nikahan Kristina. Tanggal 27 November malam si Kristina sudah pake acara nangis-nangis karena mau pulang ke kostnya di Jakarta nggak ada helm. *tuh kan?* Sebetulnya ada latar belakangnya, tentu saja. H-1 adalah hari yang penuh ketegangan, terutama karena Kristina dan Petter nyiapin nikahan ini sambil sibuk kerja. Ada beberapa rencana yang tiba-tiba diubah tanpa peringatan apalagi tanda-tanda gaib. Kristina sebenernya orang yang cukup fleksibel, tapi mengurus pernikahan memang melibatkan banyak gangguan perasaan (baca: makan ati). Misalnya menyatukan dua keluarga yang beda temperamennya. Atau melayani kerabat keluarga senior yang bela-belain datang dari jauh tapi pelit senyumnya. Atau sanak-keluarga yang ngambek karena merasa tidak diperhatikan. Atau pacar saudara kandung yang hiper-sensitif dan ngerasa mengganggu acara keluarga. Dan sebagainya. *Untungnya, sekali lagi, nikah itu cuma sekali saja* Tapi singkat kata, semua itu berhasil dilewati dengan sukses. Maksudnya dicuekin aja, gitu lho. Toh acara nikahan tetap jalan terus, karena sudah bayar di muka =).

Hari H, acara jemput-menjemput dan ke salon juga bikin setres karena yang tahu jalan cuman segelintir orang (salah satunya mempelai pria sendiri) dan berakibat jadwal ke gerejanya molor. Romonya bilang (katanya sih bercanda. Tapi Kristina benar, dia memang mukanya asem banget. Harusnya dikasih jajan yang manis-manis biar dia gak sepet-sepet amat kali ya, misalnya jenang gulo, dodol, harum manis, gulali dan permen jahe), "Wah dari tadi saya tunggu-tunggu. Saya pikir, jadi menikah tidak ya?" *Ya jadilah. Kan udah terlanjur ambil cuti!*

Oya, Kristina bilang, dia ambil suvenir dari ibu-ibu yang baru diberhentikan kerja dan anaknya banyak. Kasihan katanya. Terus Kristina juga pesen empek-empek dari orang yang suaminya baru di PHK. Makaroni goreng dari tetangga kenalannya. Nah, saya jadi mikir, salon tempat dia rias itu siapanya yang di PHK? Nggak ada, kata Kristina, tapi mantunya yang punya salon itu temen gerejanya Petter. Yah memang beginilah nikahan yang penuh KKN. Apa lacur, "harga teman" memang membantu untuk menghemat budget. Saking hematnya, tuh mobil pengantin (si Mercedes) sampe langsung disuruh pulang begitu nyampe di depan gedung acara. Pasalnya, si Mercedes men-charge beberapa puluh ribu rupiah untuk kelebihan jam nunggunya. Kristina yang enggak suka dipalak dngan alasan time is money langsung nyuruh si Mercedes pulang begitu jam sewanya habis, persis Cinderella. Padahal penerima tamu belom datang. Buku tamunya ketinggalan di rumah susun. Alhasil Kristina ngumpet di mobil carry yang bawa keluarga, karena nggak mau ketahuan kalau pengantinnya sudah datang lebih dulu daripada buku tamu. Tapi sambil ngumpet ini Kristina nangis lagi karena kepanasan. Padahal saya bilang, jangan nangis sampai saya nyumbang lagu atau puisi, biar dramatis.

Nikahan kali ini (emang ada lain kali) meskipun sederhana dan jauh di Tangerang, ternyata banyak yang datang. Teman-teman SMU. Orang-orang yang datang jauh dari Pekalongan. Kerabat. Kenalan. Thaiku Singapore (hi-hi). Kristina sampe terharu karena dibela-belain sampai pada kesasar jalan. Atas nama Petter dan Kristina, saya mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya buat teman-teman yang meluangkan waktu, tenaga, bensin dan mulut yang berbusa-busa karena sibuk nanya jalan untuk hadir. Terutama banget yang nyumbang. Ha-ha. Ini saya yang bilang lho, bukan atas nama keluarga. Oya Kristina bilang dia merasa sangat beruntung semua pada dateng sehingga dia bisa foto-foto buat anak-cucu nanti. Itulah sebabnya dia nekad merebut mikrofon dari MC dan dengan suara cempreng-cempreng basah memanggil semua orang buat naik ke panggung untuk foto. Pastinya semua pada naik karena suara Kristina yang susah dibedakan antara manggil temen atau teriak maling. Malu gitu.

Malamnya setelah pada masup angin karena klewatan makan siang (menu dari gereja cuma sepotong roti dan aqua. Mending kalo lima roti dan dua ikan!), kami pun melakukan kegiatan yang paling disenangi pasangan yang baru menikah yaitu...jreng23456789x...(bukan adegan ranjang. Astaga. Tadi kan kata gantinya "kami" bukan "mereka") membuka kado dan menghitung uang sumbangan! Karena semua orang pada baik hati, dermawan, panjang sabar dan penuh tanggung jawab (lebay ah), konon pasangan ini sangat puas pada perolehan sumbangan mereka. Sampai-sampai Petter yang dulu hobi MLM kepikiran untuk nikah ulang barangkali bisa buat mulai nyicil mobil. Hi-hi. Peace Kris!

Selesai semua acara, saya pun pulang. Kristina menikmati sehari bebas dengan berenang-renang di tepian kolam renang, sebelum honeymoon di Vietnam. Saya sempet mikir, honeymoon apa yang lebih aneh daripada di Vietnam. Mungkin Kamboja, negara yang penduduknya paling banyak jadi korban ranjau darat waktu perang dunia kedua. Atau di Afganistan. Atau di jalur Gaza. Tapi bukan Kristina namanya kalau nggak punya alasan tepat memilih Vietnam. Katanya, "Pesawat air asia promo yang paling murah waktu aku booking itu Jakarta-Hanoi,"

Yah, memang nggak ada yang ngalahin pentingnya prinsip ekonomi!

P.S. Untuk honeymoon ini, Uling dengan sangat heroik menggantikan tugas-tugas Kristina di kantor. Terimakasih banyak buat Uling. Saya bilang, kalau di jalan nanti Kristina ada yang malak atau rencana honeymoonnya tidak berjalan sesuai rencana, ingatlah pengorbanan Uling memeriksa laporan pajak di balik kubikel demi menggantikan Kristina. Pasti Vietnam terasa seperti Switzerland atau Disneyland. Sekali lagi Uling, engkau pahlawan tanpa tanda jasa...

5 comments:

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

hahahahaha..aku baca tulisan ini bareng2 sama petter di lobi hostel tempat aku nginep (setelah membajak komputer dari anaknya pemilik hostel)dan kami ngakak bareng2....bener2 tulisan yang menceRIAkan hatiku. benar2 menggambarkan situasi ruwet dengan sudut pandang berbeda. thanks ya sudah hadir sebagai seksi sibuk moto2. btw tiketku ke ho chi minh city..bukan ke hanoi,..tapi sapa juga yang tau bedanya hahahaha...

lain kali nek kowe merit kudu njaluk tulung aku....paling ora kowe kudu belajar dari pengalamanku..mending nek duwe duit nganggo EO..ben ojo sampe buku tamu ketinggalan haha..
nek wes dilewati jadi lucu o..padahal pas hari H aku wes menangis2 darah..

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

Lhah kowe bilang2 di comment jadi aku ketahuan kalo salah. Jadi sodara2, pesawat yang murah itu ke Ho chi minh. Ingat2! Coba ce tiap kali ada promo air asia, barangkali bisa liat gereja yang pake dupa (greja apa kelenteng yak?) dan liat korban perang Vietnam-USA kaya di film Rambo...

Oya, jangan lupa kalo merit buku tamunya dibawa sekalian. JAngan ditinggal2 (pesan Kristina-sponsor)

jc said...

Hwakakakakakak.. ngakak abis baca ni postingan... selain ngakak juga rada gelo coz beneran aku pengen dateng.. apa daya harga pesawat kalo ke jkt pas weekend selalu lebih mahal *prinsip ekonomi lagi!!* dan saya lagi ngirit untuk biaya liburan natal nanti *hihihi*.
Rame yahh??? Sampe nangis2 gitu Kristina.. pdhl wkt itu pesanku cuma satu waktu married: tugas mempelai berdua cuma senyum! Tapi kalo buku tamu sampe ketinggalan yo sopo sing meh senyum yo...

Kris.. sepupuku sidone teko ora?? Hihihihi..

Sri Riyati said...

Sepupunya Jessie si Arie yang katanya ganteng itu ya? MAna Kris? Mana?? (moto-gantengen)

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

hoi jes..sepupumu teko..tapi pas pemberkatan..dan deen ngilang sedurungE kelar trus foto2 hiks hiks.,.rak duwe foto bareng sedulurmu seng ngganteng kae ki hehe.

ria..kowe kudu ketemu sedulure jessie kae...soale jan ngganteng hahaha (semoga deen rak moco postingan iki)

Jam

Sejujurnya, inilah Ria dan Kristina...

Ria dan Kristina, sama-sama punya ide-ide yang nggak masuk akal saking nggak bangetnya pikiran kami berdua. Obrolan kami ini, berkat kemajuan jaman dan menjamurnya aplikasi internet (hiduplah Indonesia Raya!), kami sekarang bisa tuangkan di blog. Dulu kami suka ngetik-ngetik pake mesin ketik manual di belakang kertas HVS A4 bekas fotokopian. Tapi tetep aja kami tidak berhenti menulis. Kata pepatah: setipis-tipisnya tinta masih lebih tajam dari ingatan manusia. Kata Pramoedya: menulis berarti memetakan sejarah. Halah, kalo tulisan kita mah sebenernya gak ada hubungannya ama sejarah. Cuma mengukirkan betapa masa muda kami ini sangat indah. Dan jelas nggak mutu isinya. Jadi, mending kalo sisa-sisa waktu dan pengen baca yang tidak terlalu berguna sajalah baru buka blog kami... Tapi apapun komentar, masukan dan pendapat teman-teman, semuanya adalah cendera mata yang indah buat kami...

Ria dan Kristina (hualah, koyok undangan penganten. Amit2 deh. Lesbong juga pilih-pilih ah...)

About Us

My photo
pindah2..tergantung mood, Indonesia
Sri Riyati Sugiarto (aka Ria) adalah cewek kelahiran limpung..(pinggiran kota Pekalongan)..habis sekolah di SMU St. Bernardus Pekalongan trus kuliah kedokteran di Undip Semarang..sementara Kristina Melani Budiman (aka Kristina) juga lahir di Pekalongan trus satu SMU ama Ria dan kuliah di Atma Jaya Jogjakarta. kami kenal di kelas 3 SMU tapi mo duduk bareng selalu ga bisa gara2 terlalu cerewet dan kalo duduk sebangku selalu bikin keributan karena hobinya menggosip jadi terpaksa sampai sekarang tidak pernah duduk bareng..untungnya kita ga satu kampus :p