- Booking tiket Jakarta-Saigon berangkat Senin 30 November, pulang Senin 7 Desember karena kalau pulangnya minggu lebih mahal. Total tiket beserta bagasi untuk pulang pergi berdua adalah 1,7 juta.
- Menghubungi teman kantor saya yang orang Vietnam lewat YM untuk menanyakan apa saja tempat wisata yang ada di dekat Saigon. Setelah mengobrol ngalor ngidul, saya mendapatkan 2 tempat referensi dari Miss Q yaitu Na Thrang dan Da Lat. Na Thrang adalah kota pantai, jaraknya kira2 10-12 jam naik bus dari Saigon. Da Lat adalah kota yang cantik dan banyak bunga2 di atas gunung...julukannya sih Little Paris (belakangan saya tau kalau bangunan yang rada mirip Menara Eiffel itu adalah tiang listrik PLN), jaraknya sekitar 6 jam dari Na Thrang. Jadi rute perjalanan saya Saigon-Na Thrang-Da Lat-Saigon.
- Menghubungi Ria bagaimana booking hotel yang murah. Sementara itu Petter juga menghubungi sepupunya yang hobi travelling. Dari mereka berdua, saya mendapatkan informasi beberapa website tentang travelling dan booking hotel.
- Booking hotel lewat hostelbookers.com. Sebelumnya saya buka dulu www.tripadvisor.com untuk mencari nama2 hotel yang direkomendasikan oleh para traveller. Setelah itu saya masuk ke hostelbookers. Total saya bayar DP 140rb rupiah untuk 4 hotel yang saya booking. Saya booking 2 hari di Saigon, 2 hari di Na Thrang, 2 hari di Da Lat dan 1 hari lagi di Saigon di hari terakhir. Harga hotelnya berkisar dari 130rb-260rb per malam untuk berdua.
30 Nov-1 Dec 2009 (Saigon)
Hari yang dinanti2 pun tiba. Setelah pesawat sempat didelay satu jam lebih akhirnya kami berangkat juga. Di ruang tunggu kami bertemu dengan om2 yang anaknya sudah mapan dan kerjanya hanya jalan2 keliling dunia namanya Om Indra. Lama perjalanan sekitar 3 jam dari Jakarta ke Saigon. Kami sampai di Saigon jam 11 malam. Untuk mengirit maka kami menerima tawaran Om Indra untuk naik taksi bareng karena kebetulan hotel kami berdekatan.
Kami sampai di hotel pertama kami yaitu Luan Vu guest house dan disambut oleh karyawan hotel yang sangat ramah bernama Thao. Dengan harga USD 20 per malam kami mendapatkan kamar yang kasurnya 2, air panas, AC dan sarapan. Ya ampun...padahal di Tangerang kemarin2 saya sempet nanya hotel esek2 aja yang AC nya kuno dan tempatnya mengenaskan, semalam 200rb an. Besoknya kami memutuskan untuk ikut tour seharian ke Chu Chi Tunnel dengan harga 5 USD per orang. Kami berangkat satu rombongan 8 orang ditemani 1 tour guide namanya Thou.
Sebelum ke Chu Chi Tunnel, kami mengunjungi tempat kerajinan khas Vietnam yang dibuat dari kayu, kulit kerang dll. Yang membuat saya melongo adalah semua pekerja di situ adalah orang cacat. Ya ampun..salut banget deh. Orang cacat bisa membuat hasil karya yang indah banget, bahkan saya pun jahit baju sering mencong2. Chu Chi Tunnel merupakan terowongan bawah tanah tempat tentara Saigon bersembunyi waktu Perang Vietnam. Terowongannya sangat kecil dan banyak jebakan yang mengerikan. Saya mencoba masuk ke dalam terowongan untuk berfoto. Petter berani memasuki terowongan yang sebenarnya tapi karena saya takut yang sempit2 jadi saya berfoto saja. Di Chu Chi Tunnel selain kami bisa mencoba masuk ke terowongan sempit, juga ada pertunjukan di layar tancep, melihat jebakan2 perang, foto di atas tank, praktek menembak tapi pelurunya bayar dan last but not least makan siang. Thou sudah heboh bilang kalau makan siangnya unik yang ternyata jreng 1 juta kali : Tapioka alias singkong rebus. Satu rombongan kami ada turis Australia yang sangat lahap makan singkong karena konon di sana ga ada singkong. Saya bilang..di negara saya banyak singkong, saya sudah sering makan singkong (waktu ada yang nanya kok saya cuma makan sepotong). Saya membeli oleh2 unik dari Chu Chi Tunnel yaitu snake wine buat adik saya tapi sampai sekarang mereka ga berani minum..padahal itu bermanfaat buat obat kuat (kata penjualnya). Btw 30.000 Vietnam dong kira2 15rb rupiah.
Pulang dari Chu Chi Tunnel, kami jalan2 di sekitar hotel sambil foto2. Saigon kurang lebih sama dengan Jakarta tapi Jakarta lebih modern. Di Saigon banyak sekali motor dan herannya tidak ada polisi lalu lintas. Malah motor bisa disewa oleh turis dengan harga sekitar 100rb dong sehari. Ga perlu STNK or SIM sudah bisa keliling kota naik motor. Di bawah ini hal2 yang sering dijumpai di Saigon:
Bersambung ke tulisan berikutnya....(soalnya sudah tinggal 3 orang di kantor..serem).
4 comments:
SERU...SERU... (sambil tepuk-tepuk tangan), nanti dilanjutin ya Kris... ^^
3 orang itu beneran orang bukan??? udah di cek??? HAHAHAHA...
-Petter-
ditunggu cerita slnjt'y yaa...
seru jg lhooo..
hahahhaa....
^^
Wah, wah. Kenapa itu arak ularnya gak diminum? Ceritamu mengalir bagus, haruse kowe ikut lomba travel writing juga ho. Soal yang makanan unik dan ternyata po'ung rebus, lha itu risiko milih jalan ke asia tenggara. Aku pernah bareng2 orang yang cerita dengan sangat antusias (dan pake foto segala) bahwa: 1. dia lihat pohon pepaya. 2. Dia minum es degan dari kelapanya alias es klamud yang kaya di sepanjang jalan hutan jati Pekalongan-Limpung itu.3. Dia lihat laba2 yang item dan besar. 4. Dia liat kebo lagi kerja di sawah. Sekarang aku ngerti kenapa tmnku yang dari Itali bosen banget waktu kita tur ke kastil2. Ini pasti kaya kita jalan ke tempat yang mirip tanah abang kali ya.
Thanks udah nulis2 sampe ditinggal pulang orang2. Awas kalo mau kluar liat2 barangkali ada yang ngesot2 di belakangmu, ihihihi
Post a Comment