Tuesday, September 23, 2008

I'm NOT the best cook in the whole universe

Taruhan deh, berapa banyak dari kita yang terbiasa memasak untuk beberapa orang atau membikin kue sendiri di hari ulang tahun seseorang? Saya yakin tidak banyak. Ini karena: satu, makan di warteg murah meriah enak praktis dan menambah lapangan kerja bagi ibu penjual warteg. Di Semarang contohnya, warteg Bu Dewi buka outlet dimana-mana, jadi kalo mau cari kampus, carilah warteg Bu Dewi yang warnanya biru. Kalo keliru yang warna ijo pun gapapa, karena toh itu warteg juga (yang juga memenuhi syarat "kenyang sedap dengan lima ribu rupiah") tapi mungkin kampusnya gak ketemu (ngelantur seperti biasa). Dua, rumah makan yang enak dan restoran favorit kalopun didatangi tiap hari tidak bakal bikin bangkrut (soalnya biasanya yang favorit saya memang yang murah, huehehe). Tapi jujur saja, siapa sih yang mau repot-repot masak buat makan malam di malam Minggu? Makan di luar artinya berwawasan luas dan memajukan wisata kuliner mak nyus. Tiga, kecuali kita menghabiskan waktu berbulan-bulan di hutan (misalnya hutan Papua^_^), kemampuan memasak tidak pernah dipandang sebagai salah satu sarana bertahan hidup. Kalau saya minta duit ke ortu buat belajar masak atau les bikin roti, pasti dikira kebelet kawin. Jaman sekarang (katanya) les masak, njait dan keputrian dianggap ketinggalan di jamannya ibu Kartini. Mungkin lebih masuk akal kalo saya bilang mau les komputer program Corel Draw atau Photoshop atau les bahasa Mandarin. Jadi, kalau pada suatu hari kita harus memasak (tiap hari) untuk minimal empat belas orang dalam waktu dua jam, lengkap dengan puding atau makanan penutup, apa yang terjadi?

Menyalahkan latar belakang kita yang nggak perlu memasak sebagai dalih untuk tidak bisa memasak tidaklah membantu. Seperti TKW yang tiba-tiba harus bisa bicara atau nulis Arab, saya juga harus belajar jadi 'melek memasak'. Pertama, alat-alat. Bedakan: saucepan (panci) dengan frying-pan (wajan) atau casserole (nggak bisa diterjemahkan karena nggak ada alat kaya gini di rumah, jadi mulai sekarang saya tidak akan menerjemahkan), baking tray dengan cake tin, meat-roasting tin, quiche tin, bread tin. Whisk, spatula, kitchen fork, kitchen spoon, kitchen tongs (bukan sejenis celana dalam melainkan semacam susruk-apakah ini bahasa Indonesia? Astaga Kris, apa bahasa Indonesianya susruk?-buat barbecue), grater (parutan), mincer, pestle and mortar (ulekan), pepper mill, lemon squeezer dan lemon zester. Sieves, colander, salad basket, scale, measuring jug, skewer, timer, kitchen thermometer. Saya cuma ingin memberi gambaran betapa tiba-tiba memasak bisa seperti membangun pesawat luar angkasa buat saya. Kedua (baru kedua): bedakan dan rasakan, baui dan cicipi, macam-macam bumbu yang tidak dikenal di tanah kaya rempah-rempah semacam Indonesia. Saya akan menulis menurut abjad: Angelica, balm lemon, basil, bay, borage, bouquet garni, burnet salad, chervil, chive, coriander, curry plant, dill, fennel, fines herbes, kaffir lime leaves, lemon grass, lovage, marjoram, mint, mixed herbs, oregano, parsley, rosemary, sage, savory, tarragon, thyme. Halooo, sudah ketiduran??? Itu semua adalah bumbu daun (herbs) dan ada lagi bumbu butiran atau bubuk (spices). Menurut abjad: aniseed, anise pepper, asafoetida, caraway seeds, cassia, cardamom, cayenne, celery seed, chilli powder (saya tahu yang ini), cinnamon, cloves, cumin, fenugreek, galangal, garam masala (bukan garam dapur, ini sejenis bumbu India), harissa, horseradish, juniper berries, mace, mustard seed, nutmeg, paprika, pepper, pickling spice, pink peppercorns, poppy seeds, saffron, sesame seed, star anise, tamarind, turmeric dan vanilla. Saus untuk perasa, bukan cuma saus tomat atau sambal, tapi ada tabasco, tahini dan worcestershire sauce. Cuka ada cider vinegar, red dan white wine vinegar. Sayuran ada kohlrabi, courgette, swiss chard, pumpkin, parsnip dan entah-apa-namanya-cuman-yang-nanem-yang-tahu. Saya sering berkhayal bahwa perjalanan ke negeri antah berantah sebenarnya cuma selangkah ke dapur orang.

Saya membakar lap, bikin gosong nasi, bikin makanan setengah mateng setengah tidak jelas, bikin kue hangus dan membuat orang yang makan masakan saya mengerenyitkan dahi. Sejauh ini (ketok meja, dinding, pintu dan jendela) tidak ada yang mencapai taraf keracunan makanan. Tapi saya sendiri sampai pernah tidak makan seharian karena makan masakan saya sendiri. Saya melihat buku resep, tertulis: mililiter, tapi ternyata dari takaran yang tertulis adalah pint. Saya mencampur cuka 5 kali lebih banyak dari yang seharusnya. Asam di lambung saya naik dan rasanya kaya seharian kena sakit maag. Terberkatilah orang yang mau makan masakan saya (mungkin daripada kelaparan) dan menahan diri dari pergi ke restoran italia sebelah rumah persis setelah selesai makan siang.

Koki terkenal di Inggris, Jamie Oliver, menulis buku yang judulnya Ministry of Food. Isinya adalah tentang betapa penting makan masakan yang dimasak di rumah dimana kita tahu semua bahannya dan tentu saja lebih sehat. Dia mengajarkan bahwa sesibuk apapun, kita masih bisa memasak. Bukunya berisi tentang belajar memasak dalam 24 jam. Dengan gambar. Cita-cita saya adalah saya ingin menjadi orang yang bisa memasak dengan baik. Saya tidak perlu jadi koki atau kerja di restoran untuk bisa membuat masakan hangat yang sehat. Seperti yang saya katakan sebelumnya, saya tidak perlu jadi juru masak terbaik di alam semesta tapi setidaknya saya bisa membuat Shepherd pie, Yorkshire pudding, quiche, dan foie grass. Bercanda. Maksud saya makanan yang bisa dinikmati dan sehat. Dan tentu saja, kalaupun ini belum tercapai, Bu Dewi masih setia menanti!

N.B. Sampai tulisan ini ditulis, saya sudah membuat 3 kali shepherd pie kurang kentang, 1 gosong, 1 agak kementah-mentahan, 5 kali quiche (secara praktis: taruh semua yang ada di kulkas, siram pake telor kocok, bilang itu quiche), 1 kue coklat gosong (15 menit kelamaan, 30 derajat kepanasan), dan beberapa apple crumble yang benar-benar crumble. Terus berjuang!!!! Semangat!!!!

5 comments:

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

tes

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

hoi ria..aku wes moco tulisanmu ke...btw dirimu biso masak juga kok.masakan cap cay mu kuwi di kostku enak. plus aku terharu karene kowe satu2ne koncoku yang nebeng dan masakke aku makanan. biasane nebeng dan bikin berantakan kamarku.buka meniggalkan makanan tapi malah bikin aku ga pengen makan saking bongkone hehehehe. susruk adalah susuk dalam bahasa indonesia..koyone si..tapi jadi rancu karo susuk nggo kecantikan. thanks buat tulisanmu iki. aku jadi ngerti herbs dan segala macam biji2an dan panci2. btw kuwi herbs coba digowo neng indonesia..sopo ngrti iso nggo masak capcay herbs..mesti unik rasane o. ketoke enak. dan quiche ke opo si?trus puding yorkshire kuwi opo?jadi penasaran soale nek aku moco t\ulisan yorkshire seng kebayang ke anjing yorkshire seng bulune dowo. aku pengen nulis blog tapi keyboard warnet orak ono tulisane
aku jadi mumet ngetikE ke salah2 terus

Sri Riyati said...

Yorkshire pudding kuwi puding sing rak manis, malah rasane koyo onde2 tapi rak nganggo isi dan rak ngganggo wijen (opo kuwi jenenge apem yo??)tapi dudu cemilan, dipangan nganggo daging (steak) dan salad. Anjing Yorkshire bulune dowo? Hm...tapi wong kene memang bulune dowo2 (hehe), kucing ning dalan wae wulune luwih dowo, jaran juga buntute luwih gondrong. Mungkin karena ning kene atis ho. Tapi komenmu rodo edan. Hehe. Aku terharu juga karena kowe satu2ne orang sing bilang masakanku enak. Yah mungkin kowe lagi laper berat ato pas bejo ato memang aku punya bakat terpendam yang cuman keluar kalo aku lagi menebeng huahahaha...

Makasih2. Aku tetep akan semangat memasak, tapi tujuanku nulis supaya aku bisa berbagi pengalaman karo kowe. Ben ngerti knp aku bingung berat ning dapur, bukan karena aku rak tau masak tapi karena beda adoh alat2, bumbu dan bahane. Tapi setidaknya nek aku pengangguran ning Limpung aku bisa buka restoran masakan eropa khekhe...

Sri Riyati said...

oya susuk ning boso jowo bisa juga artine susuk nyi ratu kidul ato susuk sewu mangatus, bnr rak???

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

puding rak manis tur nggo mangan steak?bener2 puding yang aneh. nek neng kene jenenge dudu puding tapi gemblong..haha..iyo kowe iso buka restoran eropa neng kene o...terutama puding yorkshire seng bulune dowo2...iyo..kan atis jadi menyesuaikan diri (ber anomali) mugakno bulune dowo2..semoga kowe ora melu dowo2 juga..terutama bulu ketek..mengko neng pas kefoto kan nggilani huehuehue..

tapi bener kok masakanmu enak...ketokE nek dewe suatu saat wes rak iso kerjo kantoran dan kowe rak iso jalan2..piye nek dewe kongsian buka restoran eropa campur indonesia ...ketokE bakalan sukses opo maneh seng dodolan ayu2 koyo dewe

Jam

Sejujurnya, inilah Ria dan Kristina...

Ria dan Kristina, sama-sama punya ide-ide yang nggak masuk akal saking nggak bangetnya pikiran kami berdua. Obrolan kami ini, berkat kemajuan jaman dan menjamurnya aplikasi internet (hiduplah Indonesia Raya!), kami sekarang bisa tuangkan di blog. Dulu kami suka ngetik-ngetik pake mesin ketik manual di belakang kertas HVS A4 bekas fotokopian. Tapi tetep aja kami tidak berhenti menulis. Kata pepatah: setipis-tipisnya tinta masih lebih tajam dari ingatan manusia. Kata Pramoedya: menulis berarti memetakan sejarah. Halah, kalo tulisan kita mah sebenernya gak ada hubungannya ama sejarah. Cuma mengukirkan betapa masa muda kami ini sangat indah. Dan jelas nggak mutu isinya. Jadi, mending kalo sisa-sisa waktu dan pengen baca yang tidak terlalu berguna sajalah baru buka blog kami... Tapi apapun komentar, masukan dan pendapat teman-teman, semuanya adalah cendera mata yang indah buat kami...

Ria dan Kristina (hualah, koyok undangan penganten. Amit2 deh. Lesbong juga pilih-pilih ah...)

About Us

My photo
pindah2..tergantung mood, Indonesia
Sri Riyati Sugiarto (aka Ria) adalah cewek kelahiran limpung..(pinggiran kota Pekalongan)..habis sekolah di SMU St. Bernardus Pekalongan trus kuliah kedokteran di Undip Semarang..sementara Kristina Melani Budiman (aka Kristina) juga lahir di Pekalongan trus satu SMU ama Ria dan kuliah di Atma Jaya Jogjakarta. kami kenal di kelas 3 SMU tapi mo duduk bareng selalu ga bisa gara2 terlalu cerewet dan kalo duduk sebangku selalu bikin keributan karena hobinya menggosip jadi terpaksa sampai sekarang tidak pernah duduk bareng..untungnya kita ga satu kampus :p