Monday, August 18, 2008

Merdeka!!!

Dalam rangka 17 Agustusan, aku pingin nulis tentang Indonesia. Aku sebetulnya pingin nulis yang kedengeran keren, patriotik, nasionalis dan pinter, misalnya tentang politik, kebijakan pemerintah dalam menentukan harga BBM, tentang kerusuhan Monas, kewajiban punya NPWP atau tentang harga cabe merah. Tapi karena kita sudah mendedikasikan blog ini untuk hal-hal yang tidak penting makanya aku tidak mau mencemari dengan menulis hal yang bermutu apalagi penting.

10 Keuntungan menjadi warga negara Indonesia:


  1. Orangnya pantang menyerah. Ini karena semua hal di Indonesia itu gak ada yang gampang. Mau bikin visa aja dikerjai dulu sebulan di kedutaan dan ditanya-tanya apakah kita punya duit cukup(kaya mau kredit motor aja) dan apakah kita nggak akan jadi mendadak dangdut eh mendadak TKI. Yang lebih mengagumkan adalah perjuangan hidup orang-orangnya. Bayangin aja kalo kita harus bangun pagi-pagi untuk bikin nasi megono pincukan (makanan khas pekalongan dan sekitarnya, termasuk limpung) dan harga jualnya cuma seribu lima ratus rupiah per pincuk (per bungkus). Kapan kayanya ya? Karena itulah jarang sekali orang Indonesia yang hedonis (setidaknya tmn2ku nggak gitu ya). Hebatnya lagi orang-orang ini juga tidak cari kekayaan. Mereka jualan buat identitas. Contohnya: Nyah Lekas bakul gado-gado atau Lek Panut tukang jual es tung-tung. Nama ini sudah melekat sehingga mereka akan tetap jualan biarpun sudah nggak butuh uang, tetap dengan cara yang sama. Lek Panut tetap dengan gerobak esnya meskipun udah punya motor Yamaha terbaru. Dia betul-betul sadar bahwa dengan jalan kaki esnya bakalan lebih laku dari Walls yang cepet kelewatan karena jalannya ngebut, trus lebih ramah lingkungan karena nggak mengeluarkan emisi. Aku akan menulis lebih lanjut tentang dia lagi nanti.
  2. Semuanya serba murah. Gado-gado seribu, burjo seribu lima ratus, nasi megono juga, es teh serbu ampe dua ribuan, nasi putih anget dua ribu, ayam goreng lima ribu, telur penyet tiga ribu. Aduh aku kok malah jadi laper ya? Rekornya, kita bisa makan cuman 3500 rupiah 2 kali makan padahal di Jakarta lho. Mau tau caranya? Tanya aja ama Kristina khekhe...
  3. Orangnya kuat-kuat. Gimana enggak, nggenjot sepeda dengan beban puluhan kilo kaya tukang ojek sepeda, naik kereta ekonomi yang minim oksigen dan berdiri belasan jam diantara keringat dan ternak, ngangkat galon aqua sendiri dan nggak kuatir kalopun harus jadi kuli.
  4. Menikmati hidup. Karena irama hidup yang Dhandhang gulo dan Asmaradhana, kita bisa benar-benar menghirup kopi sambil petan (cari kutu) tanpa khawatir ketinggalan kereta.
  5. Banyak nasi dimana-mana. Ada warteg, warung nasi, warung pojok, nasi angkringan dan nasi kucing. Nggak bakalan kuatir kalopun laper malem-malem. Pasti masih ada warung yang buka. Semuanya 24/7 (kecuali kalo dagangan habis sebelum waktunya).
  6. Nggak bakalan mati kedinginan. Orang nggak bakal mati kepanasan. Paling cuma pusing dan mimisan. Lagian bisa langsung sembuh dengan teh anget, balsem dan kerokan.
  7. Sea food yang murah meriah dan enak. Oya, trus dimasak dengan enak juga. Aku pernah makan kepiting pedas seharga 20 ribu, 2 ekor. Kepitingnya merah dan gurih, dimasak pake cabe besar-besar. (kayaknya aku agak laper sekarang, buktinya nulis makanan mulu) Di Jepang mungkin banyak sea food juga tapi mahal dan nggak dimasak. Katanya mentah itu segar dan sehat. Tapi juga amis, njelehi dan nggak ada rasanya babar blas. Alot lagi. Pokoknya Sea food Indonesia masih yang terbaik lah.
  8. Daya tahan tubuh yang baik. Aku bisa makan apa saja karena pada dasarnya bakteri ususku seperti Rambo. Bakteriku udah terlatih dari ketela bakar, babi bakar batu dan kodok bakar dengan kepala utuh di Papua, makanan bau-bau formalin di depan lab Anatomi, tukang mie lontong yang di dalamnya berenang-renang lalat ijo keemasan. Jadi aku siap untuk makanan apapun, misalnya otak kera bumbu pecel atau usus kodok saus yugoslavia.
  9. Punya hubungan sosial yang baik. Karena semuanya berawal dari koneksi. Dengan koneksi kita bisa dapet kerjaan, dengan koneksi kita bakalan dapet potongan harga. Nggak seperti di Inggris semua orang begitu dingin dan sendirian, di Jawa bahkan kita nggak makan gak papa asal kumpul. Tapi pastinya lebih enak kumpul-kumpul sambil makan-makan. Kalau jadi orang yang penyendiri di Indonesia pasti dianggap psikopat, di cap orang gila atau paling mungkin banyak utang sehingga takut ditagih kiri-kanan. Terus nanti pasti ada orang yang diam-diam masuk ke rumah cuma untuk mengintip apakah orang ini nyembunyiin mayat di gudangnya.
  10. Apapun bisa jadi duit. Bahkan koran, karton dan botol bekas bisa di jual. Di tempat lain di dunia ini buang barang malah harus bayar. Kita mah selalu hati-hati kalau mbuang karena bahkan sebelum dibuang sudah pasti ada yang mau nerima dengan ikhlas dan tawakal.

1 comment:

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

hua hahahahaha..bener2 kowe punya jiwa nasionalisme yang tinggi yo. haruse kowe seneng dangdut asale kowe begitu bangga jadi orang Indonesia. Tapi ga semua makanan murah o..nek di kampung mungkin murah..tapi nek di Jkt makan 2 kali 3500 itu bener2 ngenes o. Trus soal pantang menyerah aku jadi inget ama penjual sandal ban yang di kreta ekonomi. sandal yang dibikin dari ban hargane cuma 15rb padahal perjuangane kan berat. harus cari truk or mobil yang banE bisa diambil buat bahan baku. Belum harus motong2 pake piso ban yang tebelE pok dan dijait dengan sekuat tenaga pake jarum karung. bener2 deh perlu perjuangan buat bikin sepasang sandal seharga 15rb.

Jam

Sejujurnya, inilah Ria dan Kristina...

Ria dan Kristina, sama-sama punya ide-ide yang nggak masuk akal saking nggak bangetnya pikiran kami berdua. Obrolan kami ini, berkat kemajuan jaman dan menjamurnya aplikasi internet (hiduplah Indonesia Raya!), kami sekarang bisa tuangkan di blog. Dulu kami suka ngetik-ngetik pake mesin ketik manual di belakang kertas HVS A4 bekas fotokopian. Tapi tetep aja kami tidak berhenti menulis. Kata pepatah: setipis-tipisnya tinta masih lebih tajam dari ingatan manusia. Kata Pramoedya: menulis berarti memetakan sejarah. Halah, kalo tulisan kita mah sebenernya gak ada hubungannya ama sejarah. Cuma mengukirkan betapa masa muda kami ini sangat indah. Dan jelas nggak mutu isinya. Jadi, mending kalo sisa-sisa waktu dan pengen baca yang tidak terlalu berguna sajalah baru buka blog kami... Tapi apapun komentar, masukan dan pendapat teman-teman, semuanya adalah cendera mata yang indah buat kami...

Ria dan Kristina (hualah, koyok undangan penganten. Amit2 deh. Lesbong juga pilih-pilih ah...)

About Us

My photo
pindah2..tergantung mood, Indonesia
Sri Riyati Sugiarto (aka Ria) adalah cewek kelahiran limpung..(pinggiran kota Pekalongan)..habis sekolah di SMU St. Bernardus Pekalongan trus kuliah kedokteran di Undip Semarang..sementara Kristina Melani Budiman (aka Kristina) juga lahir di Pekalongan trus satu SMU ama Ria dan kuliah di Atma Jaya Jogjakarta. kami kenal di kelas 3 SMU tapi mo duduk bareng selalu ga bisa gara2 terlalu cerewet dan kalo duduk sebangku selalu bikin keributan karena hobinya menggosip jadi terpaksa sampai sekarang tidak pernah duduk bareng..untungnya kita ga satu kampus :p