Ternyata sudah melakukan pekerjaan yang sama selama bertahun-tahun tidak menjamin seseorang menjadi semakin ahli dalam pekerjaannya. Tentu saja ada beberapa sebab entah dia kurang mengikuti perkembangan jaman atau dia yang malas mempelajari hal-hal baru. Contohnya ada seorang karyawan yang sudah bertahun2 berada di suatu posisi dan tidak mau dipindah ke posisi lain karena dia sudah nyaman dengan pekerjaan yang sekarang. Kalau dipikir secara logika, seharusnya dia semakin lama akan semakin cepat dalam mengerjakan pekerjaannya. Tapi yang terjadi sebaliknya, di saat rekan kerjanya sudah menggunakan cara baru yang terkomputerisasi, dia masih menggunakan cara2 dia yang sudah kuno. Mungkin dahulu kala cara dia itu yang terbaik, sekarang belum tentu.
Mami saya mengalami hal yang sama beberapa hari yang lalu. Mami 3 hari sebelum Natal merasa tidak enak badan. Dia mual2 dan muntah kalau ada makanan masuk ke perut sepertinya karena malamnya makan sayur asam yang rada basi di warung nasi penyet. Selain itu dia juga demam dan lemas. Mami punya riwayat penyakit tekanan darah tinggi (tapi sekarang sudah normal) dan terakhir medical check up ketahuan bahwa kadar kolesterol dan trigliserida mami lumayan tinggi. Saya sudah menyuruh mami ke dokter tapi dia tidak mau. Alhasil pada hari Natal penyakitnya tambah parah, mami hampir tidak bisa makan karena habis makan selalu muntah. Karena hari libur jadi dokter spesialis tidak ada yang praktek.
Maka pergilah Mami bersama adik saya ke salah satu rumah sakit di kota Y (disamarkan karena saya takut dituduh mencemarkan nama baik rumah sakit dan masuk penjara seperti seseorang yang inisialnya P) ke bagian UGD. Di sana mami diperiksa oleh dokter umum yang sudah tua (tidak mendiskriminasi orang tua lho). Mami menyebutkan gejala2nya dan dokter itu pun memberikan resep obat ( yang saya cek di Wikipedia itu adalah obat mual, obat demam, antibiotik dan obat kolesterol yang harganya mahal). Mami juga disuruh cek darah takutnya demam berdarah atau tipes dan hasilnya normal. Periksa ke UGD aja sudah menghabiskan hampir 700rb rupiah. Sampai hari senin keadaan mami belum membaik juga alias masih mual2 dan ga bisa makan. Trus kaki mami juga bengkak.
Terpaksa mami periksa lagi ke dokter spesialis penyakit dalam (yang masih muda dan katanya sih ganteng mirip pemeran di suami2 takut istri yang pakai kaca mata). Kata dokter itu antibiotiknya seharusnya tidak perlu karena bikin tambah mual. Yang lebih bikin tercengang adalah obat kolesterolnya kata dokter jangan diminum lagi karena bikin saraf bengkak. Untungnya dokter yang ini baik jadi obat kolesterol yang mahal dan bikin saraf bengkak itu boleh dikembalikan ke rumah sakit. Herannya…kenapa dokter umum yang di UGD itu kasih obat sembarangan Cuma berdasarkan permintaan mami yang mengaku kolesterol tinggi langsung dikasih obat kolesterol. Mbok ya dicek dulu kolesterolnya emang benar2 tinggi atau nggak. Memang waktu medical check up kolesterol mami tinggi tetapi sudah sempat minum obat kolesterol dari dokter lain sebulan lebih.
Setelah dari dokter penyakit dalam, penyakit pencernaan mami sembuh…muncullah penyakit baru yaitu kaki mami bengkak dan panas. Berarti terbukti kata2 dokter penyakit dalam kalau obat kolesterol itu menyebabkan saraf bengkak. Hari ini mami periksa ke dokter spesialis saraf untuk mengetahui ada apa dengan kakinya yang bengkak.Kesimpulannya…tadinya mami Cuma sakit pencernaan aja keliatannya karena salah makan namun malah terkena penyakit yang lain gara2 salah obat. Siapa yang akan bertanggung jawab…T-T
Saya sempat search di mbak google dan menemukan artikel tentang obat kolesterol itu di Wikipedia(http://en.wikipedia.org/wiki/Gemfibrozil) yang menyebutkan kalau efek sampingnya adalah:
Nontherapeutic effects and toxicities
- gastrointestinal distress (sudah tahu mami sakit pencernaan malah dikasih obat ini)
- Musculoskeletal pain (terbukti kakinya bengkak dan sakit)
Semoga mami bisa cepat sembuh aja deh harapan saya….dan pesan kepada dokter tua yang di UGD RS di kota Y…tolong lain kali pikir2 dulu sebelum kasih obat ke pasien.
NB: Foto makanan di atas diambil oleh saya sendiri jadi tidak perlu hak cipta ya...itu untuk melambangkan makanan pedas yang bikin sakit perut.
5 comments:
Mungkin dokter tua itu merasa jam terbangnya sudah lebih banyak (dokter atau pilot sih?), jadi ngga teliti dan main kasih resep saja. Untung mami kamu ngga dikasih obat yang efek sampingnya mematikan. Lain kali berobat ke dokter yang muda aja ya? Hehe... OTT: Kenapa ya kalau saya mau masukin foto kalau dari komputer (bukan dari url) koq ngga muncul gambarnya ya? Tau cara ngakalinnya?
dokter tua itu cuma berkedok, profesi yang sebenernya: tukang jualan obat, hehe... ^^
Aku juga pernah sakit batuk rada parah pas malam takbiran (menjelang Idul Fitri), dokter langgananku tutup, terpaksa ke RS yang ada di area G, Jakarta Barat, ditangani dokter umum yang masih bau kencur, dikasih obat batuk yang mahal banget (mosok tagihannya sampe 300rb lebih) dan setelah obatnya habis, batuknya masih tetep berlanjut. Setelah dibiarin beberapa lama, baru batuknya bosen dan brenti sendiri. Padahal kalo ke dokter langganan, dikasi obat generik yang murah meriah aja udah sembuh.
The moral of the story: jangan jatuh sakit pas hari besar ato hari libur, karena dokter yang bagus-bagus biasanya pada cuti...
Musculoskeletal pain itu gak tmsk bengkak lho Kris. Apa sekarang sudah sembuh bengkaknya? Masih sakit perutkah? Harusnya atasi masalah keracunan makanannya aja ya, urusan kolesterol dsb kan bisa diurus nanti, kalau yang gawat udah selesai.
Aku setuju banget, kalo ngasih obat kolesterol harus dicek darah dulu. Atasi masalah yang gawat aja. Sebenernya aku juga pernah salah obat. Aku muntah2 terus trus dikasih obat sama dokter, malemnya gak bisa tidur dan deg2an. SAmpai berakhir di UGD. Trus dikasih tahu bahwa masalahnya bukan di penyakitku tapi obatnya yang terlalu keras. Trus aku dikasih obat lain dan disuruh hentikan pengobatan sebelumnya. Waktu itu baru lulus SMU dan nggak tahu obat apa. Saat itu sbnrnya aku mikir, dokter UGD itu kok keren banget. Aku langsung tidur dan berhenti deg2an dan gak muntah lagi. Jadi mikir, aku pingin jadi kaya dia.
Sebenernya keinginan itu nggak jadi kenyataan. Karena aku tetep nggak brewokan dan beridung lancip kaya dia. Tapi harus kuakui jadi dokter jaga UGD itu berat banget, bukan kapasitas dokter umum biasa. Dan jelas nggak main dengan pengobatan ala koki, kurang manis tambah gula, kurang asin tambah garem. Apalagi dengan bujukan rep. Btw, mamaku juga sakit batuk nggak sembuh2 padahal obat batuknya 500rban daridokter spesialis. Aku nggak habis pikir juga, apa yang salah ya sama pelayanan kesehatan kita?
selvia: iya kayanya dokter itu tidak mengikuti perkembangan obat...kan banyak obat yang dulu boleh sekarang dilarang yaa... soal ga muncul gambarnya...keliatannya gambar kamu kegedean ga sizenya? lebih dari 1 mega gitu...
biasanya sih aku resize dulu jadi cuma beberapa kb....
santi: ahahaha...iya mungkin dia dapet persenan gede dari jualan obat kolesterol yang mahal itu. moralnya lagi..kalo sakit mendekati hari libur cepet2 periksa sebelum dokternya liburan ya
kayanya RS di area G itu aku pernah juga periksa gara2 batuk..dikasih obat malah batuk2 mulu di malam hari dan ga bisa tidur
oo..salah yo...jadi muscu pain kuwi meliputi opo? takpikir sakit di otot ngono...
yo ketoke ki ono seng bermasalah di sini o...soale biasane dokter jadi komersil..liat wae neng jkt jarang seng melahirkan normal...disuruhe kebanyakan cesar..
mugakno banyak yang lari ke luar negri buat berobat....yang ga punya duit yo berharap sakite ojo parah2 wes..
Post a Comment