Tiba-tiba saya ada di Cilacap. Memang blog ini apdetnya setahun sekali, kayak festival tahunan ondel-ondel dan cilok goreng.
Saya sudah berada di kota pantai di ujung barat Jawa Tengah ini sejak 4 hari yang lalu. Ceritanya saya lagi mengunjungi rumah sakit dan puskesmas di kabupaten Cilacap. Bukan sih, bukan kunjungan kenegaraan. Cuma numpang liat RS yang paling aman di Jateng, berkat penjagaan bapak-bapak polisi 24/7 di bangsal yang isinya residivis Nusa Kambangan. Keren bukan?
Cilacap termasuk kota yang tenang, jalannya tidak naik-turun kaya rute Semarang-Gombel-Banyumanik tapi rata dan lengang sehingga bersepeda sangat menyenangkan. Bahkan ada pasangan kakek-nenek yang sepedaan di hari minggu yang cerah, pas naik jembatan si nenek turun dan pas turun jembatan si nenek langsung naik tanpa sepedanya berhenti. Wuah. Kalah sigap deh kernet metromini ama wanita antik nyaris jadi fosil ini. Di tempat ini juga becak masih bertebaran laksana bintang2. Kalau di Gombel, becak sudah punah karena seleksi alam.
Tempat paling populer di Cilacap? Bukan Super Megamall Cilacap yang memang gak ada, tapi...tempat pelelangan ikan! Tempat ini menjual ikan segar dari cumi, udang, kakap sampai gurita dan pari. Ikan asin dari jambal sampai pari goreng yang dibentuk kayak kipas (nggak bohong. Beneran ada lho. Bahkan bisa dipakai buat kipasan sungguhan kalo kipas angin lagi mati). Yang paling OK di Cilacap adalah pabrik minyak perusahaan pertamina. Gedung2 seperti stadion dengan atap terbuka (mungkin) untuk tempat penyulingan/pengolahan minyak. Pabrik pertamina ini terlihat menjulang di sepanjang jalan ke pantai. Pertamina menurut saya banyak berkontribusi pada perekonomian kota Cilacap.
Pantai yang paling dekat dari kota adalah pantai teluk penyu. Pantai ini biasa saja, kotor dan penuh tukang ondong-odong. Tapi es kelapa mudanya enak sekali dan murah. Satu kelapa ditarik harga Rp. 5,000, sudah termasuk sedotan. Dari pantai ini kita bisa dengan gampang naik perahu ke Nusa Kambangan. Biaya PP seorang 15,000. Sebetulnya jarak antara Cilacap dan Nusa Kambangan deket banget. Kalau kita berdiri di pinggir pantai, pulau yang hijau ini kelihatan berjarak cuman sejengkal, sampai kepikiran kita bisa saja pergi ke sana dengan berenang. Tapi karena arus di Pantai Selatan Jawa selalu keras sekali, berenang sangat tidak aman (kalau enggak pasti udah saya coba tuh *pelit banget*). Lagipula, tidak lucu kalau ketabrak kapal besar untuk pengeboran minyak lepas pantai. Pantai Cilacap dikenal sebagai pelabuhan alami (natural harbour) terbesar di Jawa (apapun artinya). Di pantai teluk penyu ini bertebaran kapal-kapal pengebor yang besar, berderet berdampingan di anatara kapal-kapal nelayan. Pantai Teluk penyu dihiasi sampah dan barang2 tak teridentifikasi lainnya (seperti biasa) tapi melihat ke arah horison yang biru muda, dengan kapal kapal besar dan corong-corong asapnya, membikin saya jatuh cinta pada Cilacap.
Salah satu perahu nelayan yang sering dipakai untuk mengangkut 'turis' ke Nusa Kambangan adalah jukung. Salah satu jukung yang lewat di depan kami dengan hebohnya menulis, "Kapal cepat. Antar pulau antar propinsi" Saya ketawa. Antar propinsi? Seberapa jauh jukung bisa pergi? Tapi teman saya memprotes, "Betul itu Bu, sedikit ke Barat kan sudah propinsi Jawa Barat." Oke, berarti tukang perahu itu tidak berlebihan. Mungkin saja dia tiunggal di perbatasan antara Jateng dan Jabar. Yang masalah cuman STNKnya diperpanjang di mana? (kan daerah operasinya di dua propinsi). Biasanya jukung diberi nama seperti 'Cahaya Mina', 'Sumber Rejeki', 'Sidoluhur baru'. Kami harus menghapal nama jukung kami karena nanti sesudah selesai dari pulau Nusa Kambangan kami harus menbelpon tukang jukung yang benar untuk minta dijemput. Tapi jukung yang saya naiki namanya sangat down to earth, 'Jaguar'. Jadi saya bisa bilang ke penjaga loket di pulau Nusa Kambangan, "Tolong panggilkan Jaguar untuk menjeput Pak. Saya mau pulang,"
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Jam
Sejujurnya, inilah Ria dan Kristina...
Ria dan Kristina, sama-sama punya ide-ide yang nggak masuk akal saking nggak bangetnya pikiran kami berdua. Obrolan kami ini, berkat kemajuan jaman dan menjamurnya aplikasi internet (hiduplah Indonesia Raya!), kami sekarang bisa tuangkan di blog. Dulu kami suka ngetik-ngetik pake mesin ketik manual di belakang kertas HVS A4 bekas fotokopian. Tapi tetep aja kami tidak berhenti menulis. Kata pepatah: setipis-tipisnya tinta masih lebih tajam dari ingatan manusia. Kata Pramoedya: menulis berarti memetakan sejarah. Halah, kalo tulisan kita mah sebenernya gak ada hubungannya ama sejarah. Cuma mengukirkan betapa masa muda kami ini sangat indah. Dan jelas nggak mutu isinya. Jadi, mending kalo sisa-sisa waktu dan pengen baca yang tidak terlalu berguna sajalah baru buka blog kami... Tapi apapun komentar, masukan dan pendapat teman-teman, semuanya adalah cendera mata yang indah buat kami...
Ria dan Kristina (hualah, koyok undangan penganten. Amit2 deh. Lesbong juga pilih-pilih ah...)
Ria dan Kristina (hualah, koyok undangan penganten. Amit2 deh. Lesbong juga pilih-pilih ah...)
About Us
- Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman
- pindah2..tergantung mood, Indonesia
- Sri Riyati Sugiarto (aka Ria) adalah cewek kelahiran limpung..(pinggiran kota Pekalongan)..habis sekolah di SMU St. Bernardus Pekalongan trus kuliah kedokteran di Undip Semarang..sementara Kristina Melani Budiman (aka Kristina) juga lahir di Pekalongan trus satu SMU ama Ria dan kuliah di Atma Jaya Jogjakarta. kami kenal di kelas 3 SMU tapi mo duduk bareng selalu ga bisa gara2 terlalu cerewet dan kalo duduk sebangku selalu bikin keributan karena hobinya menggosip jadi terpaksa sampai sekarang tidak pernah duduk bareng..untungnya kita ga satu kampus :p
5 comments:
tenang....tenang....tulisanmu iki orak garing kok...malah bisa mencerahkan hatiku yang sedang kelabu karena tidak ada tempat mengadu....jadi sebenere cilacap kuwi apikE opo yo?
ketokE cocok buat masa pensiun orang2 yang tadinya bermata pencaharian sebagai nelayan karena dia bisa mengenang masa lalu sewaktu masih eksis mencari ikan dengan mendatangi tempat pelelangan ikan..malah bisa juga belajar bikin ikan jambal roti yang dibentuk kipas angin...kalo diekspor ke afrika kayaknya bakalan laris karena di afrika ga ada ikan jambal roti...
kalo suasana pengeboran minyak mengingatkan diriku waktu dulu (curcol) ke suralaya dimana banyak kapal2 minyak...dan tempat wisata terkenal di sana konon bernama Pulo Rida (plesetan dari Florida) yang sayangnya tidak sempat saya kunjungi...padahal siapa tahu di sana ada bekstrit bois yaaa
Jadi jukung itu nama sejenis perahu? Keputusan kamu ngga jadi berenang sudah benar, bukan saja untuk menghindari ditabrak kapal, tapi supaya nanti kamu tidak salah dijaring karena dikira mermaid. Hehe...
Berkunjung....., untuk yg pertama..!!!
sY komen dulu baru baca..,
saya malah belum pernah ke sana. tapi keren juga ya nenek2 itu...kuat naik sepeda.
Halo semua! Terimakasih kunjungannya. Kristina: makasih dibilang kalah garing dari krupuk yang dijemur. Aku pingin ke Pulau Rida! nanti aku kasih tahu apa di sana ada bekstrit boys. Selvia: Iya, jukung itu perahu yang punya dua lengan di kanan kirinya, buat menyeimbangkan. WK: salam kenal. Mbak Fanny: mungkin karena sering makan jambal mbak...
Post a Comment