Friday, October 16, 2009

Terserah Tapi kok Ngarep?

Sering dengar istilah, "Terserah Tuhan saja," keluar dengan gampang dari mulut orang-orang? Bulan Agustus lalu saya baca Reader's Digest tentang kata-kata yang sering digunakan dan kedengeran menyebalkan (The top ten most irritating phrases in the English language). Kata-kata itu antara lain adalah: At the end of the day, Fairly unique, At this moment, I personally, It's a nightmare, It's not rocket science, With all due respect, Absolutely dan Shouldn't of. (www.rdasia.com)

Nah, menurut saya, kata-kata yang menyebalkan itu adalah 'terserah Tuhan'. Kenapa?

At this moment, entah kenapa orang pada gatel menyomblangi saya. Dari adik saya sampai temennya tetangga sebelah paman dari ibu saya (sumprit, urutannya memang begitu). Pasalnya *curhat nih* adik saya yang cewek sudah mau menikah. Tidak elok kalau melangkahi saya duluan. Pamali. *Bukannya yang pamali itu cuma: makan pas di depan pintu, potong kuku malam hari dan keramas malem Jumat Kliwon? Pasti saya kelewatan primbon pamali edisi terbaru* Kalau saya sendiri merasa lebih tidak elok kalau maksa atau mburu-mburu orang kawin. Kambing aja nggak kawin kalau belum musimnya. Tapi mereka ngeles, "Kenalan saja kan nggak masalah,"

Saya bukannya sok idealis atau sok pilih-pilih. Kenyataannya saya juga sering ditolak dan sering patah hati *jujur nih* tapi ini tidak membuat saya tidak percaya pada cinta sejati, apalagi skeptis (pejuang cinta tanpa bambu runcing). Saya cuma punya pendekatan yang lain berkat bukunya Mas Joshua Harris. Menurut dia, untuk memperoleh cinta sejati itu tidak ada trik dan strateginya (emangnya ujian CPNS ato UMPTN?), tapi cuma butuh ketulusan. Selama kita masih sorangan, itu artinya berkah, karena kita punya waktu untuk mengembangkan karakter, menikmati kebebasan, mempersiapkan diri menjadi pasangan yang baik serta melakukan hal-hal yang berguna dalam kapasitas sebagai lajang. Jadi I personally tidak pasang mata pasang telinga dan siap mengarah target. Semuanya itu proses dan yang terbaik hanya bisa terjadi kalau waktunya sudah tiba. Seperti urutan upacara bendera: pembukaan, kata sambutan, mengheningkan cipta, pengibaran bendera dan doa penutup; kita kan tidak bisa melewati salah satu bagian supaya cepat selesai *meskipun pengen*. Saya ingin mengalami tiap tahapannya. Tapi kayanya susah membuat orang lain mengerti ini. Kalau saya bilang, "Saya tidak berkencan," dipikirnya saya malah lagi patah hati. Walah.

Saya nggak pernah ambil pusing soal kenal-mengenal orang. At the end of the day, saya tetap pada keputusan saya semula. Tapi akhir-akhir ini saya merasa tidak enak hati terhadap kenalan-kenalan itu. Meskipun bertema, "Teman saja," tapi mau tidak mau konteks kita sudah jelas yaitu percomblangan. Dan di sinilah muncul istilah itu: "Terserah Tuhan," dalam arti orang-orang ini percaya jodoh ada di tangan Tuhan. Kalau memang percaya, seharusnya tidak perlu ada acara perkenalan ini. Tapi selalu ada sanggahan, "Kadang-kadang kan Tuhan bekerja lewat orang-orang," Jadi intinya, terserah, tapi kalo bisa sih...kenapa enggak. Ini mah namanya bukan terserah, ini ngarep. With all due respect, saya juga manusia. Saya juga bisa naksir orang. Tapi saya berusaha untuk tidak memaksakan kehendak saya. Saya ingin yang terbaik terjadi pada saya, dan itu tidak bisa kalau cuma menuruti otak saya yang kecil dan jarang dipakai ini. Andai ada yang tahu berapa kali saya berusaha menahan diri untuk tidak menghubungi orang yang saya kagumi! It's a nightmare! Tapi inilah satu-satunya jalan untuk berani bilang terserah yang Di Atas, yaitu menurut saja pada apa yang dipercaya benar, meskipun jalannya kok kelihatan nggak jelas sama sekali. Tidak setiap saat bertanya: Kenapa? Siapa? Dia bukan? Kapan? Sampai kapan? Apakah dia? apalagi sambil berHHC. Harap-harap Cebok. Saya menjalani apa yang ada sekarang dengan bahagia karena saya percaya. Tidak perlu ngarep.

Tidak sulit membedakan antara naksir dan tidak naksir. Nggak percaya? Lihat aja reaksi cewek-cewek terhadap Choky Sitohang. It's not rocket science. Menghadapi orang-orang yang dikenalin bikin saya serba salah. Pinginnya sih netral, apa daya selalu masuk gigi persneleng. Mau cuek, dibilang sok. Mau antusias, dikira ngefans. Mau bete, disangka PMS. Mau diem aja, nanti dipikir lagi ngemut permen asem. Mau berdehem-dehem tanda nggak nyaman malah dikira keselek duren. Syusyah. Masalahnya sudah ada sejak awal, proses kenalan kita itu tidak natural. Ada maksud dibaliknya. Padahal untuk mengenali secara betul karakter seseorang, kita harus berada dalam lingkungan keseharian yang sebenarnya dan tidak ada pretensi, tidak ada penilaian, tidak ada harapan tersembunyi. It shouldn't of.

Saya tahu semua orang itu fairly unique dan mungkin ada juga yang dapet jodoh dengan cara beginian. Tapi sungguh, saya tidak nyaman. Saya merasa pendirian saya ditantang. Saya berusaha menghargai usaha keluarga dan keinginan mereka, tapi saya punya keinginan sendiri dan saya pikir sih keinginan saya tidak ada yang salah. Kata-kata, "Terserah Tuhan," bagi saya bukan berarti berpangku tangan, tapi berarti berusaha menjadi pribadi yang sebaik-baiknya dan sisanya diserahkan pada yang berwajib eh berwenang. Bukannya cari calon sendiri yang disuka, yang sesuai kriteria, dideketin berkedok teman, bilang "terserah Tuhan," tapi kalo dilanjutin sih "Terserah Tuhan kapan kamu mau menyerah sama saya, " sambil bilang "Saya bawa kamu dalam doa", dan sebagainya dan seterusnya dan lain lain. Saya sebenernya paling gokil sama orang yang bawa-bawa Tuhan. Ini bukti bahwa orang yang seagama belum tentu sepaham. Jadi singkirkan daftar kriteria yang melihat orang secara sempit! Orang itu sangat kompleks makanya nggak bisa dikotak-kotakkan. Emangnya pilkada? Itulah sebabnya kita bergantung sama yang lebih bijaksana, tidak ngarep, meskipun kalau ditanya apa saya mau dapet cowok ganteng-kaya-manis-baik-pinter-mempesona-audubilah-seksi? Absolutely. Tapi saya nggak akan cari, nggak akan bikin itu sebagai acuan. Kenapa? Karena mengimani kata "terserah Tuhan". Yang dikasih ke saya pasti yang paling cocok buat saya, meskipun tidak seaduhai si Choky-choky.

*Saya sudah menggunakan semua kata yang paling menyebalkan termasuk bagi saya sendiri. Rasanya emang memuaskan^_^*.

8 comments:

sekar said...

Lajang dan mak combang itu seperti petani dan gunung. Supaya tanah yang ditanami petani subur, gunung berusaha membantu dengan satu-satunya cara yang menurutnya paling efektif: meletus. Iya sih debu vulkano menyuburkan tanah, tapi kalo si petani boleh milih dia akan berusaha sendiri pake pupuk kandang aja, atau beli pupuk pabrik yang aman lingkungan, daripada harus susye ngungsi segala. Lagian, siapa tau jalannya dia bukan sebagai petani? Kalo terlalu cepat sukses panen, batal dong dia mengejar impian jadi DJ...
Jadi lajang yang punya pendirian memang menuntut penebalan kulit. Tapi semua itu ada hikmahnya
(ini termasuk 10 frasa paling menyebalkan dalam bahasa Indonesia). Nantinya, kalo memutuskan untuk menikah, kulit tebal kita akan berguna untuk menghadapi serbuan pertanyaan, "Kapan punya anak?" ("Oh, sedang diusahakan, Tante. Makanya sebentar lagi kami berdua harus permisi pulang, kebetulan hari ini saya ovulasi.")
Beberapa hal yang bisa dicoba untuk mengurangi gempuran percomblangan: pura-pura lagi patah hati, mengumumkan tidak percaya sama lembaga pernikahan, pura-pura pacaran sama teman yang bukan tipe idola calon mertua (misalnya sudah punya istri, atau yang lebih bagus lagi, sudah punya suami).
Akhir kata, sepatah nasihat (maap, nggak bisa ditahan): meskipun diserbu ribuan mak comblang, jangan sampai jadi hambatan untuk menikmati masa lajang. Konon, orang sibuk mencomblangi karena iri sama yang masih lajang...

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

=D Sekar, sumpah pemuda (kan hampir nih) aku ampe ngesot di lantai karena ketawa. "Kebetulan hari ini sedang ovulasi," adalah alasan terbaik untuk pamit. Makasih atas idenya, selama ini kalo buru2 pulang alesannya melulu sekitar: kompor belum dimatiin, kucing belum dikasih makan, lupa nyalain listrik kandang ayam, lupa nurunin cucian, lupa anak tetangga belum dipulangin, dan seribu alasan membosankan lainnya! Ide ini brilian!

Kayaknya sih gitu. Gimana gak diiriin, harga susu formula naik, beras naik, kredit rumah naik, aku nggak bingung. Sehari-hari cuma nongkrongin tipi sambil mainan blog, gak ada yang nangis2 minta dikelonin (anak maksudnya, hihihi). Sekar dirimu jarang ngomong tapi sekali bicara bikin terpana ya. Memang semua ada hikmahnya (rak nyambung, tapi biarin supaya official jadi frasa paling menyebalkan bahasa Indonesia)

sekar said...

Yaaaa, itung-itung curcol melepas kedongkolan. Nggak di jogja nggak di sini, sammaaa aja pertanyaannya! (teteup masih dongkol).
Eh, ngomong-ngomong, siapakah Choky Sihotang?

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

Ki akibate kesuwen ning NY. Itu pembawa acara Take Him Out, Take Me Out Indonesia dan Happy Song. Lagi naik daun banget karena orangnya kliatan pinter, gaul, manis, cakep, imut, bersih kaya lantai habis dilap pake super pel. Coba googlein aja. Btw Sitohang bukan Sihotang. Digampar ama paribannya nanti lho hahaha

yans"dalamjeda" said...

ups...sayang si mak comblang belum sempat ketemu saya. Coba kalo ketemu, pasti bakal ngarep. tapi terserah situ... hhehe.

jc said...

Eh, selain siap ditanyain 'Kapan punya anak?' jika blom punya anak, maka juga harus siap juga 'Kapan nih nambah lagi?' atau 'Kapan nih adiknya?' Percayalah!

Btw, saya mantan makcomblang loh.. dan karir ini saya lakukan sejak saya masih lajang, jadi mitos tentang makcomblang itu nyomblangin karena iri dengan yang lajang tidak berlaku buat saya *bela diri!!! hiatttt!!!!* Sejauh ini hasil makcomblang saya ada 2 udah kawin, 1 baru jadian dan 3 kali gagal. Lumayan lah... tapi biasanya saya nyomblangin atas permintaan dan tergantung stock, gitchu.
Sekian dan terima kasih promo hari ini.

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

hahaha....aku ngerti sopo seng dimaksud neng artikel iki...

halo sekar..salam kenal..komentarmu lucu juga...besok2 kalo ada tamu ga diundang dateng ke rumahku pas aku dah merit..aku mo bilang gitu aja ah..."sori ya kita mo bikin anak dulu mumpung saya lagi ovulasi...kan ovulasi ga tiap hari".

yans dalamjeda,,,mo ketemu ama mak comblang? sini ketemu saya aja..saya juga mak comblang lho

koyo kowe jes...aku mak comblang berapa ya..takitung sek..siji wes merit...siji putus...siji wes pak merit...siji durung merit dan durung ono rencana merit...siji cuma jadian sebulan...

jadine sukses rak yo aku dadi mak comblang hahaha...

Fanda said...

Untunglah sampe saat ini ga ada yg berusaha mak comblangin aku...

Tapi aku kok ga ngerti kenapa ya kata2 itu ga disukai? Maklum bukan org Amrik... Menurutku ungkapan 'terserah Tuhan' adalah ungkapan yg indah kalo benar2 dimaknai, bukan hanya sekedar semayan tp ga mau tanggung jawab loh.

Karena Tuhan kan yg paling tahu apa yg terbaik buat kita. Jadi, just do your best, and let God do the rest.

*Minta ijin bongkar2 posting lamamu, soalnya kadung kesini tp posting terbarumu ga bs dibuka, pake posting terjadwal ya?

Jam

Sejujurnya, inilah Ria dan Kristina...

Ria dan Kristina, sama-sama punya ide-ide yang nggak masuk akal saking nggak bangetnya pikiran kami berdua. Obrolan kami ini, berkat kemajuan jaman dan menjamurnya aplikasi internet (hiduplah Indonesia Raya!), kami sekarang bisa tuangkan di blog. Dulu kami suka ngetik-ngetik pake mesin ketik manual di belakang kertas HVS A4 bekas fotokopian. Tapi tetep aja kami tidak berhenti menulis. Kata pepatah: setipis-tipisnya tinta masih lebih tajam dari ingatan manusia. Kata Pramoedya: menulis berarti memetakan sejarah. Halah, kalo tulisan kita mah sebenernya gak ada hubungannya ama sejarah. Cuma mengukirkan betapa masa muda kami ini sangat indah. Dan jelas nggak mutu isinya. Jadi, mending kalo sisa-sisa waktu dan pengen baca yang tidak terlalu berguna sajalah baru buka blog kami... Tapi apapun komentar, masukan dan pendapat teman-teman, semuanya adalah cendera mata yang indah buat kami...

Ria dan Kristina (hualah, koyok undangan penganten. Amit2 deh. Lesbong juga pilih-pilih ah...)

About Us

My photo
pindah2..tergantung mood, Indonesia
Sri Riyati Sugiarto (aka Ria) adalah cewek kelahiran limpung..(pinggiran kota Pekalongan)..habis sekolah di SMU St. Bernardus Pekalongan trus kuliah kedokteran di Undip Semarang..sementara Kristina Melani Budiman (aka Kristina) juga lahir di Pekalongan trus satu SMU ama Ria dan kuliah di Atma Jaya Jogjakarta. kami kenal di kelas 3 SMU tapi mo duduk bareng selalu ga bisa gara2 terlalu cerewet dan kalo duduk sebangku selalu bikin keributan karena hobinya menggosip jadi terpaksa sampai sekarang tidak pernah duduk bareng..untungnya kita ga satu kampus :p