Wednesday, September 16, 2009

Pilihan





Yang namanya memilih, menurut saya tugas yang berat. Sebenarnya setiap saat kita membuat pilihan. Dari yang gampang seperti: makan di warteg bu Dewi atau di restoran Padang, pesen es teh manis atau es cendol atau air putih saja, masak ayam atau ikan, mau tidur sekarang apa nanti. Maksud saya, keputusan-keputusan yang tidak terlalu besar efeknya dan tidak menyangkut hajat hidup orang banyak. Tapi akan susah kalau pilihan itu sifatnya penting dan permanen. Misalnya: memilih calon presiden, memilih pasangan hidup, memilih profesi, memilih tempat menetap, memilih kepercayaan, memilih cara hidup. Atau yang menyangkut hidup orang lain seperti memilih terapi yang diberikan kepada pasien. Kata yang pernah main saham atau future, dalam beberapa detik keputusan tahan atau lepas/jual bisa mengakibatkan untung atau rugi sampai jutaan. Ada juga yang bilang pada saya, pilihan yang benar pada waktu yang salah adalah salah. Nah, berarti kita masih harus memilih waktu yang tepat (keluh).

Ada lagi pilihan yang tampaknya tidak kelihatan tapi berpengaruh besar: memilih apa yang kita pikirkan. Cara pandang terhadap sesuatu. Misalnya memilih untuk memaafkan ketimbang menyimpan dendam, memilih untuk memikirkan yang baik ketimbang memikirkan yang jahat, memilih untuk tidak mengumbar nafsu (bukan cuma bulan puasa saja yaaa). Apapun pilihan kita, kita dibentuk olehnya. Ini seperti bau badan kita ditentukan oleh sabun mandi dan deodoran yang kita pakai (ini perbandingan yang kurang pas sebenarnya). Saya bilang sih, kemampuan membuat pilihan inilah yang membedakan antara satu pribadi dengan yang lain. Nah orang yang cuma bisa ikut-ikutan dan tidak memilih sendiri inilah yang dibilang tidak berkepribadian. Kenapa? Karena setiap pilihan membawa konsekuensi. Kita bertanggung jawab atas pilihan kita sendiri. Baik atau buruk hasilnya kita petik sendiri. Pengecut lebih suka tidak memilih, atau istilahnya 'cari aman'. Padahal dengan begini dia kehilangan hak istimewa, yaitu menjadi orang yang bebas. Hanya budak yang tidak punya pilihan. Orang yang merdeka itu bebas memilih.

Pilihan itu kemewahan. Banyak orang tidak punya pilihan karena keterbatasan keadaan. Tapi kadang, harus diakui kita begitu takut memilih. Hal ini karena banyak pilihan yang kita buat mengarah ke tempat yang kita tidak tahu rimbanya. Sebagai orang yang penuh pertimbangan, kita ingin tahu semua kemungkinannya. Tapi kadang kemungkinan itu ada tidak terhingga. Dan ketika kita memutuskan ntuk menunda atau tidak memilih pun, kita tetap memilih juga. Yaitu memilih untuk menunda dan tidak memilih dari pilihan yang ada. Kata orang sih, beranilah memilih atau orang lain yang akan memilih untuk kita. Dunia ini bukanlah tempat yang sabar untuk menanti kita membuat keputusan. Kalau pekerjaan tidak dipilih ya akan disambar orang, begitu praktisnya. Kenapa saya bicara ngelantur tentang pilihan? Tidak ada intinya juga sih. Saya cuma sadar baru-baru ini saya bikin banyak pilihan, tanpa sadar penting atau tidaknya pilihan itu. Kadang efeknya langsung terasa, kadang dalam jangka panjang. Biar saya tulis beberapa.
1. Kalau ngantuk berat, saya sering memilih langsung molor dan tidak gosok gigi. Sekarang gigi saya lubang-lubang kaya jalur pantura waktu musim hujan.
2. Saya memilih masuk FK jaman lulus SMU dulu, sebenarnya karena cuma itu yang saya tahu kerjaannya apa (sampai sekarang tidak tahu orang yang belajar di fakultas tehnik industri itu kerjaannya apa? Sama tidak dengan Sipil?) dan juga pengaruh lingkungan. Tapi saya tidak pernah bertanya sungguh-sungguh saya minatnya apa. Sekarang jadi bingung mau mengarah ke mana dan bagian apa yang ingin saya tekuni.
3. Saya memilih tempat yang saya tuju di dunia dengan cara nusuk peta pake jarum dengan mata tertutup. Dua kali saya menusuk Laut Cina Selatan.
4. Saya cuma berkencan dengan orang yang menurut saya beda dari yang lain. Jadi kalau saya hidup di lingkungan yang semua prianya baik kemungkinan besar saya pilih yang jahat :-D
5. Saya selalu pilih makanan yang warna-warni, karena berdasar pengalaman saya makanan yang satu warna itu tidak enak. Misalnya: nasi jagung itu seret jadi kalau makan harus sambil minum air terus.
6. Saya pilih kerja di lingkuangan yang berbeda-beda karena dengan begini pilihan yang saya buat lebih mencerminkan diri saya sendiri dibanding di lingkungan yang familiar. Orang-orang yang mengenal kita punya pengaruh lebih besar terhadap pilihan-pilihan kita.
7. Saya milih makan pake tangan tadi pagi karena sendoknya belum dicuci (walah ini mah terpaksa namanya).

Intinya sih, pilihan itu memang tidak objektif. Kita selalu dipengarui pengalaman masa lalu, pembanding yang ada, kebutuhan-kebutuhan kita dan pengetahuan kita. Pokoknya sih kita tahu memilih butuh keberanian. Dan saya salut pada orang yang berani memilih.

13 comments:

Fanda said...

Halo..salam kenal!
Aku setuju tentang pilihan. Hidup itu adalah serangkaian pilihan yg kita ambil sepanjang hidup kita. Kalo kita grusa-grusu memilih, akhirnya bisa salah pilih. Tp kalo mikirnya kelamaan, akhirnya ketinggalan 'kereta'.

Makanya kedewasaan seseorang itu bisa diukur dari bijaksana tidaknya pilihan yg diambilnya.

Btw, ini blog kolaborasi ya?

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

Halo Fanda! Salam kenal juga. Sebenarnya maksud bikin blog ini cuma supaya saya dan sohib saya bisa tetep berbagi cerita dan tukar pikiran meskipun wujud kasarnya tidak pernah bersama-sama (jadi cuman 'wujud halusnya' alias postingan2 kami haha).

Betul, sekarang saya dalam tahap sadar kalau pilihan yang dulu saya buat efeknya sampai sekarang, padahal dulu mutusinnya nyantai2 saja, karena tidak terasa penting. Tidak menyesal sih, cuma sadar betapa naifnya saya itu hahaha.

Kalau Fanda, apa ada keputusan penting yang pernah dibuat? Apakah lama mikirnya? Apakah hasilnya memuaskan? ^_^ *kalo boleh tahu sih, silakan share disini*

Unknown said...

Ria, orang-orang Teknik Industri itu mikir tentang manajemen pabrik. Sedangkan orang-orang Teknik Sipil itu bikin jembatan. Setidaknya begitulah yang kira-kira bisa kupahami.

Kita tidak boleh menyesal memilih FK, Ria. Pilihan kita cuma dua: jadi dokter yang baik, atau tidak jadi apa-apa sama sekali.

jc said...

Waaa.. Ria chubby yah sekarang... wkakakaka.. mo numpang ngomong itu doang.. blom takbaca, baru takliat potonya udh pengen comment wkakakka

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

Buat Vicky: Wah makasih infonya. I have to admit that I am so ignorant about fields of study. Iya kalo sekarang memang pilihanku cuma dua itu. Makasih untuk membuatnya kliatan sangat jelas sekarang, bukan cuman sekedar dondong opo salak. Haha.
Buat Jessie: Asem. Dibaca to yo. Masak cuman BMRku yang dikomentarin huahahaha. Aku kelewat banyak memuaskan nafsu kulinerku belakangan ini (sampe bikin daftar). Mau bantu2 memperpanjang daftarku nggak Jess? (Nanti minta obat dietnya sama Kristina aja ahahaha)

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

halo salam kenal fanda..iya ini blog kolaborasi..tadinya kita sering surat2an..tapi karena mahal..jadi cari yang gratis aja yaitu ngeblog hehehe..

ria....aku pak ngomentari..iyo..emang hidup iki pilihan. nek wes mati juga isih ono pilihan, tapi cuma 2..mlebu neraka or surga. aku sering ngalami pilihan2 yang sulit dan yang paling sulit itu adalah:
milih mo ke kambing gunung or tetep di sini..(kambing kampung). aku ga nyesel si cuma kadang2 aku mikir..apa aku salah milih..karena aku mengikuti rasionalitas bukan kata hati. tapi yang terpenting aku percaya bahwa Tuhan selalu ada di balik semua pilihan kita. nek misale kita dah milih A tapi Tuhan menghendaki B, yo mesti yang terjadi B. koyo ngono si.
tapi nek pilihan seng sepele2 aku kok ragu Tuhan juga ikut ngatur..misal milih makan pake tangan opo pake sendok opo pake sumpit opo pake sikil :p.

jadi...selain milih sesuai kata hati juga perlu didoakan (aku walaupun orak nembe mulih retret..tapi cukup religius juga yo hehehehe)

Anonymous said...

hahaha, aku kok sama ya ky jc... liat tulisan ini yg jadi fokus malah ria nya...
because u look so different than before; (halah, pk sok inggris lg#)

gpp ria, menemukan jati diri ga bs di paksa, musti melalui segala hal... kl emang hrs nyoba semua hal, lakukan sj. Lewatin itu dg enjoy, kl emang "waktu" sbg bayaran nya, aku rasa ckup bharga unt dilalui

aku tau (bukan kenal lho) ada orang yg menemukan jati diri nya di umur 42 tahun, banyak orang bilang terlambat, termasuk istrinya... tp abis itu karirnya melesat. syg nya aku lupa profesi nya krn aku dngernya di smart FM (hehehe, aku tipe orang visual, jd kl dnger doank, cepet lupa)

-Petter-

jc said...

Wahahaha.. udah takbaca kok, Ya, tapi pas mau comment lagi ada gangguan, jadi ketunda deh..
Setuju banget kalo hidup itu pilihan. Seringkali kita juga nggak sadar kalo apapun yang kita lakukan dan putuskan itu bener-bener murni pilihan kita. Orang lain atau hal lain di luar kita hanyalah trigger buat kita untuk memutuskan atau melakukan hal tersebut. Tapi kalo kelihatannya 'salah milih' yg terjadi malah nyalahin orang lain. "Gara-gara kamu aku jadi bete!" Weleh, bete ga bete itu pilihan. Sama kayak si Hawa yang mutusin utk makan buah itu malah nyalahin iblis! Ga ada hubungannya kaliiii...
Pernah juga aku sebel banget sama status temenku di fb yang bilang gini: aku ga nyoblos, aku cuma pengen hidup tenang, damai, harga sembako enggak naek bla bla bla.
Enak aja, ga milih tapi pengen hasilnya. Itu mah kayak kalo pigi ke salon ga minta model tertentu, terus pas udah dipotong sesuai maunya yg punya salon terus marah2!
Lah aku kok jadi curcol sih?? Ngerti curcol ora, Ya?

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

Asem. Aku ora lemu2 banget. Kasih tau kalo udah gemuk banget, aku mau daftar iklan jamu pelangsing yang "sebelum". Aku bikin foto lagi wes. Yang bajunya lain, yang singset, hahaha. Thanks Pit! (halah ngundange kesane koyo Brad Pit wae padahal maksud'e Pit ki "Pitik")lol

Sri Riyati said...

Buat JC: orak ngerti curcol. Kowe mbok ojo nganggo bahasa gaul, aku tertinggal seabad. Curanmor aku ngerti. Cucur aku juga ngerti. Tapi curcol? Nggak ada di kamus Limpung-Indonesia. Hehe. Iya makasih akhirnya mbaca juga tanpa mengomentari lekuk tubuhku yang bahenol. Halah. Kalo aku mau kliatan kurus yang tak pajang bukan fotokulah, tapi Kris Dayanti atau Cici Piramida atau Cucu Cahyati. Curcol itu jangan2 Cucu Cahyati ngocol? (joko sembung tenan ki)

jc said...

Curcol iku curak colo (maksude sih benere plesetan dari cucak rowo tapi kethoke adoh banget yo?)

Sri Riyati Sugiarto & Kristina Melani Budiman said...

Hah? Curak colo? (garuk-garuk kepala, pundak lutut kaki). Maksude piye? Kowe dadi nyanyi cucak rowo ngono? (ki susahnya ngomong sama orang berIQ ngesot). Jess, aku pernah curhat panjang di blomu, padahal postingan lama. Kuwi contoh curcol juga ya? (harus digunakan dalam kasus/kalimat ben aku ngerti n paham maksude). Halah pancen aku lemot bahasa gaul. Jess kowe dadi laoshe bahasa gaulku wae piye?

jc said...

Hoh? Sing endi yo, Ya? Curhat dowo? Postingan lama? Sing endi?

Curcol ki jarene mahasiswa seko jakarta sing parttime nang ngonku iku CurhatColongan. Dadi lek sek ngobrol2 ngono terus ngerti2 cerito tentang pengalamane sing berhubungan dengan sing diobrolne mau (wes IQ podho ngesote kok njaluk penjelasan yo ngen iki dadine). Kowe takon kristina wae lah ben luwih gampang wkakaka

Jam

Sejujurnya, inilah Ria dan Kristina...

Ria dan Kristina, sama-sama punya ide-ide yang nggak masuk akal saking nggak bangetnya pikiran kami berdua. Obrolan kami ini, berkat kemajuan jaman dan menjamurnya aplikasi internet (hiduplah Indonesia Raya!), kami sekarang bisa tuangkan di blog. Dulu kami suka ngetik-ngetik pake mesin ketik manual di belakang kertas HVS A4 bekas fotokopian. Tapi tetep aja kami tidak berhenti menulis. Kata pepatah: setipis-tipisnya tinta masih lebih tajam dari ingatan manusia. Kata Pramoedya: menulis berarti memetakan sejarah. Halah, kalo tulisan kita mah sebenernya gak ada hubungannya ama sejarah. Cuma mengukirkan betapa masa muda kami ini sangat indah. Dan jelas nggak mutu isinya. Jadi, mending kalo sisa-sisa waktu dan pengen baca yang tidak terlalu berguna sajalah baru buka blog kami... Tapi apapun komentar, masukan dan pendapat teman-teman, semuanya adalah cendera mata yang indah buat kami...

Ria dan Kristina (hualah, koyok undangan penganten. Amit2 deh. Lesbong juga pilih-pilih ah...)

About Us

My photo
pindah2..tergantung mood, Indonesia
Sri Riyati Sugiarto (aka Ria) adalah cewek kelahiran limpung..(pinggiran kota Pekalongan)..habis sekolah di SMU St. Bernardus Pekalongan trus kuliah kedokteran di Undip Semarang..sementara Kristina Melani Budiman (aka Kristina) juga lahir di Pekalongan trus satu SMU ama Ria dan kuliah di Atma Jaya Jogjakarta. kami kenal di kelas 3 SMU tapi mo duduk bareng selalu ga bisa gara2 terlalu cerewet dan kalo duduk sebangku selalu bikin keributan karena hobinya menggosip jadi terpaksa sampai sekarang tidak pernah duduk bareng..untungnya kita ga satu kampus :p