Toilet-toilet yang ditulis Kristina adalah tentang keadaannya, seberapa parah keadaan tempat buang hajat ini, diurutkan bukan berdasarkan abjad tapi berdasarkan tingkat ketidaklayakannya (sedikit tragis tapi nyata). Bagi saya dulu juga, selain toilet di rumah saya sendiri, toilet adalah tempat yang paling tidak ingin saya kunjungi, kecuali terpaksa tentunya. Jadi, cepat-cepat menunaikan kewajiban, lalu pergi selekas mungkin (setelah mengguyur pastinya). Tapi setelah pindah ke belahan bumi utara, toilet lain lagi ceritanya. Pertama, saya yang biasa pakai WC jongkok tidak merasa nyaman buang air sambil duduk. Kedua, saya tidak tahu kalau tisu bisa digelontor ke dalam lubang toilet, jadi kalau tidak ada tempat sampah, saya bakalan bawa-bawa itu tisu bekas cebok kemana-mana, sampai menemukan tong sampah. Ketiga, orang Inggris tidak mengenal yang namanya bidet. Bidet adalah tempat cebok khusus yang pakai air, jadi kita benar-benar merasa bersih. Bukan cuma dilap pakai tisu. Sumprit jorok banget orang Inggris itu. Seharusnya mereka belajar "toilet training" dari orang Perancis atau Italia (di rumah mereka selalu ada bidet, bahkan di hostel murahannya!).
Tapi tulisan ini bukan mengenai bagaimana cara cebok yang benar, apalagi disertai dengan gambar penjelasannya. Yang ingin saya tulis adalah, bagaimana sekarang saya memandang toilet dengan cara yang berbeda. Bukannya berarti semua toilet di sini harum mewangi dan bersih seperti toiletnya hotel Horison Semarang, tapi karena toilet adalah tempat persembunyian paling nyaman di kala kita merasa ingin sendirian. Kedengarannya tidak masuk akal mengingat toilet umum biasanya adalah tempat yang becek, bau, sempit dan kadang pakai bayar seribu kalau mau masuk (hihi). Tapi meskipun toilet di sini sama-sama bau, sempit dan cuma berupa kubikel, setiap kali masuk ke dalamnya, saya merasa punya tempat sendiri, yang tidak mungkin diganggu gugat orang lain. Inilah dunia kecil saya, di dalam kubikel. Saya merasa tenang duduk di dudukan toilet meskipun tidak benar-benar kebelet. Ini fenomena aneh yang baru saja saya temukan. Dulu saya tidak pernah merasa 'at home' di dalam toilet (apalagi bukan toilet sendiri) tapi sekarang, misalnya saya berada dalam keramaian, banyak yang harus dikerjakan, perasaan saya sedang tidak baik dan banyak orang bicara dalam waktu yang bersamaan, saya akan kabur ke toilet. Saya akan duduk, diam selama beberapa menit, sendiri, bernapas dan berdoa (dulu ada yang bilang sama saya, jangan berdoa di toilet, tapi sekarang saya percaya Tuhan ada di mana-mana, termasuk di toilet). Setelah itu saya menekan tombol guyur (flush) dan saya merasa masalah saya juga sudah terguyur. Saya siap menghadapi dunia.
Kata toilet bagi saya sekarang berarti jeda. Setiap saat saya merasa ada hal yang harus diselesaikan, ada kereta yang harus dikejar, ada masalah yang harus diatasi dan semuanya datang pada waktu yang sama, ambillah waktu untuk nongkrong di toilet. Ngomong-ngomong, karena saya menggunakan toilet yang berbeda-beda, saya melihat 'dekorasi' yang berbeda juga. Satu toilet menempel gambar rasi bintang berikut posisinya di langit di belakang pintunya, yang lain foto dari kamera tersembunyi mengenai apa yang orang lakukan di dalam toilet (astaga, langsung merasa tidak nyaman), yang lain lagi mengenai macam-macam jenis sayur (apa hubungannya dengan buang hajat?) dan terakhir di restoran India adalah foto Dave Patel dengan Amitabh Bachchan (sangat orisinil).
Saya merasa toilet benar-benar penting fungsinya dalam kehidupan. Tentu, saya bisa saja pipis dimana-mana: di belakang pohon, pagar, di semak-semak, di pinggir sungai atau danau seperti si Pleki, tapi di kala semua tempat itu tidak tersedia -misal: banyak orang sedang piknik atau mancing atau sekedar mengganggu orang yang mau pipis sembarangan- toilet menjadi tempat terpenting bagi saya. Kalau saya punya toilet sendiri, kira-kira apa yang ingin saya tempel sebagai dekorasi? Mungkin gambar planet bumi dari google earth, sambil tutup mata ambil jarum dan tebak dimana jarum saya bakal tertancap. Atau macam-macam jenis burung dari kuntul sampai blekok. Pasti serasa buang air di alam liar. Apapun dekorasinya, toilet adalah suaka di kala kita ingin menghilang dan tidak ingin bicara dengan siapapun. Karena terkadang kita sekedar perlu waktu untuk sendirian.
2 comments:
Hahaha..lucu lucu..aku juga sependapat karo kowe. Toilet kuwi penting buanget nggo awakku dewe. Nek mampir neng ngendi2 mesti aku sempetke mampir neng toilet. Neng omahe sopo wae, neng mall, neng kreta, bis, dll. Jareku toilet kuwi iso menentukan pribadi seseorang. Nek toiletE jorok biasane wongE juga jorok. Biyen kostku neng jogja ono toiletE neng njero kamar dan toiletku kuwi resik sampe aku iso duduk di lantai toilet sambil luluran. Soal gambar..nek aku nduwe toilet dhewe ketokE bakalan takkei gambar pegunungan..ben tambah betah neng toilet…koyo berendam neng permandian air panas neng pegunungan.
Aku juga stress nek nemu toilet seng ora ono bindetE (bener rak ki nulisE) soale koyone ki rak resik dan segar. Saiki aku juga sering ngendon neng toilet pas neng kantor. Terutama nek isih ngantuk..iso merem2 sediluk or neng toilet nggo telp2an karo sms an ben rak ono seng ngerti.
Hehe. Yo kuwi bener kan, memang kita butuh privacy. Terutama nek pak merem-merem karo SMSan (biso yo Kris merem sambil SMS? Nek ngetik 10 jari sambil merem?)
Post a Comment