Friday, January 16, 2009

Heliosentris


Kata bu guru sih, heliosentris artinya berpusat pada matahari, lawan dari geosentris yang artinya berpusat pada bumi. Ini idenya Nicolaus Copernicus, ilmuwan asal Polandia. Tapi sumprit tulisan ini bukan bicara tentang ilmu tata surya.

Menurut Kristina, seorang akuntan/penulis blog paro waktu/pengkhayal penuh waktu/pelembur laporan pajak setiap waktu/pemuja film drama Korea sewaktu-waktu, heliosentris artinya: orang yang selalu menganggap dirinya pusat dari segalanya. Orang ini memiliki gejala: suka membicarakan diri sendiri, sulit untuk mendengarkan orang lain, suka tidak peduli pada lingkungan sekitarnya dan menganggap bumi tidak berputar pada porosnya melainkan pada dirinya. Jelas arti ini tidak tercantum di kamus besar bahasa Indonesia tapi kita semua (yang kenal Kristina) selalu menggunakan kata ini begitu ada orang yang menunjukkan gejala-gejala narsis.

Sayangnya, ternyata saya pun tidak bebas dari sindroma ini. Mulanya tentu saja saya tidak sadar, karena heliosentris ini, tidak seperti penyakit lain pada umumnya, lebih mengganggu orang lain daripada menganggu penderita. Biasanya saya memulai percakapan dengan "Apa kabar?", tapi berhubung jawabannya selalu, "Baik," dan nggak ada kelanjutannya, maka saya suka mengisi waktu yang kosong dengan berbicara tentang diri saya sendiri. Biasanya orang yang saya ajak bicara suka pura-pura kebelet boker, atau bilang punya janji yang penting banget ama tukang kredit atau tiba-tiba punya feeling bahwa kompor di rumah belum dimatiin atau anjingnya kekuncian di kamar mandi.

Sebenarnya heliosentris bukan cuma kecenderungan berbicara tentang diri sendiri setiap waktu, tapi keadaan pikiran dimana kita menganggap diri kitalah yang paling benar, pendapat kita yang paling penting dan semua yang ada adalah tentang kita, orang lain cuman nebeng atau numpang lewat. Saya punya teman sekerja, dia seorang pekerja sosial yang cukup senior dan berpengalaman, sangat getol dalam aksi charity dan relawan, yang bagi saya mulanya sangat mengagumkan. Tapi dia punya kelemahan, yaitu gejala heliosentris. (Saya curiga) Dia melakukan semua itu bukan untuk yang ditolong, melainkan untuk menunjukkan betapa baiknya dia. Saya cukup terkejut waktu dia bilang, "This is my friend, X, she tried to kill herself three times. I invited her to have dinner with us and I hope you can help her out," di depan si X dan banyak orang! Jadi ini tentang menolong si X atau menunjukkan betapa pedulinya dia? Saya sampai tidak tahu bagaimana bereaksi di depan X (yang mencoba bunuh diri, kalau saya jadi dia juga kayaknya bakal kepikiran lagi deh).

Mendengarkan orang lain memang tidak mudah, apalagi kalau orang yang didengarkan suka berkeluh-kesah dari harga beras sampe kenapa bulu kakinya panjang-panjang. Saya juga menemukan bahwa mendengarkan itu sulit. Saya pernah berusaha mendengarkan orang yang sedang curhat sama saya dan dari mulut saya keluar kata-kata, "Oh, begitu ya? Wah, masak? Ehm, saya ngerti kok.." dan sebagainya dan lain-lain, tapi pikiran saya melanglang buana dari berapa ya harga tiket pesawat PP sampe kenapa orang ini rambutnya berdiri 2 biji? Mungkin kalau pikiran saya itu telepon, mesin penjawabnya bakalan bilang, "Ria sedang tidak di tempat, silahkan tinggalkan pesan,"

Nah begitu ditanya balik,"Kalau kamu?" langsunglah keluar sederetan cerita, nasehat, pendapat, saran dan keluhan dari mulut saya tanpa sedetikpun ada kesempatan buat si pencurhat untuk menyela, "Tapi maksud saya bukan itu...". Saya tidak pernah bermaksud jahat, tapi kadang kala saya lupa bahwa mendengarkan lebih penting daripada didengarkan. Ada pepatah, "Lidahmu bisa membuatmu tuli," dan ini menjelaskan kenapa saya dipanggil lholhok alias nggak mudengan diantara teman-teman sekampus dulu. Saya jarang mendengarkan orang lain, terlebih lagi, kadang saya tidak peduli. Orang yang hidup dalam pikirannya sendiri tidak pernah belajar dari orang lain. Orang yang heliosentris bukan cuma dijauhi teman melebihi orang yang bau badan, tapi dia juga bisa jadi yang terbodoh.

Sebetulnya ada cara lain yang saya temukan untuk tetap menceritakan diri sendiri tanpa berisiko yang diajak bicara tiba-tiba menyadari bahwa kucingnya sakit mencret dan harus segera ditolong. Yaitu dengan cara: jreng2345x...menulis blog. Jadi kalu saya terhisap dalam dunia kecil di kepala saya sendiri, tolong diingatkan. Dan jangan cuman saya berpendapat, tulislah comment, pendapat atau cerita kalian (boleh menentang pendapat saya juga, kan saya tidak selalu benar, eh jarang benarnya malah, karena blog ini didedikasikan buat hal-hal yang gak jelas benar apa salah. Dondong opo salak, joko sembung cilik-cilik...). Supaya saya juga bisa belajar. Abad ke-lima belas saja orang sudah tahu kalau kita bukanlah pusat dari tata surya.

If we were supposed to talk more than we listen, we would have two mouths and one ear. Mark Twain.
Knowledge speaks, but wisdom listens. Jimi Hendrix.

2 comments:

Baek Sung Jo Oppa said...

hahaha..bener2 artikel yang mendeskripsikan heliosentris dengan sangat akurat. terutama soal temenmu itu yang ngomong tentang si x yang pernah coba bunuh diri dan butuh pertolongan. kalo aku jadi si x (btw x ini bukan xtina kan maksudnya) aku bakalan bilang ama si heliosentris itu "hoi..kalo aku butuh bantuan ke banyak orang aku bilang sendiri kali..ga usah kamu yang bilang2...emangnya kamu PR ku?"

aku juga ngerasa diriku sering heliosentris karena pada dasarnya orang itu heliosentris kecuali orang yang minder (bahkan orang yang mninder juga heliosentris tapi diem2). makanya aku seringkali bukan pendengar yang baik karena aku juga heliosentris. bahkan seringnya kalo ketemu orang narsis yang lagi membanggakan diri sendiri, aku pasti sebel2 dan denger ceritanya dia sambil lalu. kalo dia nanya lagi dia cerita sampe mana pasti aku ga bisa jawab. tapi ria..aku selalu mendengarkan ceritamu lho walaupun kowe lagi heliosentris karena kowe juga sebaliknya. seperti penulis buku personality plus yang punya kepribadian sanguin. dia dan temennya sedang ingin membuktikan teori kalo orang sanguin itu sering cerita panjang lebar dan lupa diri padahal belum tentu orang lain masih berminat mendengarkan. jadi dia janjian sama temennya..kalo pas dia cerita panjang lebar, dia mo berhenti di tengah2 cerita. menunggu ada ga orang yang menanyakan ,"lalu kelanjutannya gimana?". dan kalo sampe ga ada seorang pun yang bilang begitu, temannya itu yang harus bilang,"lalu kelanjutannya gimana?" supaya dia tidak tengsin karena ternyata orang2 laen ga minat mendengarkan ceritanya.

jadi ria..kalo suatu saat kita menghadapi situasi seperti itu, kowe harus selalu siap dengan kata2, "kris lanjutane piye? menarik banget ceritamu" walaupun sebenere kowe wes hoek2.

Sri Riyati said...

Hahahaha, bnr kuwi. Kaya kita di blog ini, kalo nggak ada yang kasih comment, ya udah kita berbalas pantun sendiri aja biar rame. Iya mungkin kita doyan cerita karena kita sanguin. Sanguin 5000, kalo murah hati ya 50.000. Jangan sampe nggak disanguin. Rak nyambung tenan ki. Aku setuju sih kalo orang memang cenderung heliosentris, tapi ya jangan setiap saat lah. Kalo ada yang nyombongin diri sendiri ya jangan didengerin sih mnrtku, krn dia cerita bukan untuk menambah pengetahuan orang lain tapi untuk menyelamatkan dirinya yang gak percaya diri. Jadi ceritamu tentang dikejar2 laporan pajak piye? (hehe)

Jam

Sejujurnya, inilah Ria dan Kristina...

Ria dan Kristina, sama-sama punya ide-ide yang nggak masuk akal saking nggak bangetnya pikiran kami berdua. Obrolan kami ini, berkat kemajuan jaman dan menjamurnya aplikasi internet (hiduplah Indonesia Raya!), kami sekarang bisa tuangkan di blog. Dulu kami suka ngetik-ngetik pake mesin ketik manual di belakang kertas HVS A4 bekas fotokopian. Tapi tetep aja kami tidak berhenti menulis. Kata pepatah: setipis-tipisnya tinta masih lebih tajam dari ingatan manusia. Kata Pramoedya: menulis berarti memetakan sejarah. Halah, kalo tulisan kita mah sebenernya gak ada hubungannya ama sejarah. Cuma mengukirkan betapa masa muda kami ini sangat indah. Dan jelas nggak mutu isinya. Jadi, mending kalo sisa-sisa waktu dan pengen baca yang tidak terlalu berguna sajalah baru buka blog kami... Tapi apapun komentar, masukan dan pendapat teman-teman, semuanya adalah cendera mata yang indah buat kami...

Ria dan Kristina (hualah, koyok undangan penganten. Amit2 deh. Lesbong juga pilih-pilih ah...)

About Us

My photo
pindah2..tergantung mood, Indonesia
Sri Riyati Sugiarto (aka Ria) adalah cewek kelahiran limpung..(pinggiran kota Pekalongan)..habis sekolah di SMU St. Bernardus Pekalongan trus kuliah kedokteran di Undip Semarang..sementara Kristina Melani Budiman (aka Kristina) juga lahir di Pekalongan trus satu SMU ama Ria dan kuliah di Atma Jaya Jogjakarta. kami kenal di kelas 3 SMU tapi mo duduk bareng selalu ga bisa gara2 terlalu cerewet dan kalo duduk sebangku selalu bikin keributan karena hobinya menggosip jadi terpaksa sampai sekarang tidak pernah duduk bareng..untungnya kita ga satu kampus :p