Friday, November 30, 2012

Gratis

sebelum pulang dari rumah sakit

kunjungan ke klinik
Sepupu saya bercerita waktu dia melahirkan di salah satu rumah sakit di kampung halaman saya, para perawatnya tidak ramah bahkan waktu sepupu saya menanyakan bagaimana caranya menyusui bayinya, tanggapan perawat itu sangat tidak mencerminkan profesinya sebagai "perawat". Lebih cocok dia jadi penjaga toko saja. Padahal sepupu saya itu bayar lho...dan tidak murah. Berbeda sekali dengan yang saya rasakan di sini walaupun saya tidak keluar uang sepeserpun alias gratis. gratis bukan berarti murahan.

Pertama kali saya mengetahui kalau saya hamil, saya diberi tahu oleh tante kost untuk periksa ke dokter umum di klinik dekat kost. Di sana dokternya mengetes lagi apakah saya benar2 positif hamil. Setelah itu dia memberikan surat referensi untuk kontrol ke rumah sakit. Namun saya baru mulai kontrol ke rumah sakit setelah 3 bulan kehamilan. Sebelum itu kalau ada apa2 saya cukup ke dokter umum. Dokter umum di sini hampir sama pengetahuannya dengan dokter spesialis kandungan, dia tahu banyak soal kehamilan dan bisa memberikan jawaban dari pertanyaan2 saya. Dia pula yang merujuk saya untuk melakukan ultrasound (USg) dan tes darah.

Setelah mendekati 3 bulan kehamilan saya mendapatkan surat dari rumah sakit kapan waktunya saya harus datang ke rumah sakit untuk kontrol sebulan sekali sampai kehamilan 36 minggu. Setelah itu kontrolnya dua minggu sekali kecuali kalau ada masalah dengan kehamilan saya. Waktu kontrol ke rumah sakit banyak sekali tes yang harus saya lakukan. Ada tes darah untuk virus rubella, dsbnya....tes untuk diabetes karena papi dan nenek saya diabetes, ultrasound di kehamilan 20 minggu. Puji Tuhan semua tes itu hasilnya bagus jadi saya tidak perlu kontrol di luar jadwal.

Selama kontrol di dokter umum, rumah sakit dan segala macam tes yang semuanya gratis itu, pelayanan yang saya dapatkan sangat baik. Dokternya ramah, bidan dan petugas administrasinya juga sangat membantu. Tadinya saya sempat kuatir kalau gratisan ntar saya disia2kan. 

Pada waktu saya opname di rumah sakit setelah melahirkan juga para perawatnya sangat membantu. Di sini sangat dianjurkan untuk menyusui ASI. Susu formula cuma diperbolehkan kalau asinya benar2 ga keluar atau bayinya sakit. Menurut mereka, tidak mungkin asi tidak keluar karena asi diproduksi sesuai dengan kebutuhan bayinya. Semakin kita sering menyusui, semakin banyak asinya. Tapi ya repotnya itu....setiap saat harus menyusui. Pertama2 saya disuruh menyusui tiap 3 jam maksimal...selama 30 menit di masing2 payudara. Jadi waktu seharian itu sebagian besar untuk menyusui sampai lecet2. Bayi saya juga tidur di kamar saya supaya mempermudah untuk menyusui dan biar ada ikatan batin katanya.

Selama di rumah sakit, ada beberapa tes untuk bayi saya yaitu tes pendengaran dan tes darah untuk menyelidiki apakah ada penyakit genetik.

Setelah pulang dari rumah sakit, dua hari kemudian ada bidan yang datang ke rumah untuk memeriksa bayi saya. Kata mami saya, di sana boro2 dokter mau datang ke rumah kalau ga dibayar. Dibayar pun belum tentu mau. Bidan menimbang bayi saya dan mengecek apakah ada masalah dengan jahitan saya serta memberikan konsultasi kalau ada yang mau saya tanyakan. Dia bilang dua hari lagi akan menelpon untuk memastikan bayi saya sehat2 saja.

Saya kira setelah bidan datang, selesai sudah perhatian yang saya terima namun ternyata ada lagi perawat yang lain datang ke rumah dan menjelaskan kalau Deo harus kontrol ke klinik sebanyak 10 kali sampai Deo berumur 4 tahun. Jadi pertama kontrol umur 2 minggu lalu 4 minggu, 8 minggu..dan semakin lama jaraknya semakin jauh sampai 10 kali kunjungan. Tujuannya untuk mengetahui apakah perkembangan Deo normal atau tidak.

Di klinik itu selain mengecek kondisi Deo, ada juga training2 yang berhubungan dengan mengurus bayi. Saya baru ikut sekali yaitu training untuk menidurkan bayi. Saya baru tahu kalau bayi umur 0-3 bulan ga boleh ga tidur lebih dari 1,5 jam karena dia akan terlalu lelah dan malah rewel karena susah tidur. Pantesan Deo sering rewel kalau malam karena saya kira bayi kalau kebanyakan tidur siang hari ntar malamnya ga bisa tidur jadi selama ini kalau siang sering saya ajak main supaya dia tidak tidur. Sekarang saya berusaha bikin Deo tidur tiap 1,5 jam...dan hasilnya malam hari Deo tidak rewel lagi. Palingan hanya bangun untuk minum susu trus tidur lagi. Sebelumnya saya harus menggendong Deo hampir 1 jam or lebih supaya dia tidur.

Imunisasi di sini juga gratis lho. Saya cukup bikin janji ke klinik terdekat dan Deo bisa diimunisasi secara gratis. Dengan service yang saya terima itu saya merasa tidak sia2 sudah membayar pajak. Pajak yang dipotong dari gaji saya langsung saya rasakan timbal baliknya. 

2 comments:

Grace Receiver said...

Hehe... Andai saja semua ibu hamil yang akan melahirkan bisa mendapatkan yang gratis dan tidak murahan seperti pelayanan yang sudah kamu terima :D

Sri Riyati said...

Koyoke aku dadi kepikiran migrasi ketimbang mumet ho mikiri pelayanan kesehatan ning Indonesah. Masalahe ki ning kota besar pelayanan kesehatan dibisniskan, ning desa2 administrasine berantakan dadi rak ono sing bakal iso ngontrol apakah bidan teko opo orak. Kepala puskesmas wae orak iso dicek mlebu kerjo opo orak, asale deknen ngurusi prakteke dewe. Mumet juga sih ho arep ngurusi wong sing pikirane mung piye ben entuk duit okeh. Aku yo rak mudeng kenopo dewe orak kepikiran rasa bersalah ato tanggung jawab nek kerjaan orak rampung ato orak apik. Mungkin krn beban kerja terlalu okeh ato gaji kurang? Aku soale kerjo ning bidang kesehatan ho dan negara berkembang. Aku bnr2 rak mudeng masalahe kenopo kerjo ning indo hawane lemes. Contone ki, pas ning UK kae aku kerjo iso effisien. Pas balik penelitian ning indo langsung orak epektip, mbuh kenopo. Arep ketemu kapus eh kapuse lungo. Arep nginjungi dinkes eh kantore tutup. Pokoke semrawut lah, sampek rasane orak tekan2 nggone

Jam

Sejujurnya, inilah Ria dan Kristina...

Ria dan Kristina, sama-sama punya ide-ide yang nggak masuk akal saking nggak bangetnya pikiran kami berdua. Obrolan kami ini, berkat kemajuan jaman dan menjamurnya aplikasi internet (hiduplah Indonesia Raya!), kami sekarang bisa tuangkan di blog. Dulu kami suka ngetik-ngetik pake mesin ketik manual di belakang kertas HVS A4 bekas fotokopian. Tapi tetep aja kami tidak berhenti menulis. Kata pepatah: setipis-tipisnya tinta masih lebih tajam dari ingatan manusia. Kata Pramoedya: menulis berarti memetakan sejarah. Halah, kalo tulisan kita mah sebenernya gak ada hubungannya ama sejarah. Cuma mengukirkan betapa masa muda kami ini sangat indah. Dan jelas nggak mutu isinya. Jadi, mending kalo sisa-sisa waktu dan pengen baca yang tidak terlalu berguna sajalah baru buka blog kami... Tapi apapun komentar, masukan dan pendapat teman-teman, semuanya adalah cendera mata yang indah buat kami...

Ria dan Kristina (hualah, koyok undangan penganten. Amit2 deh. Lesbong juga pilih-pilih ah...)

About Us

My photo
pindah2..tergantung mood, Indonesia
Sri Riyati Sugiarto (aka Ria) adalah cewek kelahiran limpung..(pinggiran kota Pekalongan)..habis sekolah di SMU St. Bernardus Pekalongan trus kuliah kedokteran di Undip Semarang..sementara Kristina Melani Budiman (aka Kristina) juga lahir di Pekalongan trus satu SMU ama Ria dan kuliah di Atma Jaya Jogjakarta. kami kenal di kelas 3 SMU tapi mo duduk bareng selalu ga bisa gara2 terlalu cerewet dan kalo duduk sebangku selalu bikin keributan karena hobinya menggosip jadi terpaksa sampai sekarang tidak pernah duduk bareng..untungnya kita ga satu kampus :p