Hiasan Natal di altar gereja Holy Eucharist, St. Albans |
Salah satu impian saya sejak kecil adalah saya ingin tinggal di luar negeri. Saya waktu itu belum tahu bagaimana caranya supaya bisa tinggal di luar negeri. Sampai akhirnya lulus kuliah dan bekerja belum juga nampak tanda2 impian saya bisa terkabul. Untungnya suami saya sendiri tidak menghalangi impian saya itu. Banyak rencana yang tidak tidak terwujud yaitu rencana kami untuk menetap di Singapura karena universitas tempat saya menuntut ilmu tidak termasuk dalam list universitas yang bisa untuk apply Permanent Resident (PR) Singapura. Akhirnya saya mendapat info untuk migrasi ke negeri Kanguru dari seorang kakak angkatan waktu kuliah. Ada maksudnya juga ya kenapa saya dulu berjodoh dengan universitas Atma Jaya.
Singkat cerita saya dan suami bisa sampai ke OZ (Australia) tanggal 10 Maret 2011. Kami memakai work and holiday visa, kami bisa kerja dan berlibur selama setahun di oz. Sebelum itu di bulan Oktober 2010 kami apply PR Australia memakai background dan pengalaman kerja saya di bidang Akuntansi. Kami juga tidak berharap banyak PR kami disetujui karena banyak sekali yang bilang kalau sekarang susah untuk mendapatkan PR.
Namun....bulan Oktober kemarin kami mendapatkan kabar dari agen migrasi saya bahwa PR kami dalam proses disetujui. Kami disuruh tes kesehatan dan kalau sehat2 saja, PR kami akan disetujui. Benar2 seperti mendapatkan durian runtuh (ga pakai kulitnya). Akhirnya tanggal 4 Desember 2011 kami resmi datang ke Australia sebagai Permanent Resident dan bisa menetap di sini.
Kembali ke acara Natal kemarin, malam Natal kami pergi ke gereja dekat rumah yaitu Holy Eucharist. Gerejanya kecil kalau dibanding gereja2 di Indonesia pada umumnya. Umatnya juga tidak terlalu banyak. Ada beberapa perbedaan gereja di sini dan di Indo:
- Umatnya tidak sebanyak di Indo, malah pada umumnya yang ke gereja adalah para manula.
- Pastor benar2 melayani umat. Pernah waktu selesai misa, pastornya yang membereskan kursi plastik tempat umat duduk di luar gereja. Lalu waktu Petter ke gereja di hari biasa untuk main basket, dia melihat pastor sedang membersihkan sampah di halaman gereja.
- Yang membagikan komuni bukan pro diakon berseragam tapi umat biasa. Mungkin hanya sedikit yang mau melayani, jadi tidak perlu ribet2 kursus untuk jadi pro diakon.
- Di samping pembagi komuni ada orang yang memegang piala berisi anggur dan umat bisa minum bersama2 dari piala itu. Saya sih cuma mencoba sekali minum anggurnya karena rada gimana gitu minum dari gelas yang sama dengan banyak orang.
- Petugas koor nya itu2 aja..kembali lagi mungkin cuma sedikit orang yang mau melayani.
Membahas misa malam Natal kemarin, ternyata lumayan banyak orang yang datang ke gereja sampai berdiri di luar gereja. Pastor yang sangat pengertian ini pun hanya memberikan kotbah yang super singkat karena dia bilang dia takut orang2 yang berdiri itu pingsan kalau berdiri terlalu lama. Kotbah pastornya adalah, "Selamat Natal dan Tahun Baru...sampai ketemu di misa Tahun Baru yaa." Saya cuma bisa melongo..ya ampun....kok kotbahnya singkat banget walaupun dalam hati senang karena pastor pengertian. Saya juga biasanya ngantuk kalau mendengarkan kotbah terlalu lama.
Hari Natal...saya habiskan dengan jalan2 ke pantai St. Kilda bersama Petter dan Dewi (teman kuliah yang baru datang dari Indo). Di sini Natal pas musim panas, kebalikan dari Eropa yang bersalju, dingin dan bener2 white Christmas. Di sini Hot Christmas. Sayangnya cuaca buruk, di ramalan cuaca disebutkan akan hujan badai. Waktu kami sampai ke pantai baru sebentar langsung hujan deras. Akhirnya kami pulang ke rumah. Acara Natal yang tidak begitu romantis..tapi yang penting saya bahagia karena ini Natal pertama di sini dan masa depan yang lebih cerah sudah menunggu.
Merry Christmas...!!!! |