Wednesday, December 10, 2014

Tentang Makassar

Makassar cukup bersejarah buat saya, karena ini kota yang pertama kali saya datangi naik kapal Pelni Tilongkabila dari Labuan Bajo (kapal yang asyik, kita bisa nonton pilm layar tancep sambil makan pop mie). Tahun 2008 saya mengunjungi Makassar dalam perjalanan ke Tana Toraja, jadi nggak banyak yang saya inget dari kota ini kecuali coto-nya. Klise memang, tapi untuk benar-benar merasa di Makassar kita harus tahu bedanya soto dengan coto (kalo ada yang bilang soto pake daging sapi dan coto pake daging capi, mohon maap jawaban anda SALAH ya). Intinya sih, kalo di Makassar pesan saja coto, soalnya kalau pesannya soto, bikin kita pingin naik pesawat PP ke Semarang, beli soto semangkok dan dibawa untuk ditunjukin ke penjualnya gimana yang namanya soto itu seharusnya dibikin. Soto di Makassar adalah semacam coto tapi kayaknya dibikin waktu mati lampu.
 
 
Kedua kali ke Makassar adalah untuk datang ke nikahan sohib saya waktu coass dulu. Di sini cerita saya panjang karena melibatkan perjalanan ke pulau Lae-lae, yang bukan pulau liburan romantis babar blas tapi kampung halaman buat sekumpulan orang yang meninggali rumah tanpa sertifikat. Kenapa saya bisa terdampar di sini? Karena saya terlalu pelit buat bayar carter perahu ke Samalona, dan lebih suka ikut perahu anak sekolah ke desa nelayan yang nggak ada turisnya sama sekali. Semula perjalanan saya berlangsung lancar sampai saya memutuskan buat pergi cari kerang sama anak-anak nelayan. Perahu yang kami tumpangi itu kecil dan berlengan satu (semacam katinting, lihat gambar, dengan lengan kayu untuk keseimbangan). Di tengah laut anak-anak ini main-main dengan pura-pura ninggalin temennya yang lagi nyelam cari kerang. Akibatnya anak-anak ini sempat bergelantungan di sisi perahu karena temannya mendayung terlalu cepat. Saat itulah, tiba-tiba ada ombak yang lumayan besar. Perahu kami terbalik dengan sukses. Enggak ada yang pake jaket pengaman. Sepersekian detik dan tiba-tiba jatuh ke laut bikin kita mikir tentang perasaan korban tsunami. Oke, ini cuman air tapi di tengah laut. Untungnya semua orang pada dasarnya bisa berenang, cuman karena tidak siap nyebur kulit kami tergores-gores entah apa waktu berusaha naik lagi ke perahu. Plus buat saya, waktu jatuh ke air perahunya persis ada di atas jadi harus berenang memutar biar bisa naik. Perahu ini akhirnya berhasil dinaiki dalam posisi terbalik, persis wadah klepon yang jatuh dari meja, perahu ini timbul tenggelam di laut. Anak-anak laki-laki berhasil membawa perahu menepi, di pantai yang karangnya licin dan nggak ada pasir, yang jelas nggak pernah dikunjungi orang karena kami susah mencari sampah seperti bekas botol air mineral, bungkus indomie, softex, pampers etc. Bukannya kami bermaksud cari sampah juga sih, tapi setelah perahu berhasil dibalik ke posisi semula kami harus mengosongkan bagian dalam yang penuh berisi air. Jadi di sini, botol aqua sangat membantu. Sayangnya kami cuman nemu tempurung kelapa. Jadi inilah alat buat ngosongin air di dalam perahu.
 

 

Sejak peristiwa itu tiap kali saya naik perahu kecil yang diombang-ambingkan ombak, saya enggak cengengesan kayak anjing rabies lagi, tapi berdoa litani sampai katam 10x.
 
Ke Makassar yang ketiga (mohon maaf kalo postingan ini akhirnya jadi novel ya) adalah untuk acara Open Science Meeting (yang artinya ketemuan sambil makan2). Yang asik dari perjalanan kali ini adalah pesawat saya didelay selama 4 jam (haduuuh). Usut punya usut, ini bukanlah sembarang delay tapi sebenernya ini adalah pembatalan penerbangan karena kurang penumpang. Jadi karena penerbangan pukul 4 cuman dibooking setengah maka penerbangannya digabung sama yang pukul 8 yang juga dibooking setengah. Iya, saya juga mikir: ini pesawat apa angkot nomer 44 jurusan Senen-Kampung Melayu yak. Akibatnya, saya nyampe di bandara Sultan Hassanuddin jam 12 malam wita. Kejadian ini tepatnya di awal tahun 2014 dan waktu itu belum ada aturan untuk penertiban calo taksi. Jadilah saya menjadi mangsa empuk para calo taksi yang melihat seorang cewek jalan sendirian ibarat lalat liat manga busuk jatuh di jalan. No offence pada mangga busuk, tapi para calo taxi ini memang rada2 mirip lalat karena meskipun sudah dibilang "maaf, saya sudah dijemput," dan bergaya se-cool es gosrok tetap saja saya dikerubuti dan dibuntuti abang-abang calo taksi. Saya enggak takut tapi ya gerah lah ya, apalagi kemana pun saya pergi ada aja yang komentar dari mau dianter kemana sampai embaknya udah dari tadi mana jemputannya. Masalahnya, saya emang enggak ada yang jemput, tapi saya jelas enggak percaya sama calo taxi yang langsung nodong dan enggak ada nama perusahaaannya. Saya berdiri beberapa saat di area penjemputan karena menurut pengalaman saya, selalu ada mobil jemputan yang sisa tempat duduknya sehingga saya bisa nebeng sampai di luar area bandara dan kemudian naik taxi biasa ke hotel. Tapi kali ini mas2 calo taxi betul2 beringas dan gigih sehingga orang yang saya dekati malah takut dan menghindar sebelum saya bahkan menyelesaikan pertanyaan basa-basi seperti, "ibu mau jemput siapa?". Si ibu buru2 kabur gara2 saya digelayuti 10 orang calo kelaparan. Saya mulai geram. Saya berusaha masuk kembali ke ruang kedatangan pesawat tapi satpam tidak membolehkan saya masuk tanpa ada tiket pesawat. Saya disuruh duduk di depan. Lalu  segerombolan lalat2 haus darah pun ikut duduk dan berdiri di kanan-kiri-depan-belakang (kalo bisa juga atas-bawah andaikan mungkin kali ya). Ada ibuk2 yang bukan calo juga duduk tapi dia tidak membantu. Si satpam juga enggak, mungkin dia adik misan sepupu paman satu kali dari seorang bos calo taxi. Entahlah. Akhirnya, karena saya betul2 terganggu, saya pun masuk ke café deket pintu keluar. Mungkin café ini enggak sodaraan ama bos calo taxi jadi para calo ini enggak berani masuk. Kopinya jelas2 kemahalan karena itu warung kopi bandara tapi saya beruntung karena setidaknya terbebas dari lalat untuk sementara. Jadi saya ada waktu untuk basa-basi dengan 3 orang yang juga sedang minum kopi di sana dan, seperti yang sudah sering terjadi, saya pun dapat tebengan ke kota.


Sebagai informasi saja, sekarang bandara Makassar sudah jauh lebih baik karena sudah ada aturan bagi taxi untuk menunggu penumpang menghampiri booth mereka dan memesan sendiri, tidak boleh ada calo yang nyerobot apalagi sambil langsung bawain tas kayak di terminal bis Bungurasih Surabaya. Taxi yang saya rekomendasikan adalah Bosowa, Putra atau Lima Muda. Tapi jika bepergian sendiri dan dalam rentang waktu antara jam 7 pagi sampai jam 8 malam, naiklah DAMRI. Harganya Rp. 29ribu sudah sampai tengah kota (depan RRI, jalan Ribura'ne) dengan aman dan nyaman. (Hidup DAMRI!!!)


 
Saat ini, setelah bermangkok-mangkok coto, konro, sop saudara (yang enggak gratis meskipun sodara), pisang epe, pisang ijo, barongko dan pallubutung,  saya resmi tinggal di Makassar. Saya suka Makassar karena kalau kita ke warteg (atau warmak, tepatnya) selalu dikasih nasi yang banyak dan lauk yang sedikit. Jadi persis banget sama komposisi nasi megono di rumah, kecuali kalau di rumah nasinya juga lebih sedikit, hihi. Mereka juga selalu menyediakan sambel dan jeruk nipis, apapun makanannya. Sambel favorit saya yang selalu oke dimakan pake ikan jenis apapun (di Makassar umumnya orang 'makang ikang' setiap hari) adalah sambel dabu-dabu, yang adalah sambel dicapur irisan tomat yang besar2. Makassar cukup strategis sebagai kota karena enggak jauh dari pulau-pulau berpasir putih dan tempat-tempat menyelam. Kota yang enggak pernah sepi (kata orang, 'Jakarta'nya Indonesia timur) ini juga penuh dengan pusat kebudayaan asing, seperti komunitas Perancis, Cina, Belanda dsb, selain sebagai pusat ekonomi di Sulawesi. Yang saya nikmati setiap hari di Makassar adalah menyebrangi kota Makassar setiap pagi: melihat toko-toko mulai buka, orang-orang menggelar lapak di pasar, nelayan baru pulang dari melaut, orang-orang berseragam sibuk pergi ke kantor. Saya akan duduk dan menikmati hari yang baru mulai di Makassar di dalam pete-pete yang entah kenapa selalu menyetel lagu Malaysia jaman dulu, Isabella. Tiap sore saya akan menyambangi warung makan baru, barangkali sambelnya beda. Dan kalau akhir pekan tiba, saatnya mengenakan masker dan melihat ikan di laut. Saya belum tahu kapan kita boleh pakai kata 'mi', 'ki', 'maki' tapi saya sudah bisa bilang 'tabek' dan 'cotonya nambah semangkok pake buras' he-he.

Kalau ada sumur di ladang, boleh mi kita datang berkunjung! :-)
 

Thursday, October 16, 2014

Ibu....Mami..Mama...Mother..omuni

Setelah menjadi seorang ibu selama 2 tahun 1 bulan saya menyimpulkan menjadi seorang ibu adalah pekerjaan tersulit di dunia, Lebih sulit daripada waktu saya lembur2 sampai jam 3 pagi hampir setiap hari waktu saya menjadi auditor di Deloitte ataupun waktu saya dua kali ga pulang kantor karena mengerjakan tax return waktu kerja di Schlumberger. Lebih capek juga daripada waktu saya kerja jadi kitchen hand di Frankston yang jauhnya 2 jam naik kereta dari rumah. Baiklah..marilah kita lihat daftar kesulitan2 menjadi seorang ibu..tentu saja ada positifnya kalau tidak masa hampir semua wanita di dunia ini mau menjadi ibu. Kalau tidak populasi manusia bisa punah seperti dinosaurus yang punah karena kabarnya ada hujan es. Manusia terbukti lebih kuat dari dinosaurus karena di Melbourne ini juga kadang2 ada hujan es tapi kita tetap hidup dan eksis seperti sekarang.

Kita mulai listnya dari:
Waktu kehamilan: saya harus merelakan tubuh hasil diet sampai minum obat diet tapi belum juga kurus2 ini naik 12 kg dalam waktu 9 bulan. Belum lagi susah tidur karena kebelet pipis dan waktu hamilnya sudah besar cuma bisa tidur miring ke kanan ke kiri. Awal2 kehamilan juga mual2 sampai ga doyan makan tapi ga kurus malah perut tambah melendung. Masih ditambah kaki bengkak dan tubuh rasanya ga karuan.

Waktu melahirkan: menderita dari jam 1 pagi sampai anaknya lahir jam 10 malam. Jadi sekitar 21 jam menahan sakit yang lebih sakit dari sakit gigi. Plus bagian tubuh bagian bawah tidak akan sama lagi karena digunting dan dijahit dan diobok2 dokter serta bidan (maaf kalau terlalu vulgar tapi kenyataan).

Dari Deo baru lahir sampai sekarang: Saya belum pernah tidur nyenyak semalaman karena Deo pasti bangun malam2 minta susu. Apalagi sebelum Deo 5 bulan, dia tidurnya kalau siang..malamnya bangun. Bukan cuma masalah tidur, waktu sehari2 mengurus deo juga membutuhkan kesabaran. Saya ingat ada teman yang posting gambar di facebook yang isinya ibu hanya bisa memilih dua dari tiga hal berikut: rumah bersih, anak hepi atau kewarasan ibu. Seringnya ibu tidak bisa memilih semuanya karena rumah berantakan, anak rewel dan ibunya bohwat dan diragukan kewarasannya.

Mendidik anak bukanlah hal yang gampang. Waktu pertama2 saya bingung soal kapan deo benar2 lapar dan butuh susu atau cuma mau ngenyot doang. Lalu saya bingung waktu mulai memberi makan solid. Kadang deo tersedak kalau makananya sudah mulai kasar teksturnya. Sekarang ini yang bikin saya stres adalah deo susah makan. Masa umur 2 tahun masih makan bubur. Kalau makan nasi dilepeh2. Padahal dia bisa makan biskuit, kerupuk, keripik..dll yang dia suka tapi kok makan nasi ga mau. Kata dokter coba deo dibikin kelaparan trus ntar dikasih makan nasi sayur gitu pasti dimakan. Itu teorinya..tapi teori gampang,,,prakteknya susah. ada yang bilang suruh makan sendiri aja nanti kalau dia lapar juga dia makan ga usah disuruh. Sudah dicoba tapi deonya lapar juga tetap ga mau makan nasi sayur..malah ngejar2 saya minta nenen. ya itu salah satu yang susah distop..sampai sekarang Deo masih asi. Sempat saya coba menyapih tapi deo nangis kaya mau dibunuh gitu jadi ya saya kasih lagi nenennya. Saya mikirnya biarlah deo nenen sampai bosan sendiri. Ada yang bilang mana mungkin bosan.ntar sampai sekolah bisa jadi masih nenen kaya teman adik saya. Oh tidaakkk...saya ingin tahu apakah ada ibu2 yang anaknya super ideal...perkembangannya sesuai umur misal ngomong ga telat, tabiatnya baik..dikasih tahu nurut, waktunya berhenti nenen langsung bisa. Anak yang makannya 3 kali sehari teratur suka makan sayur dan buah, tidak suka junk food. Hobinya baca buku, main musik dan membantu orang tua serta suka menabung, suka rumah yang rapi dan bisa membereskan mainannya sendiri. Mau gosok gigi tidak usah dikejar2, toilet training sehari langsung bisa serta tidur tepat pada waktunya ga main2 dulu sampai maminya ngantuk. Ada tidak yaaa?????

Ini adalah tulisan ibu frustasi yang lagi cuti kerja 2 minggu karena emak deo lagi pulang ke Indonesia.

Bukan berarti saya sama sekali tidak pernah hepi lho menjadi seorang ibu karena ada yang bilang anak adalah berkat...anak bikin ortu hepi dan bangga. Anak bisa bikin kita excited melihat pertumbuhannya dan yang paling penting membuat saya bahagia bisa menjadi seorang ibu (kalau lagi waras).

Sunday, August 31, 2014

AirAsia dan Traveling, bagaimana saya bepergian tanpa beban

Bicara tentang traveling tidak bisa lepas dari bicara tentang tiket pesawat. Tentunya, kita nggak harus naik pesawat kalau mau bepergian. Bisa naik bis, kapal laut, kereta api, motor, mobil, sepeda atau bahkan onta, tapi masalahnya 99,9756% (bukan angka yang sebenarnya) orang nggak punya seumur hidup untuk traveling. Paling banter cuti rata-rata cuman 3 hari sampai seminggu. Inilah kenapa tiket pesawat selalu yang pertama jadi pertimbangan. Perjalanan darat atau laut biasanya makan waktu lebih lama dan biasanya kalo sudah repot banget cari jatah cuti (meskipun cuman 3 hari) kita cenderung pingin pergi yang rada jauhan. Contohnya, orang Pekalongan kalo cuti nggak mungkin liburan impiannya pergi ke Tegal. Bukannya Tegal enggak keren ya, kan banyak yang menarik di Tegal misalnya warung tegal, mendoan tegal dan logat tegal yang begitu kental kayak teh pocinya, yang bikin kita serasa di luar negeri karena saking enggak mudengnya. Tapi intinya sih, kita selalu pingin pergi ke tempat yang jauh, yang beda, yang bikin kita lupa sama keseharian kita di tempat kerja. Tapi juga butuh cepet karena liburnya gak lama. Kalau mau ke pantai tapi di lautnya cuman beberapa jam karena perjalanannya PP 2 hari kayaknya bukan liburan tapi latihan untuk meningkatkan kemampuan pantat bertahan. Untuk inilah budget airlines seperti AirAsia betul-betul sangat menolong para traveler yang prinsipnya murah-meriah-hepi (baca: 99,9756% orang. Sisanya paling cuman Si Zalianty bersodara karena dibayarin Om ARB atau si Syahrini yang hobinya pake jet pribadi). Seperti kata pepatah berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian…cari tiket pesawat yang murah dulu, ngajuin cuti kemudian…karena mau diakui atau tidak, price does matter.

Berdasarkan survey (saya nanyain temen-temen kantor seberang meja), pola traveling kita sudah berubah sejak diperkenalkannya AirAsia di Indonesia. Kita tidak lagi harus nabung seumur hidup dan mengorbankan dana pensiun untuk liburan seminggu di Tegal eh Bali misalnya. Tiket promo AirAsia bisa begitu terjangkau sehingga kita kadang jadi pingin pergi meskipun tadinya nggak kebayang, karena,  contohnya, biaya pesawat PP Yogya ke Denpasar bisa lebih murah dari bus Patas Pekalongan-Cirebon. Jadi, siapa hendak turut? Bepergian ke tempat-tempat eksotis tidak lagi jadi monopoli Om ARB dan Miss Zalianty lagi karena kaum proletar (baca: saya dan temen-temen kantor seberang meja) sekarang bisa juga pergi berlibur dan beli boneka teddy bear tanpa harus mengutang kanan-kiri.

Oke, budget airlines bukan cuma sekedar masalah duit, tapi juga masalah kenyamanan. Bepergian dengan pesawat AirAsia itu nyaman karena:
  •  Enggak perlu terlalu pusing mikirin tujuan wisata. Waktu saya nanya ama temen sekantor mau berlibur ke mana tahun ini, dengan enteng dia menjawab, “Kemana aja yang ada promo AirAsianya”. Siapa sih yang nggak suka liburan kejutan?
  • Bisa liburan lebih lama. Ini karena: enggak naik bis (biasanya budgetnya cuman cukup buat bis AKAP yang kalo nggak ngabisin semalem di jalan ya minimal sehari pulang-pergi) plus duit sisanya bisa buat sewa kamar penginapan semalem lagi.
  • Kalau kita naik pesawat yang non-budget misalnya the British Airways (ini contoh, meskipun contoh yang agak lebai. Bagi warga pekalongan dan sekitarnya -kayak Adzan magrib pakai dan sekitarnya hehe- British Airways nggak mendarat di bandara Ahmad Yani Semarang, sekedar info), perjalanan kita nggak akan semenarik kalau kita pakai AirAsia. Apa pasal? Begini. Pesawat non-budget biasanya diisi oleh orang-orang tua yang udah mapan atau orang yang sedang dalam perjalanan bisnis. Jadi percakapan kita bekisar pada hal-hal semacam pekerjaan, pertemuan, makan siang dengan klien, rapat dengan rekan kerja, seminar atau hal-hal yang serius lainnya. Biasanya pada pembicaraan semacam ini saya cuman akan mengangguk-angguk macam burung perkutut tapi sebenernya saya enggak ndengerin karena enggak paham. Nah kalau pesawat macam AirAsia itu saya ketemu sama orang-orang macam saya dan temen-temen sekantor seberang meja: pemburu liburan murah-meriah-hepi. Jadi pembicaraan saya bisa dari kota apa yang kayaknya bakal jadi promo tahun depan sampai warung makan apa yang jual makanan yang khas kayak tempe mendoan tegal. Termasuk tips-tips cara berpetualang yang hemat tapi hebat (misalnya, suatu saat ada temen ketemu di pesawat yang nunjukin ke saya gimana cara pakai AirAsia chart untuk tahu kapan waktu terbaik pergi ke Burma). Seperti orang bijak (yang enggak minum tolak angin tapi taat pajak) bilang: traveling tidak sejauh dompetmu tapi sejauh mana imajinasi membawamu. Puitis bukan? Memang tiket murah itu seindah puisi….
  • Tanpa beban. Dalam arti konotatif dan sebenernya. Tanpa beban dalam arti yang sebenarnya adalah, karena demi menghemat biaya perjalanan saya selalu pergi dengan satu tas ransel saja dan enggak banyak bagasi. 



Apapun alasannya, adanya maskapai semacam AirAsia memberi kita lebih banyak pilihan, lebih banyak kesempatan berlibur di tengah cuti yang sempit. Kalau dulu traveling masih menjadi barang mewah yang terbatas pada orang-orang yang memiliki ‘privilege’ saat ini traveling sudah lebih populer, lebih merakyat dan karenanya, lebih baik. Semakin banyak orang tertarik (dan akhirnya pergi) untuk menjelajah Indonesia berkat bertambahnya rute AirAsia Indonesia ke kota-kota dan pulau-pulau di Indonesia. Siapa lagi yang akan menikmati keindahan negeri ini kalau bukan kita sendiri? (baca: traveler murah-meriah-hepi). Karena seperti kata pepatah, berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Biarkan imajinasi membawa kita bepergian ke segala penjuru, dan reservasi tiket AirAsia promo kemudian J. Selamat ulang tahun ke-10 AirAsia Indonesia. Terimakasih sudah membantu para traveler murah-meriah-hepi untuk mewujudkan imajinasi kami.

Wednesday, August 27, 2014

Salah satu mimpi saya hampir terwujud (lagi)

Hidup saya tidak selalu cerah ceria..seperti hari hari yang kadang matahari bersinar, kadang hujan deras dan kadang berangin or berkabut kaya pagi ini. Apalagi kalau baca berita akhir akhir ini bikin tentang ISIS, bom di Gaza dll bikin tidak semangat. Namun ada satu hal yang saat ini sedang bikin saya dan suami semangat karena ada yang ditunggu yaitu...jreng 22345x rumah kami sudah hampir jadi. Ini rumah pertama kami jadi maklum aja kalau kami senang banget. Semoga semuanya lancar sehingga paling lambat Januari 2015 kami bisa pindah ke rumah baru.

Kalau dipikir2 sejak pindah ke oz tahun 2011 baru 3 tahun yang lalu ya tapi hidup kami begitu banyak perubahan. Kami pacaran tahun 2002 waktu masih kuliah. Setelah saya lulus tahun 2003 saya kerja di Jakarta sampai tahun 2011. Petter juga mulai kerja tahun 2007. Baru bisa menikah tahun 2009. Selama saya kerja di jakarta 8 tahun (lama juga ya) dan sampai menikah, kami belum bisa punya apa2. Tinggal juga masih di kost2an yang rada mengenaskan.

Makanya saya bersyukur banget Tuhan buka jalan buat kami buat pindah ke oz. Dalam waktu 3 tahun kami bisa punya anak, beli mobil walaupun second dan sebentar lagi pindah ke rumah baru. Perjuangan kami di sini tidak gampang. Sampai sekarang Petter masih kerja angkut2 di pabrik sampai tangan kaki dan punggungnya sering ditempel koyo cabe. Saya juga masih kerja di panti jompo. Kadang ngurusin manula, tapi sekarang sih lebih sering kerja di dapur. Cuci piring, nyiapin makan, bantu2 chef...ngepel dan bersih2.

Yang lebih membuat saya bersyukur adalah di sini tidak sia2 membayar pajak. Banyak fasilitas yang sudah saya nikmati di sini. Misal ke dokter dan rumah sakit gratis walaupun obat beli sendiri. Deo kemarin2 ditawarin buat ke playgroup gratis..oktober mulai. Trus waktu lahiran ada baby bonus $5000 yang sayangnya sudah mau dihapus. Sebagian pajak yang kami bayar juga bisa diminta balik. Kemaren2 saya bayar pajak sekitar $2000 an setahun bisa dapet balik $1000 an. Kalau setahu saya di indo dulu pajak perorangan tidak bisa diminta tax return nya. Cuma perusahaan saja yang bisa minta tax return. Plus di sini kalau penghasilannya kecil bisa dapat tunjangan dari pemerintah. Saya juga masih dapat tunjangan 2 minggu sekali yang lumayanlah buat nambah2 belanja.  Tadi saya iseng2 baca2 website centrelink (badan pemerintah yang ngurusin tunjangan), ternyata kalau butuh uang bisa minta tunjangannya dibayar di muka dalam jumlah tertentu. Lumayan mumpung saya juga lagi butuh uang buat bayar kpr.

Saya nulis ini tujuannya buat mengingatkan kalau pas lagi malas kerja atau kurang bersyukur bisa diingatkan kalau seharusnya saya bersyukur dengan hidup saya sekarang. Berdoa buat perdamaian dunia terutama di gaza, irak dan suriah.

Friday, July 11, 2014

Akhirnya dapat sim hore

Waktu saya masih di indo, saya cuma bisa naik motor. Lalu saya minta papi untuk membuatkan sim motor untuk saya. Prosesnya amat sangat gampang yaitu melalui agen sim. Saya cuma datang ke kantor polisi untuk foto dan cap jempol ga perlu tes2 segala. Beberapa hari kemudian sim nya jadi diantarkan ke rumah. Pak polisi tak peduli saya benar2 bisa naik motor atau tidak. Tak peduli juga nanti kalau saya ternyata tidak bisa naik motor dan kalau sial bisa nabrak anak si polisi.

Nah di oz saya berharapnya bisa punya sim segampang itu. Namun harapan tinggallah harapan karena tidak ada yang namanya nyogok untuk bikin sim di oz. Saya butuh membuat sim mobil.Prosesnya dimulai dari tes tertulis. Setelah lulus lalu bisa ikut hazard test alias simulasi komputer. Lalu baru bisa driving test. Karena saya belum pernah punya sim  dari indo, sim saya adalah sim percobaan (probationary license kalo ga salah) dan kalau saya menyetir mobil, di mobilnya harus ditempel stiker P Warna hijau bisa dibeli di 2 dollar shop alias toko kelontong. Setelah 3 tahun baru saya bisa dapat sim penuh alias full license.

Saya sempat belajar nyetir beberapa kali sama petter tapi secara petter ini guru gratisan, dia ga sabaran dan suka bikin saya stres. Ditambah lagi mobilnya transmisi manual jadi kalo jalannya nanjak langsung deh saya panik dan mobilnya melorot.

Makanya saya memutuskan untuk belajat nyetir lewat guru nyetirnya petter namanya rob. Setelah beberapa minggu belajar nyetir sama rob, saya memberanikan diri ikut driving test. Btw tarifnya rob mahal lho $50 per jam. Trus kalau driving test harus pakai mobil rob bayar lagi $180. Ga tahu deh saya sudah habis uang berapa.

Di hari tes, saya lumayan pede lho...sialnya ketemu penguji cewek yang kayanya sirik krn saya lebih cantik. Jadi saya gagal deh..padahal menurut rob si penguji ini kurang fair waktu bilang saya gagal. Singkay cerita 3 minggu kemudian saya test lagi..bayar lagi deh. Dan jreng 12345x pengujinya cowok dan ga bikin tegang. Akhirnya saya lulus...horee

Saturday, February 15, 2014

Kejadian Aneh Season 2

My piece of Australia
Blog ini hampir setahun jualan anggur dan kentang secara tidak pernah ada tulisan produktif..kasian ya sepertinya sudah lumutan untung belum expired. Secara hari ini saya baru mendapat kabar gembira, saya langsung semangat 4567 buat bercerita.Tiga tahun yang lalu saya pernah menulis artikel berjudul Kejadian Aneh yang happy ending. Hari ini saya baru mengalami lagi kejadian aneh yang belum tamat..baru mendekati happy ending. Begini kisahnyaa....

Saya dan Petter, suami saya sering mendiskusikan tentang keinginan2 kami di masa depan..di antaranya ingin keliling dunia, punya pasif income, ga perlu kerja tapi dapat duit dan masih banyak lagi yang kalau mami saya dengar pasti saya dibilang muluk2. Padahal saya sudah sering bilang ke mami Nothing is impossible (ora ono seng ora mungkin) kalau Tuhan berkenan dan kita berusaha. Salah satu keinginan saya yang sudah terkabul walaupun dulu sempat dibilang muluk2 oleh mami adalah bisa tinggal di luar negeri..Puji Tuhan.

Nah tahun lalu Petter bilang kalau dia ingin banget punya rumah..dari dulu ding dia selalu ingin punya rumah karena menurut dia ngekost dan ngontrak itu najis (HBS alias hiperbola sekali) karena bikin kaya yang punya kontrakan. Saya sempet tersinggung juga sih karena mami saya juga masih ngontrak..dulu punya rumah tapi ditipu sodaranya dan rumah disita bank. Namun itu ceritanya panjang dan lebar dan sudah di masa lalu tak usah disesali.  Btw saya nulis artikel ini sambil mendengarkan lagu OST drama korea My love from another star tentang alien yang jatuh cinta sama manusia padahal kalau mereka kissing, aliennya langsung meriang.

Kembali lagi ke laptopnya si Tukul, Petter bilang ingin punya rumah tapi apa daya kami masih banyak tanggungan dan rasanya kok tidak mungkin bisa segera punya rumah. Namun saya bilang, kita pasti bisa punya rumah dalam waktu 2 tahun. Petter tanya gimana caranya, saya bilang tidak tahu gimana tapi pasti bisa. Buat referensi, harga rumah di sekitar sini paling murah sekitar 3 M. Dpnya juga paling sedikit 5% alias 150jt. Dari mana duit segitu, mobil aja masih belum lunas.

Kami berpikir mungkin kami harus mencari kerjaan lebih baik. Sekarang saya masih kerja di panti jompo merawat orang tua dan kerja di dapurnya. Petter kerja di pabrik plastik dan restoran Malaysia yang sering telat gajinya.Dulu di Jakarta kami kerja di bidang Akuntansi namun di oz ini kami ga laku karena mereka mengutamakan lulusan lokal yang belum tentu lebih pintar sebenernya. Demi mendapatkan pengalaman lokal di bidang Akuntansi, kami mencari2 info internship or kursus akuntansi. Hampir ketipu lho sama orang pertama yang bilang kursus dia bagus bla bla bla ternyata tidak meyakinkan.

Puji Tuhan lagi kami menemukan tempat kursus dan internship yang terpercaya. Kami pun daftar ke kursus tersebut sampai sekarang belum selesai. Sambil ikut kursus, kami juga berusaha melemar kerja di bidang accounting lewat internet. Sudah banyak kami mengirim lamaran, dan cv nya pun sudah diperbaiki formatnya oleh guru kursus kami. Namun sampai sekarang kami belum juga mendapatkan pekerjaan. Kami sempat berpikir kenapa ya kok kami belum juga mendapatkan kerja kantoran. Selama ini kami berdoa semoga diberi pekerjaan yang lebih baik. Kami bertanya2 apa rencana Tuhan kenapa Dia berpikir pekerjaan kami saat ini adalah yang terbaik padahal Petter sudah mulai sakit tangannya karena sering angkat2 di pabrik dan saya sudah mulai bosan menghadapi beberapa kakek nenek yang bawel.

Suatu hari tidak biasanya saya kerja berpasangan dengan staff bernama Lu. Biasanya dia kerja sore hari namun hari itu dia kerja pagi bersana saya. Saya iseng bertanya rumah dia dimana, kalau beli rumah bagusnya di daerah mana, dll. Singkat cerita dia mengenalkan saya kepada temannya yang bekerja jadi marketing perumahan bernama Fe. Saya menelpon Fe beberapa hari kemudian dan dia menyuruh saya menelpon Da, seorang mortgage broker alias agen KPR di sini. Da bertanya berapa gaji saya dan Petter, berapa tabungan kami dll. Waktu itu kami tidak punya tabungan yang cukup. Namun Da bilang dia bisa bantu kalau kami memutuskan membeli House and Land Package alias membeli tanah kosong lalu bangun rumah supaya bisa mendapatkan bonus First Home Buyer dari pemerintah OZ sebesar AUD 10000 yang bisa buat membantu bayar2 pajak dllnya. Dan kami bisa mendapatkan pinjaman untuk harga rumah dan tanah sebesar AUD 320000. Karena DP nya 5%, kami harus punya uang AUD 15000. Tapi kami belum punya uang segitu. Kami cuma punya uang 5000. Long story short, Daniel bilang kami bisa beli rumah 6 bulan lagi kalau selama itu kami menabung dan selama 6 bln itu Fe bisa mencarikan rumah dan tanah yang masuk dalam budget kami.

Secara Fe itu marketing, dia semangat banget mencarikan tanah buat kami. Kami bilang uang kami belum cukup. Dia bilang jangan kuatir karena kontraktor tukang bangun rumah tempat dia kerja bisa membantu. Jadi Fe berhasil mencarikan tanah buat kami dan total termasuk rumah harganya 322000. Setelah dihitung2 budgetnya, kami masih kurang uang 10000 an. yang 5rb dpt pinjaman dari adik yang kebetulan banget lagi kerja di sini. kurang 5000 lagi gimana. Kami sudah desperado juga nih jangan2 memang bukan rejeki kami. Kami berdoa terus kalau memang Tuhan berkenan buat kami membeli rumah semoga dibukakan jalan. Fe juga banyak membantu berdiskusi dengan bosnya. Jadi bosnya bisa membantu solusinya. Singkat cerita untuk masalah deposit 5% bisa terpecahkan. Tinggal menunggu KPR nya disetujui atau tidak. Akhirnyaa..jreng 1234567 Selasa kemarin Da kasih kabar bahwa KPr kami disetujui dan hari ini kami tanda tangan dokumen KPRnya. Kalau semua lancar, rumah kami bisa selesai dibangun Desember tahun ini. Perjalanan masih panjang dan masih harus berjuang untuk mengumpulkan uang buat bayar cicilan...

Hore..hore..hore..kesimpulan yang kami dapat dari pengalaman ini adalah:
- Berdoa dan berusahalah..biar Tuhan yang menentukan hasilnya
- Tuhan bekerja lewat cara2 yang aneh...dan keliatan seperti kebetulan yaitu ketika tiba2 saya bisa kerja sama Lu
-Kalau merasa pekerjaan yang sekarang itu kurang baik..pasti ada maksud kenapa Tuhan mau kita tetap bekerja di situ...mungkin karena pekerjaan itu yang terbaik untuk saat ini...Coba saya dan Petter pindah kerja sekarang pasti KPR nya belum tentu disetujui secara kami harus minimal berapa tahun bekerja di tempat yang sama.

Cerita ini belum tamat...kalau rumahnya sudah jadi dan kami sudah pindah di sana nanti saya sambung lagi ya.

Jam

Sejujurnya, inilah Ria dan Kristina...

Ria dan Kristina, sama-sama punya ide-ide yang nggak masuk akal saking nggak bangetnya pikiran kami berdua. Obrolan kami ini, berkat kemajuan jaman dan menjamurnya aplikasi internet (hiduplah Indonesia Raya!), kami sekarang bisa tuangkan di blog. Dulu kami suka ngetik-ngetik pake mesin ketik manual di belakang kertas HVS A4 bekas fotokopian. Tapi tetep aja kami tidak berhenti menulis. Kata pepatah: setipis-tipisnya tinta masih lebih tajam dari ingatan manusia. Kata Pramoedya: menulis berarti memetakan sejarah. Halah, kalo tulisan kita mah sebenernya gak ada hubungannya ama sejarah. Cuma mengukirkan betapa masa muda kami ini sangat indah. Dan jelas nggak mutu isinya. Jadi, mending kalo sisa-sisa waktu dan pengen baca yang tidak terlalu berguna sajalah baru buka blog kami... Tapi apapun komentar, masukan dan pendapat teman-teman, semuanya adalah cendera mata yang indah buat kami...

Ria dan Kristina (hualah, koyok undangan penganten. Amit2 deh. Lesbong juga pilih-pilih ah...)

About Us

My photo
pindah2..tergantung mood, Indonesia
Sri Riyati Sugiarto (aka Ria) adalah cewek kelahiran limpung..(pinggiran kota Pekalongan)..habis sekolah di SMU St. Bernardus Pekalongan trus kuliah kedokteran di Undip Semarang..sementara Kristina Melani Budiman (aka Kristina) juga lahir di Pekalongan trus satu SMU ama Ria dan kuliah di Atma Jaya Jogjakarta. kami kenal di kelas 3 SMU tapi mo duduk bareng selalu ga bisa gara2 terlalu cerewet dan kalo duduk sebangku selalu bikin keributan karena hobinya menggosip jadi terpaksa sampai sekarang tidak pernah duduk bareng..untungnya kita ga satu kampus :p