Dilema jadi guru bahasa Indonesia adalah: kalau kita mengajarkan bahasa yang sebenarnya, murid2 kita bakal kedengaran aneh. Mana ada yang bilang ke orang di Indonesia, "Apakah anak anda adalah seorang penerbang?" atau "Semenjak pukul berapakah kalian telah menunggu di depan pintu?" atau "Apakah kucing adik tetangga anda sudah melahirkan tadi pagi?"
Intinya sih, bukan salah kita kalau kita tidak bicara dengan tata bahasa yang baik dan benar, karena yang paling penting adalah pesan yang disampaikan. Susahnya, untuk orang yang baru belajar, kita harus memberikan aturan dan cara baku supaya orang lain bisa memahami bahasa kita. Ada banyak pertanyaan yang tidak bisa saya jawab segera karena saya enggak tahu logikanya. Pas saya ditanya kenapa kita bicara seperti itu, rasanya pingin nelpon langsung guru bahasa Indonesia saya dulu buat minta maap karena lebih milih mainan bulat silang dan ayam-ayaman ketimbang ndengerin beliau baik-baik. Ngomong2, dimana gerangan ya guru bahasa Indonesia saya dulu? Pasti sudah tua banget karena pas saya SD dulu beliau sudah sering sakit encok dan rematik. Saya nggak yakin bisa kirim email ke beliau untuk minta nasehat (susah buat ngetik kalo jari2 kita rematik, apalagi kalo pake android, karena tombol2nya kekecilan). Atau ada yang tahu emailnya JS Badudu? Tapi saya yakin beliau terlalu sibuk buat membalas email orang yang nggak dikenal (takut malah dikira email spam buat iklan Viagra).
Jadi, teman2 penutur asli bahasa Indonesia, beberapa pertanyaan yang ditanyakan murid2 saya adalah:
1. Kenapa lawan kata dari tinggi bisa rendah atau pendek, dan lawan dari pendek bisa panjang atau tinggi. (mudeng rak? aku yo bingung)
2. Kalimat tanya dengan jawaban terbuka atau jawaban ya/tidak.
"Apakah kamu sedang membaca?" ya/tidak
"Apa yang sedang kamu baca?" jawaban terbuka.
"Apakah kamu sedang menulis?" ya/tidak
"Apa yang sedang kamu tulis?" jawaban terbuka.
Pertanyaannya: Kenapa kita bilang "membaca" dan lain waktu "baca", atau "menulis" tapi lain waktu "tulis"? Saya bilang kalau tidak mungkin kita bilang, "Apa yang sedang kamu membaca" karena sudah ada kamu sebelum kata kerja baca. Tapi mereka bilang, bukannya kalimat affirmatifnya: "kamu membaca buku"?
3. Perbedaan antara apa dan apakah.
Apa adalah kata tanya untuk kalimat terbuka. Contoh: kamu garuk-garuk apa?
Apakah adalah kata tanya untuk jawaban ya/tidak. Contoh: Apakah kamu lagi garuk-garuk?
Nah masalahnya, dalam bahasa lisan kita selalu nyampur aduk antara apa dan apakah, alhasil saya secara nggak sengaja pake kata tanya "apa" bukannya "apakah". Murid2 saya bingung dan kemungkinan besar mereka bakal memilih pindah kelas ke bahasa Kligon*.
Jadi, kalo temen2 nganggur dan lagi garuk-garuk ketek sambil nonton orang kepleset-pleset di youtube, temen2 boleh bantu saya cari jawaban buat pertanyaan2 di atas. Sayangnya tidak ada hadiah buat jawaban yang benar, karena tukang wesel pos di sini lagi cuti buat nggantiin pawang gajah. Selamat hari Minggu, salam super ala JS Badudu!
*Kligon: bahasa dari film Star Trek: the next generation. Salah satu penutur aslinya adalah Spock, yang telinganya panjang tapi bukan kelinci.