
Karena saya sering ditakut-takutin dengan cerita seram biar cepet pulang, saya jadi punya ide nulis cerita serem. Jadi mulai edisi depan, saya akan nulis cerita bersambung serem. Nantikan kedatangannya!!!! Bukan edisi ini. Kali ini saya cuman pingin cerita tentang pengalaman temen saya Elis (nama sebenarnya, bukan samaran, suer. Cari aja di kost2an saya. Kamarnya yang paling deket ama WC) yang bego banget pas naik kereta Semarang-Jakarta. Saya suka sama temen saya Elis karena hal-hal aneh bin ajaib bisa terjadi padanya, jadi saya ngerasa gak sendirian ^_^
Alkisah dia pesen kereta dengan bilang sama Mbaknya, "Kalo bisa pesen kursi yang sebelahnya kosong ya Mbak," Tahu kan, kalo kosong itu enak, kita bisa tidur terlentang dengan kaki naik ke kaca jendela. Maklum, Elis ini masih kebawa jaman ngernet bus antar kota antar propinsi dulu. Embaknya bilang ya dengan hakul yakin. Pas naik ke kereta, jrreng23345x! Elis terpana dengan kursinya yang dipojok belakang deket sambungan gerbong kereta, yang kalo pintunya dibuka-tutup tersiarlah aroma WC yang mengingatkannya pada kamar kostnya =P Kursi ini dipilih karena cuma kursi ini yang sendirian. Satu kursi di pojok belakang, yang sebelahnya KOSONG. Sesuai permintaan Elis. Elis jadi nggak bisa tidur-tiduran ala tukang becak dibawah pohon beringin karena kursinya cuman satu dan sempit dan semprul. Dalam hati Elis mengumpat, "Sebelahnya kosong ya maksudku tetap ada kursinya! Bukannya benar-benar kosong alias nggak ada apa-apanya karena buat lewat orang ke WC*diikuti dengan misuh-misuh yang terpaksa saya senmsor demi menaati etika nulis blog*"
Pada kesempatan lain, karena belajar dari kesalahan, Elis bicara dengan hati-hati ke tukang karcis, "Mbak saya minta kalau bisa kursi sebelah saya kosong. Bukan kosong artinya gak ada kursi sama sekalo lho. Kosong penumpang, tapi ada kursinya. Biar saya bisa selonjor," jelas Elis panjang lebar. Mbak karcis mangut-mangut dengan penuh pengertian dan menerbitkan selembar karcis.
Elis naik ke kereta. Kursinya di tengah gerbong. Haleluyah! soraknya dalam hati. Elis memastikan kursi sebelahnya nyata. Ditepuk-tepuk. Yak! Nyaman. Elis duduk leyeh-leyeh sambil selonjor. Ini kelihatan benar. Sampai kereta mulai berjalan. Gerbongnya terlalu sepi. Dimana ibu-ibu dengan kardus, plastik dan bayi-bayi? Dimana tukang jual kacang goreng atau minimal tukang bantu angkut bagasi? Elis sudah mau berangkat tidur ketika dia mulai curiga dan melihat ke sekeliling. Di satu-satunya orang di gerbong itu! Pantesan sunyi sekali. PAs tukang periksa tiket datang, Elis ditanya, "Kenapa di gerbong ini sendirian Bu?"
Elis nyengir, "Sesuai pesanan Pak,"
Dalam hatinya dia masih mikir apa salah kalimatnya waktu memesan. Ada saran?